PVMBG menyebutkan bahwa karakter gunungapi aktif bisa diketahui dari aktivitas erupsinya. Erupsi adalah peristiwa keluarnya magma di permukaan bumi bisa dalam bentuk yang berbeda-beda untuk setiap gunungapi. Dikenal ada erupasi efusif dan ada erupsi eksplosif. Erupsi efusif yaitu lava keluar secara perlahan dan mengalir tanpa diikuti dengan suatu ledakan serta akan membeku di sekitar puncak sebagai kubah lava dan lidah lava. Erupsi eksplosif yaitu magma keluar dari gunungapi dalam bentuk letusan. Hasil efusif dan letusan umumnya terkumpul atau teronggokan atau terendapkan di sekitar puncak gunung api. Aktivitas G.Semeru bertipe vulkanian dan strombolian yang terjadi 3 – 4 kali setiap jam. Karakter letusan vulkanian berupa letusan eksplosif yang dapat menghancurkan kubah dan lidah lava yang telah terbentuk sebelumnya. Sementara, karakter letusan strombolian biasanya terjadi pembentukan kubah dan lidah lava baru.
PVMBG menyebutkan bahwa pada Desember 2021 terjadi peningkatan status G.Semeru dari level II ke level III Siaga, ini berarti terjadi peningkatan erupsi yang akan diikuti penumpukan material di sekitar puncak G.Semeru, baik material hasil letusan, penghancuran kubah dan lidah lava. BMKG menyebutkan bahwa pada Sabtu 4 Desember 2021 terjadi hujan ekstrim di sekitar puncak G.Semeru dan pada jam 15.20 bahan letusan, kubah lava dan lidah lava yang masih panas terkena hujan terjadi letusan diikuti aliran lava guguran dikenal sebagai sebagai banjir lahar hujan yang akan masuk ke sungai sungai di bagian bawah G.Semeru. Aliran lahar hujan ini mengarah ke Besuk Kobokan, Desa Sapiturang, Kecamatan Pronojiwo, Kabupaten Lumajang, Jawa Timur. Hasil pengamatan Pos Pengamatan Gunung Api (PPGA) Gunung Sawur, Dusun Poncosumo, Desa Sumberwuluh, Kecamatan Candipuro, getaran banjir lahar atau guguran awan panas tercatat mulai pukul 14.47 WIB dengan amplitudo maksimal 20 milimeter. Catatan yang dihimpun Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) menyebutkan bahwa guguran lava pijar teramati dengan jarak luncur kurang lebih 500-800 meter dengan pusat guguran berada kurang lebih 500 meter di bawah kawah.
Volume lahar hujan dari hasil letusan dan guguran awan panas G.Semeru Desember 2021 volumenya sangat besar sehingga aliran massa lahar sangat besar dan merusak. Aliran massa lahar hujan tidak bisa membelok dan akan menerjang apa saja termasuk permukiman di sekitar Besuk Kobokan. Akibatnya banyak yang terdampak di dua kecamatan yang terdampak langsung guguran awan panas (Pronojiwo dan Candipuro) maupun di 8 kecamatan yang terdampak debu vulkanik sejumlah 5.205 orang. Jumlah korban meninggal dunia akibat erupsi Gunung Semeru telah mencapai 35 orang dan 56 orang luka-luka, Luasnya kawasan terdampak aliran lahar hujan ini membuat peta kawasan rawan bencana (KRB) G.Semeru semakin meluas dari peta KRB sebelumnya akibatnya ada pemindahan permukiman warga ke daerah yang lebih aman.
Peta KRB Gunung Api adalah peta petunjuk tingkat kerawanan bencana suatu daerah apabila terjadi letusan/kegiatan gunung api. Peta ini menjelaskan tentang jenis dan sifat bahaya gunung api, daerah rawan bencana, arah/jalur penyelamatan diri, lokasi pengungsian, dan pos penanggulangan bencana. Peta ini disajikan dalam bentuk gambar dengan warna dan simbol. Semula berdasarkan peta KRB versi tahun 1996, Peta KRB seluas 72,16 Ha dan berdasarkan pemetaan kami kemarin kawasan rawan bencana menjadi 80,43 H,a, berarti terjadi penambahan sebanyak 12,5 Ha. Dari pemetaan atau revisi yang kami lakukan memang ada perubahan-perubahan yang dahulu merupakan KRB II, sekarang berubah menjadi KRB III, dan ada daerah yang dahulunya bukan merupakan KRB sekarang berubah menjadi KRB II.
Gambar 1 : Proses banjir lahar hujan
Gambar 2 : Peta KRB G.Semeru bagian tenggara
Sampai tahun 2023 Pos Pengamatan Gunung Api PVMBG memberitahukan bahwa hasil pengamatan visual dan instrumental memperlihatkan peningkatan aktivitas yang semakin nyata atau gunung api mengalami erupsi sehingga ditetapkan status G.Semeru Level III (Siaga) sejak Desember 2021 sampai sekarang. Ini berarti penumpukan lidah lava dan material hasil letusan terus mengumpul di sekitar puncak G.Semeru dan ini juga berarti setiap ada hujan ekstrim maka akan diikuti banjir lahar hujan. Seperti yang pernah terjadi pada Desember 2022 tahun lalu dan yang baru saja terjadi pada 7 Juli 2023.
Awalnya BMKG memberitahukan dan memberi peringatan akan terjadi cuaca esktrim yang berpotensi hujan lebat dan berdampak Banjir / Bandang dapat terjadi di wilayah Prov. Jawa Timur dengan status Waspada yang berlaku 06 Juli 2023 Pukul 07:00 WIB s/d 07 Juli 2023 Pukul 07:00 WIB (signature.bmkg.go.id). Curah hujan dengan intensitas tinggi memicu terjadinya longsor di wilayah Kabupaten Lumajang dan banjir lahar G.Semeru pada hari Jum’at, 07 Juli 2023, Pkl. 00.10 WIB. Kawasan terdampak Kecamatan Pronojiwo, Candipuro, Tempursari, Pasirian dan Pasrujambe. Korban Jiwa 3 jiwa meninggal dunia dan paling tidak 1.038 jiwa mengungsi di 18 titik. Kerusakan tercatat 5 unit rumah rusak, 1 unit jembatan Lumajang – Malang terputus, 1 unit jembatan gantung terputus dan tertutupnya jalan karena longsor di Piket Nol.
Sebagai penutup, kepada semua pihak agar selalu mengingat aktivitas G.Semeru masih level III maka banjir lahar hujan G.Semeru akan menjadi ancaman laten yang akan terus terjadi dan akan terus melewati sungai yang sama maka masyarakat khususnya yang bermukim di sekitar sungai Besuk Kobokan harus senantiasa waspada saat musim hujan. Bagi BPBD sangat disarankan selalu mengacu Peta KRB dalam menyusun rencana kontigensi, yakni bagaimana melakukan evakuasi, bagaimana masyarakat melakukan penyelamatan arah-arah daripada evakuasi dan juga tempat-tempat dimana masyarakat dapat melakukan evakuasi sementara. Bagai semua pihak juga harus mengacu Peta KRB menentukan lokasi kembali daerah hunian atau pemukiman dan kawasan wisata.
Senin, 10 Juli 2023
Dr. Amien Widodo
Ibu Prof. Dwikorita Karnawati Kepala Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) menjelaskan secara umum sepanjang tahun 2025 hujan diperkirakan
Nusantara terletak di jalur Ring of Fire atau cincin api Pasifik, yaitu jalur di sepanjang samudra Pasifik yang ditandai
ITS sudah lama mengembangkan ilmu terkait material tambang seperti yang di Program Studi Sarjana Teknik Material (PSSTM), Departemen Teknik