ITS News

Sabtu, 25 Mei 2024
01 Desember 2020, 07:12

Belajar Artistik dari Film Hollywood, ITS Hadirkan Teddy Setiawan

Oleh : | | Source : ITS Online

Teddy Setiawan Kho, Art Directors film Crazy Rich Asians yang hadir sebagai narasumber

Kampus ITS, ITS News – Sinematografi dalam dunia perfilman Indonesia terus berkembang dan membutuhkan peran generasi muda dalam menyumbang ide kreatif serta inovatifnya. Guna mengenal lebih lanjut mengenai hal itu, Departemen Komunikasi Visual (DKV) Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) menggelar seminar sinematografi secara daring pada Jumat (27/11).

Seminar yang bertajuk Tata Artistik pada Film Hollywood ini menghadirkan narasumber yang diakui dalam skala internasional di bidangnya yakni Teddy Setiawan Kho. Dikenal sebagai Art Director atau Set Designer, Teddy telah mengantongi beberapa penghargaan atas kontribusinya dalam film-film Hollywood seperti Crazy Rich Asians dan John Wick 3: Parabellum.

Seminar dibuka dengan penayangan trailer film Crazy Rich Asians, salah satu film yang tata artistiknya akan dikupas tuntas. Menurut pria yang akrab disapa Teddy ini, desain produksi ialah semua elemen dalam suatu film baik berupa aspek seni rupa, desain interior, desain produk, desain furniture, desain kendaraan, desain grafis, desain lansekap, hingga desain tekstil dan bahan.

Teddy melanjutkan, desain produksi sebagai tempat meleburnya semua jurusan desain dan seni yang diolah dan dikemas agar menyatu dalam suatu film “ Desain produksi membantu untuk menambah kemungkinan bercerita lewat elemen desain visual dalam sebuah film. Sehingga membantu sebuah film mendefinisikan tone, palet warna, dan juga dampaknya pada penonton,” ungkap lelaki lulusan Tianjin University ini.

Teddy ketika menjelaskan tentang Production Design

Lebih lanjut, Teddy menerangkan mengenai struktur Art Department atau Departemen Artistik pada pembuatan film. Departemen ini sanagat krusial dan berperan penting dengan setting film. “Oleh sebab itu, Departemen Artistik biasanya terdiri dari banyak sub departemen,” celetuk Teddy

Sub departemen pertama, sebut Teddy ialah Production  Desainer Produksi. Secara garis besar, seorang Desainer Produksi banyak bekerja dengan sutradara untuk menciptakan tampilan sebuah film mulai tahap development hingga pra produksi. “Selanjutnya adalah Director Seni yang bertugas mengawasi jalannya pengeksekusian konsep yang telah ditentukan Production Designer bersama sutradara,” tegasnya.

Tak kalah penting, kata Teddy adalah Decorator Set sebagai penanggung jawab atas segala furniture seperti lemari, rak, lampu gantung, hingga yang lebih kecil seperti gorden, sarung bantal, atau karpet. “Untuk film-film besar seperti Crazy Rich Asians, ada satu sub departemen lagi yaitu Greens Department yang bertugas mengurus kebun, kolam, atau karangan bunga,” kata lelaki berkacamata ini.

Berbeda dari Set Decorator, Teddy menegaskan Props Master  memiliki tugas untuk mengurus semua barang yang disentuh langsung oleh aktor dan aktris, baik itu pemeran pembantu maupun orang-orang di latar belakang. “Tak hanya itu, Graphic Designer, Concept Illustrator, Art Coordinator, Construction Manager, hingga Food Stylist saling berkoordinasi untuk menyempurnakan tata artistik pada suatu film,” ujarnya.

Semakin dalam, Teddy menuturkan bahwa proses desain produksi terbagi menjadi tiga tahap yakni pra produksi, produksi, dan pasca produksi. “Pada tahap pra produksi beberapa hal yang dikerjakan oleh Departemen Artistik yakni melakukan brainstorming dengan sutradara, diskusi budget, mengumpulkan tim, riset, lalu proses desain,” imbuhnya.

Dalam sebuah film, tambah Teddy biasanya menargetkan semua desain sebisa mungkin terasa nyata saat dilihat. “Untuk itu diawal pembuatan film, kami terbiasa untuk melakukan riset dari buku terlebih dahulu dan menghindari langsung terjun ke internet,” tutur Teddy menjelaskan proses riset yang sering dilakoninya.

Pada tahap produksi dan pasca produksi, Teddy menyebut Departemen Artistik lebih berperan dalam hal Visual Effect dan Computer-Generated Imagery (CGI) yang digunakan. Teddy pun menekankan bahwa Visual Effect berbeda dengan Special Effect. “Visual Effect itu seperti ledakan, sambaran petir, hujan, api, dan sebagainya. Sedangkan Special Effect itu aspek fisik seperti asap yang muncul ketika ada api, atau basah ketika hujan,” jelasnya.

Guna membekali peserta seminar yang tertarik untuk terjun di bidang yang sama dengan Teddy, lelaki yang telah terjun dalam dunia perfilman sejak 2016 ini membocorkan kemampuan-kemampuan utama yang perlu dimiliki. “Terdapat tiga kemampuan utama yakni selera dalam desain, kemampuan manajemen, serta kemampuan budgeting,” pungkasnya (ra/qin)

Salah satu adegan dalam film Crazy Rich Asians yang tata artistiknya dibedah oleh Teddy

Berita Terkait