ITS News

Selasa, 14 Mei 2024
16 April 2008, 09:04

Dialog Interaktif Bahas Prospek Angkutan Laut

Oleh : Dadang ITS | | Source : -

Dialog Interaktif ini mengambil tema Pengembangan Transportasi Laut sebagai Penggerak Ekonomi Bangsa. menurut Ketua panitia Sampan 2, Faishal, mengungkapkan bahwa tujuan acara tahunan ini digelar tak lain karena ingin mengubah paradigma masyarakat tentang transportasi laut. “Padatnya transportasi darat seharusnya membuat transportasi laut sebagai pilihan utama masyarakat,” ungkapnya.

Sebagai pembicara pertama, Oentoro menjelaskan tentang organisasi tempatnya bernaung yaitu INSA (Indonesian National Shipowner’s Association). INSA yang telah berdiri sejak tahun 1967 ini memiliki visi ingin menerapkan asas cabotage (pengibaran bendera negara yang dilalu kapal tersebut, red) secara konsekuen. “Agar kita menjadi tuan rumah di negeri sendiri,” ungkap pemilik 78 unit kapal ini.

Ia menerangkan bahwa tiap tahunnya Indonesia kehilangan 25 milyar dollar per tahun dari potensi jasa pengangkutan. Banyaknya barang yang harus diangkut tiap tahun berkisar 700 juta ton. “Coba kalau pinjam ke CGI, paling hanya dapat 4-5 milyar dollar, itu pun kita dipites (ditekan, red) dulu,” ujar Oentoro.

Oentoro berharap dengan menyelamatkan uang tersebut, maka Indonesia akan bisa membangun transportasi laut yang baik. “UU sudah diterbitkan, tinggal implementasinya,” tutur pemilik Grup Arpeni ini. Menurut Oentoro, kapal adalah sebuah hardware, sehingga butuh operator (baca: SDM) yang proffesional bila ingin lebih produktif.

Sementara itu, dilihat dari sisi ekonomi, Soebagyo menjelaskan adanya disparitas spatial yang akut di Indonesia. “Pulau Jawa menjadi daerah pusat meninggalkan daerah yang lain,” ungkap dosen Ekonomi Unair ini. Permintaan jasa transportasi, katanya, merupakan derived (turunan) terhadap barang dan jasa. Transportasi laut sendiri baru menyumbang 8,8 trilyun pada PDB. “Seharusnya hal itu bisa lebih besar,” tambahnya.

Sedangkan pembicara dari Litbang Dephub, Ir Rachmat menjelaskan tentang fungsi multi moda yang akan memberikan single simplest service dalam rangka pemindahan barang sampai tujuan. “Sehingga nantinya cukup dengan satu operator perusahaan pelayaran yang menangani pengiriman barang sampai ke tempat tujuan,” ujar lulusan Teknik Perkapalan ITS tahun 1978 ini.

Sebagai pembicara terakhir, Daniel M Rosyid mengungkapkan pengembangan potensi wisata bahari antar pulau di Jawa Timur. “Potensi Jawa Timur kurang berkembang karena barrier pariwsata Bali dan Jogja,” ungkapnya. Daniel yang juga dosen Kelautan ITS ini pun memberikan solusi untuk mengimbangi layanan transportasi udara yang semakin berkembang.

Salah satu caranya, tutur Daniel, yaitu melalui pengembangan Long And Narrow (LAN) Trimaran sebagai transportasi laut antar pulau kecil. Panjang kapal ini 35-40 meter, kapasitas 60-80 orang dengan kecepatan 25 knot (hampir 50 km/jam) dan bisa meningkatkan intensitas pelayaran pariwisata antar pulau. “Pelayaran Gresik ke Bawean hanya ada dua kali seminggu, menjadikan pulau Bawean terasing,” pungkasnya. (bah/th@)

Berita Terkait