Konjen Amerika Serikat di Surabaya Christopher R Green (empat dari kanan) dan Wakil Rektor III ITS Imam Baihaqi ST MSc PhD (tiga dari kiri) menyerahkan penghargaan juara kepada Riva Rizkiana Ramadhani (tengah)
Kampus ITS, DTF News — Departemen Teknik Fisika (DTF)Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) senantiasa berupaya mencetak generasi terbaik bangsa. Kali ini, lewat ide cemerlang dalam mengatasi emisi industri, mahasiswa DTF ITS berhasil meraih First Place Semiconductor Venture Accelerator Competition 2025 yang diselenggarakan oleh ITS dan Arizona State University (ASU).
Ialah Riva Rizkiana Ramadhani, inovator muda di balik karya bertajuk Sustainability based Technology from Indonesia (Sustech-ID). Karya ini merupakan rancangan gagasan startup berbasis produk dan layanan untuk mendeteksi emisi. Riva mengungkapkan, ide ini lahir dari kekhawatirannya terhadap perubahan iklim yang mendorong perlu adanya teknologi monitoring polusi. “Tentunya yang berbiaya rendah untuk penerapan di berbagai kondisi lapangan,” ujarnya.
Lelaki asal Pontianak ini menjelaskan, pada karyanya, ia memanfaatkan kemampuan semikonduktor yang dapat bereaksi dengan gas-gas emisi. Kemudian, dirinya mengkombinasikan hal tersebut sebagai metode pengembangan sensor yang sensitif dan akurat di berbagai kondisi lingkungan. Adapun jenis gas emisi yang dapat dideteksi mulai dari karbon dioksida (CO2), nitrogen oksida (NOX), metana (CH4), hingga sulfur dioksida (SO2).
Riva Rizkiana Ramadhani berhasil menjuarai kompetisi inovasi dan entreprenuer semikonduktor yang digelar ITS bersama Arizona State University, AS
Tidak hanya unggul dari sisi fungsi, Riva membagikan, produk inovasinya juga memiliki harga kompetitif dan lebih murah dibanding yang tersedia di pasar saat ini. Selain itu, integrasi otomatis dengan situs web untuk monitoring real-time juga menjadi fitur andalan dari karya ini. Teknologi ini diproyeksikan dapat membantu mengevaluasi perlakuan tertentu pada sumber emisi. “Guna meninjau efektivitas solusi dalam mengurangi emisi secara langsung dan berbasis data,” tambahnya.
Ke depan, mahasiswa kelahiran 22 November 2003 tersebut menuturkan, dirinya akan segera merealisasikan produknya. Mulai dari mengembangkan komponen sensornya, menginisiasi pendanaan lain untuk scaling up, hingga mendapatkan komunitas sensor emisi yang optimal. Langkah ini akan diambilnya secara bertahap dan terukur agar produknya dapat diterima di pasar dan mampu menjangkau segmentasi yang luas secara berkelanjutan.
Dalam prosesnya, Riva mengungkapkan, kunci utama keberhasilannya terletak pada konsistensi. Dengan durasi program yang cukup lama banyak peserta yang memutuskan menyerah di tengah jalan. Meski demikian, Riva tetap teguh dan berkomitmen menyelesaikan seluruh tugas hingga tahapan terakhir. “Perasaannya luar biasa karena ternyata pemenangnya hanya satu orang dan portofolio ini sangat berguna untuk mimpi saya melanjutkan studi di luar negeri,” ungkapnya haru.
Riva juga menyampaikan apresiasinya kepada DTF ITS yang menemani langkahnya bahkan sejak sebelum kompetisi dimulai. Pembekalan materi yang relevan dengan aplikasi semikonduktor di kelas juga berguna untuk mengakselerasi dirinya untuk belajar saat berada di masa inkubasi program. Hal ini tidak hanya membuatnya mendapatkan nilai di kelas tetapi juga sertifikat kompetensi nyata keluaran dari ASU melalui Coursera.
Menutup tuturannya, Riva berharap pengembangan riset sejenis dapat digencarkan secara kontinyu dan semakin masif. Dengan demikian, proses reduksi emisi untuk mendukung industri yang lebih hijau di Indonesia dapat berjalan semakin terukur dan cepat. “Dengan demikian berbagai target industri bersih di tanah air dapat segera terealisasi,” pungkas mahasiswa DTF angkatan 2022 tersebut penuh kepercayaan. (*)
Kampus ITS, DTF News — Departemen Teknik Fisika (DTF)Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) senantiasa berupaya mencetak generasi terbaik bangsa.