Oleh: Dr. Eng. Ir. Rudi W. Prastianto, S.T., M.T, IPU. Dosen Departemen Teknik Kelautan, Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) – Surabaya.
Hari jumat, 05 September 2025 (1447 H) kita memperingati lahirnya Rasulullah Muhammad SAW. Hari maulid Nabi. Setiap tahun umat Islam di berbagai belahan dunia memperingatinya. Sebagai wujud kecintaan, penghormatan, dan refleksi terhadap kehadiran Rasulullah sebagai rahmat bagi semesta alam. Maulid bukan sekadar momentum seremonial, tetapi juga ruang spiritual dan intelektual untuk meneladani nilai-nilai profetik/kenabian dalam semua sendi-sendi kehidupan kita.
Dalam momen peringatan ini, coba kita kaitkan dengan bulan kemerdekaan NKRI Agustus lalu, yang diakhiri dengan cerita sedih dan pilu bagi kita sebagai sebuah bangsa yang sudah merdeka selama 80 tahun. Nampaknya NKRI sedang tidak baik-baik saja. Soal negara, pemerintahan, dan eksistensinya. Untuk refleksi mari kita sempatkan untuk mengingat dan merenung sejenak atas masa-masa pemerintahan Islam di dunia ini. Minimal sebagai pengingat bahwa pernah ada sebuah potret sistem pemerintahan yang anggun. Atau malah bisa kita jadikan sebagai pelajaran. Dengan mengais serpihan-serpihan emas kejayaan dan kemuliaannya sebagai suatu pemerintahan.
Masa Hidup Rasulullah Muhammad SAW
Beliau lahir di kota Makkah pada Senin, 12 Rabiul Awal Tahun Gajah (atau 571 M). Pada usia 40 tahun beliau menerima wahyu pertama dari Allah SWT di Gua Hira (610 M). Kemudian dalam perjalanan dakwahnya pada usia 53 tahun hijrah ke Madinah (622 M). Momen ini digunakan sebagai awal penanggalan sistem Hijriyah. Akhirnya 10 tahun kemudian, beliau wafat di Madinah pada hari Senin, tanggal 12 Rabiul Awal tahun 11 H (atau 8 Juni 632 M). Menurut penanggalan Hijriyah beliau wafat pada usia 63 tahun. Dimakamkan di rumah istrinya, Sayyidah Aisyah r.a., yang sekarang menjadi bagian dari Masjid Nabawi, Madinah. Kehidupan beliau menjadi suri tauladan sempurna bagi umat Islam, dan wafatnya sekaligus menandai berakhirnya masa kenabian (sebagai nabi akhir zaman).
Masa Khulafaur Rasyidin (632–661 M) (masa pembuka)
Empat khalifah penerus Rasulullah SAW adalah Abu Bakar, Umar bin Khattab, Utsman bin Affan, dan Ali bin Abi Thalib. Pada masa ini Islam berkembang pesat ke luar jazirah Arab, dan sistem pemerintahan masih sederhana dan dekat dengan model kepemimpinan Nabi. Masa pemerintahan ini hanya berlangsung 29 tahun. Setelah itu baru muncul sistem dinasti.
================ ##################### =====================
Dinasti Umayyah (661–750 M) – Damaskus
Dinasti ini didirikan oleh Muawiyah bin Abi Sufyan setelah wafatnya Khalifah Ali bin Abi Thalib. Pemerintahan ini berpusat di kota di Damaskus (Suriah/Syiria). Pada masa ini Islam meluas hingga Spanyol (Andalusia), Afrika Utara, Asia Tengah, bahkan sampai India. Mulai muncul sistem administrasi negara yang lebih birokratis. Bahasa Arab dijadikan sebagai bahasa resmi pemerintahan. Runtuhnya dinasti ini terjadi pada tahun 750 M yang salah satunya adalah akibat pemberontakan Bani Abbasiyah. Sehingga umur dinasti ini secara umum sekitar 89 tahun saja, namun masih ada sisa kekuasaannya di wilayah Andalusia (Spanyol) sampai masa jatuhnya Granada pada tahun 1492 M.
Dinasti Abbasiyah (750–1258 M di Baghdad dan 1261–1517 M di Kairo)
Berikutnya Abdullah as-Saffah mendirikan Dinasti Abbasiyah. Beliau adalah keturunan Abbas bin Abdul Muthalib, paman Nabi Muhammad SAW. Ibu kota awalnya di Baghdad (Iraq). Di jaman ini adalah masa keemasan peradaban Islam (abad 8–13 M) dimana ilmu pengetahuan, filsafat, kedokteran, matematika, astronomi berkembang pesat. Di sini jugalah tempat pusat terjemahan ilmu-ilmu karya Yunani, Persia, dan India ke dalam bahasa Arab. Di masa pemerintahan ini terjadi desentralisasi yang akhirnya menyebabkan kemunduran dinasti ini. Wilayah besar memisahkan diri membentuk dinasti-dinasti kecil misalnya Umayyah di Andalusia (Spanyol), Fatimiyah di Mesir, Aghlabiyah di Afrika Utara, dll. Sehingga pada tahun 1258 M Baghdad dihancurkan Hulagu Khan dari Mongol. Namun demikian, sisa-sisa Abbasiyah masih berkuasa secara simbolis di Kairo (tahun 1261–1517 M) di bawah perlindungan Dinasti Mamluk, hingga akhirnya digantikan Dinasti Utsmaniyah. Sehingga umur dinasti Abbasiyah di Baghdad (Iraq) adalah 508 tahun, sedangkan di Kairo (Mesir) hanya mencapai 256 tahun.
Dinasti-Dinasti Lain (masa perpecahan)
Setelah dinasti Abbasiyah melemah, banyak kerajaan Islam berdiri di berbagai wilayah, seperti:
Meskipun tersebar di beberapa willayah terpisah, namun umur pemerintahan dinasti-dinasti Islam ini mayoritas masih mencapai ratusan tahun bahkan ada yang mencapai 700-an tahun. Kecuali dinasti Ayyubiyah yang hanya 79 tahun lalu tumbang. Setara umur NKRI saat ini yang 80 tahun.
Dinasti Utsmaniyah (1299–1924 M) – Istanbul
Dinasti ini sering disebut sebagai masa kebangkitan kembali dinasti Islam. Didirikan oleh Osman I di Anatolia (Turki). Masa puncak kejayaannya terjadi pada abad ke-16 M di masa pemerintahan Sultan Sulaiman al-Qanuni. Wilayah kekuasaannya meliputi Asia Barat, Afrika Utara, Eropa Timur, dan Laut Tengah. Kota Istanbul (Konstantinopel) ditaklukkan pada tahun 1453 M oleh Sultan Mehmed II al-Fatih, dan dijadikan ibu kota. Pada masa ini sistem pemerintahan tersentralisasi dan memiliki militer yang kuat (Janissary).
Menginjak abad ke-17 pemerintahan mulai melemah dan mengalami kemunduran akibat korupsi, pemberontakan internal, dan adanya kemajuan Eropa (Revolusi Industri, kolonialisme). Bahkan pada abad ke-19 dinasti ini dikenal dengan julukan sebagai “Sick Man of Europe”. Pada akhirnya Perang Dunia I (1914–1918) menjadi pukulan terakhir, sehingga runtuh pada tahun 1924 (abad ke-20). Kemudian Mustafa Kemal Ataturk secara resmi menghapus kekhalifahan, dan menjadikan Turki sebagai negara republik sekuler. Dengan demikian sudah tidak ada lagi imperium Islam yang memiliki otoritas global untuk menebar rahmat bagi seluruh alam, “Rahmatan lil ‘Alamin”.
Ruang Pelajaran (‘Ibrah)
Dari perjalanan panjang dinasti-dinasti Islam ini, ternyata jika kita hitung sejak tahun 632 M hingga 1924 M, maka sudah mengalami masa pemerintahan mencapai 1.292 tahun. Waktu yang sangat panjang. Perlu stamina yang hebat untuk mencapainya. Dalam kurun waktu ribuan tahun ini tentu sudah banyak manfaat yang ditebar bagi kehidupan manusia dan alam, termasuk jatuh-bangunnya.
Sekilas, sebagaimana sunnatullah, bahwa eksistensi dinasti-dinasti Islam tersebut menunjukkan siklus alamiah sebuah kekuasaan yaitu bangkit, berjaya, melemah, lalu runtuh. Entah itu dalam kurun waktu berapa tahun. Analisis pentingnya adalah bahwa persatuan, ilmu, dan keadilan akan membawa kejayaan. Sebaliknya, perpecahan, lalai dari ilmu, dan cinta dunia akhirnya membawa keruntuhan.
Mestinya banyak ‘ibrah (pelajaran) yang bisa kita petik, untuk segala aspek kehidupan kita, misalnya dalam aspek politik, sosial, budaya maupun peradaban. Kali ini kita ambil yang relevan dengan mutu pemerintahan dan keberlanjutan bernegara. Kita yang hidup di NKRI ini apakah akan bernasib mirip dinasti Ayyubiyah yang hanya berumur 79 tahun (beda tipis, NKRI sudah 80 tahun), lalu tumbang? Apakah benar kita akan berakhir sampai 2030 M saja seperti pernah disitir presiden Prabowo? Ataukah kita ingin melanjutkan cerita hingga ratusan, ribuan tahun lagi, dengan kejayaan dan kemuliaan; atau sebaliknya harus dilalui dengan penuh ketidakadilan, kesengsaraan, kesedihan dan kehinaan sebagai sebuah bangsa? Semua berpulang kepada kita sendiri. Seberapa pintar dan bijaksana kita dalam “membaca” sejarah. Atau justru kita gagal dan hancur prematur akibat gagal paham sekaligus buta sejarah. Sejarah dicipta untuk diambil guna dan manfaatnya. Allah SWT tidak akan merubah nasib suatu kaum hingga kaum itu berusaha untuk merubahnya menjadi baik.
Peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW di era kekinian seharusnya tidak berhenti pada tradisi seremonial, melainkan menjadi momentum agar benar-benar bisa menjadi sumber inspirasi untuk mencerdaskan dan memerdekakan generasi penerus bangsa untuk bagaimana bernegara dan berpemerintah yang benar dan mulia. Kejayaan sebuah bangsa bisa bertahan jika umatnya belajar dari sejarah dan memperbaiki diri dengan iman, ilmu, dan persatuan. Sudah tak terhitung banyaknya contoh di depan mata. Meminjam bahasanya RG, dungu kalau terjerumus dalam lubang yang sama berkali-kali [Surabaya, 5 September 2025 @RWP].
Forum Pendidikan Tinggi Maritim Indonesia Oleh Prof. Daniel Mohammad Rosyid Staf Pengajar Dept. Teknik Kelautan ITS Alhamdulillah, Rabu
Peran Strategis Indonesia dalam ASEAN SUMMIT 2025 Oleh Daniel Mohammad Rosyid @Rosyid College of Arts Latar Belakang KTT
Siapkah Bertransformasi Diri ? (Menjadi Lebih Baik Lewat Fase yang Terlihat Buruk) Oleh Dr. Eng. Ir. Rudi W.