Gambar: Mohamad Almas usai menyelesaikan sidang disertasi doktoralnya di Departemen Teknik Elektro ITS.
Surabaya, FT-EIC ITS – Di usia 25 tahun, Mohamad Almas Prakasa telah menorehkan pencapaian luar biasa. Almas resmi meraih gelar doktor dari Program Pendidikan Magister Menuju Doktor untuk Sarjana Unggul (PMDSU) di Departemen Teknik Elektro, Fakultas Teknologi Elektro dan Informatika Cerdas (FT-EIC) ITS, di bawah bimbingan Prof. Dr. Ir. Imam Robandi, MT. Prestasi ini melengkapi sederet perjalanan panjangnya yang penuh dedikasi di dunia akademik dan riset.
Sejak kecil, ketertarikan Almas pada dunia teknologi sudah terlihat jelas. Inspirasi itu datang dari komik yang diberikan sang ibu, yang mengenalkannya pada tokoh-tokoh dunia seperti Nikola Tesla, Thomas Alva Edison, dan Wright bersaudara. Dorongan untuk terus belajar pun semakin kuat ketika sang ayah menghadiahinya sebuah laptop semasa SD. “Dari situ saya jadi terdorong belajar Bahasa Inggris, supaya bisa mengotak-atik laptop. Akhirnya saya makin tertarik membaca artikel tentang perkembangan teknologi,” kenang Almas.
Kecintaannya pada fisika dan rasa ingin tahu terhadap cara kerja perangkat elektronik membawanya menekuni Olimpiade Fisika dan Matematika sejak SD hingga SMA. Minat itu kemudian mengerucut pada bidang energi terbarukan, hingga akhirnya ia memilih berkuliah di Teknik Elektro Universitas Negeri Semarang dan lulus hanya dalam tiga setengah tahun. Berbekal tekad menjadi ilmuwan, Almas berhasil menjadi awardee Beasiswa Unggulan Kemendikbud di S1 dan melanjutkan ke PMDSU batch 6 Kemdikti Saintek untuk meraih gelar doktor di ITS.
Gambar: Beberapa potret momen Almas selama menjalani riset di Tottori University, Jepang.
Salah satu momen paling berkesan bagi Almas adalah ketika ia mendapatkan kesempatan riset di Tottori University, Jepang, selama empat bulan melalui beasiswa Peningkatan Kualitas Publikasi Internasional (PKPI). Di sana, ia tak hanya belajar dan melakukan penelitian, tetapi juga membaur dengan masyarakat lokal. “Prof. Imam selalu bilang, kalau ke Jepang jangan cuma pulang bawa artikel Scopus. Harus juga bermasyarakat, memahami budaya. Saya bahkan sempat memperkenalkan Tari Maumere di acara kebudayaan internasional,” tuturnya.
Dalam penelitiannya, Almas mengembangkan konsep baru untuk meningkatkan stabilitas sistem tenaga listrik. Ia mengintegrasikan pengaturan power system stabilizer pada generator konvensional dan virtual inertia controller pada sistem energi terbarukan secara terkoordinasi, dengan bantuan kecerdasan buatan yang dimodifikasinya. Pendekatan ini terbukti mampu memperluas efek perbaikan stabilitas, tanpa benturan antar perangkat kontrol.
Namun, proses penelitian bukan tanpa tantangan. Bagi Almas, studi lanjut adalah tentang strategi dan konsistensi. “Waktunya terbatas, jadi harus pandai menyeimbangkan idealisme dan realitas, serta menetapkan target yang jelas. Konsistensi itu penting, meskipun progresnya sedikit, yang penting terus jalan,” tegasnya.
Gambar: Almas bersama dosen pembimbing dan dosen penguji setelah proses sidang disertasi doktoralnya.
Dorongan dari Prof. Imam untuk merasakan atmosfer akademik internasional membawanya berjejaring dengan banyak profesor luar negeri, mulai dari Tottori University, Osaka University, Bologna University, hingga Luxembourg. Bagi Almas, kolaborasi adalah kunci untuk memperluas perspektif dan menghasilkan solusi yang lebih komprehensif.
Almas membagikan tiga kunci sukses untuk mahasiswa yang ingin mengikuti jejaknya: strategi, konsistensi, dan kolaborasi. Ia menekankan bahwa pencapaian di laboratorium bukanlah hasil individu semata, melainkan kerja sama antaranggota tim lintas jenjang studi. “Di lab kami, mahasiswa S3 membantu S2, S2 membantu S1. Gotong royong itu penting, jangan sampai satu lab justru berkompetisi,” ujarnya.
Gambar: Ucapan selamat dari rekan-rekan untuk Almas usai sidang disertasi doktor.
Bagi Almas, gelar doktor bukanlah akhir, melainkan awal perjalanan baru. Saat ini ia tengah menjalani program postdoctoral di ITS, berkolaborasi dengan Prof. Goro Fujita dari Shibaura Institute of Technology, Jepang. Ke depan, ia bercita-cita menghilirisasi hasil risetnya menjadi perangkat lunak yang dapat menjembatani akademisi dan praktisi di bidang sistem tenaga listrik, hingga nantinya diimplementasikan dalam skala nyata.
Ia pun berharap atmosfer akademik positif di FT-EIC ITS terus terjaga. “Kedekatan antara dosen dan mahasiswa di lab kami membuat diskusi jadi nyaman dan transfer ilmu lebih efektif. Dengan dukungan seperti ini, saya yakin insan-insan cendekia di ITS bisa berkontribusi di kancah dunia,” pungkasnya.
Surabaya, 2 Desember 2025 — Fakultas Vokasi Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) menerima kunjungan dari Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Surabaya, 29 November 2025 — Fakultas Vokasi Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) melaksanakan Finalisasi Penyusunan Dokumen Laporan Evaluasi Diri
Surabaya, FT-EIC ITS – Fakultas Teknologi dan Informatika Cerdas ITS kembali mengukir prestasi membanggakan di ajang bergengsi nasional. Tim