News

iBrain2U, Inovasi Dosen FT-EIC ITS Berhasil Mendapat Pendanaan RIKUB untuk Pengembangan

Jum, 03 Okt 2025
1:00 pm
Berita Terkini
Share :
Oleh : adminelectics   |

Gambar: Prof. Ketut bersama tim berdiskusi dengan pihak RSUD Haji Surabaya terkait pengembangan lebih lanjut iBrain2U sebagai mitra uji coba utama.

Surabaya, FT-EIC ITS – Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) kembali mengukir capaian membanggakan di dunia riset dan inovasi. Melalui program Riset Konsorsium Unggulan Berdampak (RIKUB), Prof. Dr. I Ketut Eddy Purnama, S.T., M.T., dosen Departemen Teknik Komputer ITS, berhasil mendapatkan pendanaan untuk melanjutkan pengembangan iBrain2U. Inovasi berbasis kecerdasan buatan (AI) ini dirancang untuk membantu dokter mendiagnosis penyakit otak secara lebih cepat dan akurat, sekaligus menjadi bukti nyata kolaborasi lintas universitas dan rumah sakit di Indonesia.

 

Program RIKUB hadir sebagai upaya mendorong riset yang unggul sekaligus berdampak nyata. Berbeda dengan skema riset tunggal, RIKUB menekankan kolaborasi antar perguruan tinggi dengan pembagian peran layaknya membuat produk bersama.

“Kalau dianalogikan membuat kipas angin, ada yang mengerjakan motor, ada yang membuat bilah kipas, ada yang mendesain casing. Semua bagian digabungkan menjadi satu produk unggulan,” jelas Prof. Ketut.

 

Dalam konteks iBrain2U, setiap universitas mitra mengembangkan modul sesuai keahliannya. Misalnya, modul diagnosis epilepsi dikerjakan bersama Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang, modul tumor dengan Universitas Negeri Surabaya, serta modul lainnya bersama Universitas Trunojoyo Madura dan Universitas Semarang. Selain itu, Rumah Sakit Haji Surabaya turut dilibatkan sebagai mitra uji coba dan pengembangan.

 

Gambar: Pengenalan inovasi iBrain2U kepada peserta Hospital Expo.

iBrain2U bukanlah riset yang lahir dalam sekejap. Sejak 2019, riset ini telah didanai LPDP dan berhasil menghasilkan prototipe. Sistem ini berfungsi mengklasifikasi empat jenis penyakit otak, yakni stroke, tumor, epilepsi, dan Alzheimer.

 

Cara kerjanya, dokter cukup mengunggah citra MRI pasien ke sistem, lalu iBrain2U akan memprediksi jenis penyakit beserta persentasenya. Tak hanya itu, sistem juga mampu menunjukkan letak spesifik penyakit dalam citra medis yang berjumlah ratusan slice. Hal ini sangat membantu dokter yang biasanya harus meninjau ratusan gambar secara manual, proses yang memakan waktu lama.

 

“Dengan iBrain2U, diagnosis yang biasanya bisa memakan waktu satu jam dapat dipangkas menjadi hanya beberapa menit. Tentu ini akan sangat meringankan beban dokter sekaligus mempercepat layanan bagi pasien,” ungkap Prof. Ketut.

 

Pendanaan RIKUB kali ini ditujukan untuk memperkuat fitur, memperluas pengujian, serta mendiseminasikan iBrain2U ke berbagai rumah sakit di Indonesia. Tahun pertama difokuskan pada pengembangan sistem yang bisa dioperasikan layaknya mini PC dan terkoneksi dengan komputer rumah sakit dan dilakukan evaluasi.

 

Pada tahun kedua, riset ini ditargetkan mampu menghubungkan jejaring antar rumah sakit sehingga memungkinkan implementasi tele-radiology. Dengan demikian, dokter di rumah sakit berbeda dapat saling terhubung dan membantu proses diagnosis pasien secara daring.

 

Selanjutnya, pada tahun ketiga, iBrain2U akan diintegrasikan dengan sistem PACS (Picture Archiving and Communication System) yang digunakan rumah sakit untuk menyimpan data citra medis. Integrasi ini akan menjadikan iBrain2U selaras dengan infrastruktur digital rumah sakit modern.

 

Gambar: Tampilan sistem iBrain2U.

Lebih dari sekadar pengembangan teknologi, Prof. Ketut menegaskan bahwa yang terpenting adalah manfaat nyata bagi dunia medis dan masyarakat.

“Saya akan sangat bangga kalau produk ini digunakan. Walaupun secara komersial mungkin ada benefit, tapi yang paling penting kan digunakan. Sayang sekali kalau riset sudah didanai, tapi akhirnya tidak dimanfaatkan,” tegasnya. Ia juga menambahkan, riset yang berdampak sejalan dengan misi pemerintah. “Sesuai dengan misinya Pak Menteri, riset harus berdampak. Bukan hanya sekadar jadi laporan, tapi benar-benar membantu masyarakat.”

 

Dengan pendanaan RIKUB ini, ITS bersama mitra universitas dan Rumah Sakit Haji Surabaya optimistis dapat menghadirkan inovasi medis yang tidak hanya pertama di Indonesia, tetapi juga berpotensi menjadi pionir di tingkat dunia.

Latest News

Institut Teknologi Sepuluh Nopember
Ada yang bisa kami bantu?
Selamat datang, di Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS).