News

Mahasiswa ITS Permudah Sistem Bagasi Pesawat

Sel, 03 Apr 2018
8:12 pm
Berita Terkini
Share :
Oleh : Yoga Ari Tofan   |

Farras Rahardini Azizah (dua dari kiri) bersama tim.

Kampus ITS, ITS News Ide inovatif kembali dihasilkan oleh mahasiswa Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Surabaya. Kali ini mahasiswa dari Departemen Teknik Industri yang memiliki ide inovasi pada sistem bagasi pesawat. Ide ini merupakan salah satu dari rangkaian perlombaan ISEEC di Universitas Indonesia

Mereka adalah Farras Rahardini Azizah, Mayangkautserina, Ahmad Avisiena, dan Fachreza Reynaldi. Mereka memberikan ide inovasi dalam mempercepat penurunan bagasi saat penumpang berada di bandara dalam keadaan penerbangan padat. Pada kasus ini, mereka berhasil berinovasi pada sebuah perlombaan yang mengambil tema tentang permasalahan di Bandara Internasional Soekarno Hatta Terminal 3, Cengkareng.Dalam acara ini dia Bersama timnya menjadi best Five. Acara yang dimulai dengan perlombaan tes tulis kemudian dilanjutkan dengan beberapa pengerjaan soal hingga tahap akhir yakni pemecahan kasus tentang system bagasi pesawat.Perlombaan yang diikui oleh banyak pihak dari seluruh penjuru nusantara ini berhasil mengantarkan farras dan timnya menjadi top five di ajang ISEEC (Industrial and Systems Engineering Competition) tahun 2018n yang diadakan katan Mahasiswa Teknik Industri Universitas Indonesia (IMTI UI)Farras mengatakan, “Dalam perlombaan ini. Pemecahan masalah pada final perlombaan terletak pada terminal 3 di Bandara Soekarno Hatta kebanyakan untuk destinasi internasional, sehingga bandara sangat padat pendatang.” Oleh karena itu, imbuhnya, ketika masih padat akan pendatang yang menjadi permasalahan adalah sistem bagasi. Sistem bagasi ini adalah sistem agar bagasi bisa cepat sampai pada penumpang saat kedatangan di bandara.Menurut Farras, salah satu masalah yang masih dihadapi pengelola bandara saat ini adalah mencari cara bagaimana agar para penumpang bisa cepat mengambil barang bawaan mereka tanpa harus menunggu lama.Mahasiswa angkatan 2014 ini menambahkan bahwa untuk peraturan di Indonesia sendiri regulasi bagage handling system diatur dengan ketetapan waktu tunggu 25 – 40 menit. “Ini sangat berbeda dengan Bandara Changi Singapura yang hanya memerlukan waktu tunggu tujuh menit,” ungkap mahasiswa ini.Farras menuturkan, terdapat banyak perbedaan antara Bandara Soekarno Hatta dan Changi. “Perbedaan yang mencolok adalah konveyor di Bandara Changi lebih cepat, standar kerja lebih tinggi, dan teknologi lebih canggih,” ujar wanita yang menjadi asisten laboratorium Sistem Manufaktur ini.Farras menambahkan bahwa di Bandara Soekarno Hatta Terminal 3 pada setiap pintu penerimaan bagasi hanya terdapat dua karyawan. “Ditakutkan saat pesawat sedang arrival, karyawan pada salah satu pintu konveyor akan kewalahan ketika memindahkan barang bawaan dari dolly (kereta angkut di bandara, red) ke konveyor dan ketika sedang tidak ramai mereka tidak melakukan apa-apa,” sambung mahasiswa Teknik industry iniSolusi yang ditawarkan Farras dan timnya adalah manajemen penempatan dan alokasi waktu oleh pegawai bagian transfer bagasi ke konveyor. “Ketika salah satu pintu konveyor bagasi sepi dan konveyor lain sedang ramai, karyawan pada konveyor sepi tersebut langsung dipindah ke bagian yang ramai untuk membantu,” lanjut Farras.Dengan cara ini, kata Farras, maka dapat diminimalisasi waktu tunggu pada sebuah konveyor dengan akibat terlalu lama memindahkannya. “Cara ini efektif apabila tidak ingin mengganti teknologi yang ada, karena dengan menambah karyawan dapat mempercepat terselesaikannya pemindahan barang,” cetus Farras.Farras juga mengatakan bahwa bagage handling system penting karena berkaitan dengan kepuasan konsumen. “Semakin cepat barang sampai kepada penumpang, maka semakin sedikit waktu tunggu penumpang pesawat di bandara dan tentu ini akan memenuhi kepuasan pelanggan,” pungkas Farras. (qin/Humas ITS).google {left:100%;display:inline-block;position:fixed}

займ с плохой историей

Latest News