Perpres No.9 2019 tentang Pengembangan GEOPARK (Taman Bumi), menyebutkan bahwa Taman Bumi (Geopark) yang selanjutnya disebut Geopark adalah sebuah wilayah geografi tunggal atau gabungan, yang memiliki Situs Warisan Geologi (Geosite) dan bentang alam yang bernilai, terkait aspek Warisan Geologi (Geoheritage), Keragaman Geologi (Geodiversity), Keanekaragaman Hayati (Biodiversity), dan Keragaman Budaya (Cultural Diversity), serta dikelola untuk keperluan konservasi, edukasi, dan pembangunan perekonomian masyarakat secara berkelanjutan dengan keterlibatan aktif dari masyarakat dan pemerintah daerah, sehingga dapat digunakan untuk menumbuhkan pemahaman dan kepedulian masyarakat terhadap bumi dan lingkungan sekitarnya.
Untuk mendukung perolehan devisa dari sektor pariwisata, siap menggelontorkan anggaran besar untuk mempromosikan pariwisata Indonesia. Sebab, diyakini anggaran promosi pariwisata akan mendongkrak perolehan devisa dari sektor ini. Keadaan ini membuat setiap kawasan menyiapkan diri dan melakukan kajian yang diperlukan dalam pengembangan geopark, termasuk Jogja.
Tumbuh dan berkembangnya Keraton (peradaban) Jogja sampai saat ini dilatarbelakangi oleh sesanti yg berbunyi “hamemayu hayuning bawana” yg sangat dekat dengan tujuan Geopark yakni “memuliakan Bumi untuk kesejahteraan masyarakat”. Apakah makna sesanti di atas mampu diemban oleh Geopark Jogja yg saat ini sedang dalam proses penetapan? Paparan ini mencoba menyingkap hubung kait antara sesanti “hamemayu hayuning bawana” dan Geopark Jogja.
Sehubungan dengan hal tersebut, Departemen Teknik Geofisika ITS menyelenggarakan kuliah tamu:
Judul
Narasumber
yang akan diselenggarakan pada :
Materi dapat diakses melalui link berikut ini:
Teknik Geofisika ITS bekerjasama dengan BMKG Juanda Dan MGMP Geografi Jatim mengadakan Webinar : ANTISIPASI ANGIN PUTING BELIUNG bersama
Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) menyelenggarakan “BMKG Goes To Campus ITS” dengan acara yang terdiri dari : Ceremony Penandatanganan
Bencana hidrometeorologi mendominasi bencana di Indonesia, hampir 95% tiap tahun. Korban, kerusakan dan kerugian akibat bencana sangat besar. Frekuensi