Riva Rizkiana Ramadhani (dua dari kiri) setelah menyelesaikan proyek bersama mahasiswa internasional di Jepang
Kampus ITS, DTF News — Pengalaman belajar lintas budaya menjadi bekal penting bagi mahasiswa di era global. Hal tersebut dirasakan langsung oleh Riva Rizkiana Ramadhani, mahasiswa asal Departemen Teknik Fisika (DTF) Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) yang mengikuti program Global Project Based Learning di Shibaura Institute of Technology (SIT), Jepang.
Mahasiswa DTF ITS angkatan 2022 tersebut menjelaskan bahwa program ini dirancang untuk melatih mahasiswa bekerja dalam kelompok multikultural. Hal ini penting untuk mempersiapkan diri mahasiswa menghadapi dunia karier internasional. Menurutnya, pengalaman bekerja bersama mahasiswa dari berbagai negara menjadi modal krusial dalam beradaptasi dengan lingkungan profesional global yang memiliki tantangan budaya berbeda.
Selama mengikuti program bertajuk Cross-cultural Engineering Project (CEP) ini, Riva menjalani berbagai kegiatan akademik dan nonakademik. Salah satunya adalah mengerjakan proyek nyata dari industri Jepang dan mempresentasikan hasilnya di hadapan profesor asal Negeri Sakura tersebut. “Hasil kerja kelompok kami mendapat penilaian baik yang menunjukkan kurikulum inovasi ITS relevan untuk diaplikasikan di tingkat global,” ujarnya.
Kebersamaan Riva Rizkiana Ramadhani dengan rekan-rekannya saat mengikuti GPBL di SIT Jepang
Selain proyek industri, program ini juga menawarkan pengalaman kunjungan ke salah satu desa wisata di Jepang. Dalam kegiatan tersebut, Riva bersama tim diminta mengidentifikasi permasalahan lokal dan mengembangkan solusi dari sudut pandang wisatawan internasional sebagai pengguna. Pengalaman ini memperkuat pemahamannya bahwa solusi rekayasa harus selaras dengan budaya masyarakat setempat.
Terkait budaya akademik, Riva menuturkan bahwa mahasiswa ITS yang aktif mengikuti proyek mahasiswa sebenarnya cukup siap untuk beradaptasi dengan sistem akademik di Jepang. Meski demikian, ia menyoroti kuatnya etika kerja dan budi pekerti yang mendukung proses akademik di Jepang. Menurutnya, nilai-nilai tersebut berperan besar dalam mendorong lahirnya inovasi kreatif.
Dalam interaksi sehari-hari, perbedaan bahasa menjadi tantangan tersendiri bagi lelaki asal Pontianak ini. Untuk mengatasi hal tersebut, Riva memanfaatkan teknologi penerjemah daring sebagai alat bantu komunikasi. Menurutnya, keterbatasan bahasa bukan penghalang selama ada kemauan untuk saling memahami. Pengalaman ini sekaligus melatihnya untuk lebih adaptif dan solutif dalam menghadapi hambatan komunikasi lintas budaya.
Riva Rizkiana Ramadhani bersama rekan-rekannya saat mengikuti GPBL di SIT Jepang
Riva juga menilai terdapat sejumlah praktik di Jepang yang dapat diadopsi di ITS, seperti pemanfaatan inventaris kelas yang kreatif. Menurutnya, pendekatan tersebut dapat meningkatkan kualitas lingkungan belajar sekaligus mendorong inovasi mahasiswa. Ia berharap gagasan dan praktik serupa dapat lebih banyak diterapkan untuk mendukung pengembangan ekosistem akademik di Kampus Pahlawan.
Terkait dukungan institusi, Riva mengapresiasi fasilitasi administratif dari ITS serta dukungan beasiswa dari SIT selama mengikuti program. Ke depan, ia berharap ITS dapat memperluas dukungan pendanaan agar semakin banyak mahasiswa memperoleh kesempatan belajar ke luar negeri. Ia percaya bahwa pengalaman internasional sangat krusial untuk pengembangan diri mahasiswa. “Kesempatan belajar di luar negeri memberikan bekal berharga untuk membangun kompetensi global,” tutupnya lugas. (*)
Reporter: Shafa Annisa Ramadhani
Kampus ITS, DTF News — Tim Pengabdian kepada Masyarakat (abmas) Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) senantiasa berkomitmen mendukung peningkatan
Kampus ITS, DTF News — Komitmen mewujudkan ekonomi sirkular berkelanjutan di Desa Kalanganyar, Kabupaten Sidoarjo, kini diwujudkan melalui aksi
Delegasi Teknik Fisika ITS Dr.Eng. Nur Laila Hamidah melakukan kunjungan resmi ke UTHM dan bertemu dengan sejumlah pimpinan akademik