Tim abmas DTF ITS saat menyerahkan alat pengering maggot ke tPS3R Sopo Nyongko
Kampus ITS, DTF News — Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) terus mendorong penguatan ekonomi sirkular berbasis masyarakat melalui program pengabdian kepada masyarakat (abmas). Kali ini, tim abmas Departemen Teknik Fisika (DTF) ITS menghadirkan teknologi pengering maggot bertenaga surya di Tempat Pengolahan Sampah Reduce, Reuse, Recycle (TPS3R) Sopo Nyongko, Sidoarjo.
Ketua tim abmas mahasiswa Zidan Dani Bimatara mengungkapkan bahwa program ini berangkat dari kebutuhan nyata pengelola TPS3R dalam mengoptimalkan hasil budidaya maggot. Hal ini dikarenakan maggot yang dihasilkan perlu dikeringkan terlebih dahulu sebelum dimanfaatkan sebagai pakan ikan. “Selama ini proses pengeringan masih bergantung pada cuaca sehingga produksinya tidak stabil, terutama saat musim hujan,” ungkapnya.
Lebih lanjut, Zidan menjelaskan bahwa TPS3R Sopo Nyongko telah lebih dulu mengembangkan budidaya maggot untuk mengolah sampah organik desa. Maggot tersebut dimanfaatkan sebagai pakan ikan nila di kolam budidaya TPS3R serta dipasarkan ke pemancingan sekitar. Namun, ketidakstabilan produksi menyebabkan proses pengolahan sampah di TPS3R mengalami gangguan. Akibatnya, kapasitas pengolahan limbah organik belum dapat dimanfaatkan secara optimal.
Alat pengering maggot yang dikembangkan tim abmas DTF ITS
Menjawab permasalahan tersebut, tim ini merancang alat pengering maggot dengan sistem berputar yang mampu bekerja secara stabil tanpa mengandalkan sinar matahari langsung. Alat ini memanfaatkan sumber energi dari panel surya yang telah tersedia di TPS3R. “Kami mengombinasikan panel surya, pemanas berdaya rendah dan aliran udara terkontrol agar proses pengeringan lebih cepat dan merata,” jelas mahasiswa DTF angkatan 2022 tersebut.
Dengan sistem tersebut, proses pengeringan maggot menjadi lebih higienis dan dapat direncanakan kapasitasnya. Ia menambahkan, teknologi ini menjadi solusi pada titik kritis rantai produksi TPS3R yang sebelumnya kerap terhambat. Alat ini mampu mengubah proses pengeringan dari yang tidak pasti menjadi lebih terukur dan bisa dikembangkan menjadi skala yang lebih besar.
Menutup tuturannya, Zidan berharap teknologi pengering maggot bertenaga surya ini dapat terus dimanfaatkan dan dikembangkan oleh masyarakat desa. Menurutnya, inovasi sederhana yang tepat guna akan mampu memberikan dampak besar jika sesuai dengan kebutuhan lokal. “Harapannya, TPS3R ini dapat menjadi contoh pengelolaan sampah dan ekonomi sirkular desa yang mandiri,” tutupnya optimistis.
Program abmas ini juga sejalan dengan komitmen ITS dalam mendukung Sustainable Development Goals (SDGs). Realisasi ini sesuai dengan poin ke-7 tentang energi bersih dan terjangkau, poin ke-8 tentang pekerjaan layak dan pertumbuhan ekonomi. Juga sesuai dengan poin ke-12 mengenai konsumsi dan produksi yang bertanggung jawab. (*)
Reporter: Shafa Annisa Ramadhani
Kampus ITS, DTF News — Tim Pengabdian kepada Masyarakat (abmas) Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) senantiasa berkomitmen mendukung peningkatan
Kampus ITS, DTF News — Komitmen mewujudkan ekonomi sirkular berkelanjutan di Desa Kalanganyar, Kabupaten Sidoarjo, kini diwujudkan melalui aksi
Delegasi Teknik Fisika ITS Dr.Eng. Nur Laila Hamidah melakukan kunjungan resmi ke UTHM dan bertemu dengan sejumlah pimpinan akademik