ITS News

Sabtu, 27 Juli 2024
12 Mei 2024, 14:05

Berkedok Kemanusiaan, Donasi Online Jadi Ladang Penipuan

Oleh : itsqil | | Source : ITS Onlline
Ilustrasi donasi online

Ilustrasi donasi secara online (Sumber: Freepik.com)

Kampus ITS, Opini Perkembangan teknologi menawarkan jalan pintas untuk menebar kebaikan, salah satunya melalui donasi. Sayangnya, kebaikan tersebut justru disalahgunakan sebagai ladang keuntungan oleh sebagian pihak. Lantas masih amankah penyaluran donasi secara online?

Belakangan ini, media sosial diramaikan dengan kasus penipuan donasi online. Donasi palsu yang marak dijumpai kerap mengatasnamakan kemanusian untuk menarik simpati khalayak luas. Penipu seringkali memanfaatkan momentum bencana alam hingga peperangan untuk menyita perhatian warganet.

Tentu kasus penipuan online seperti ini tak asing lagi bagi warganet dan banyak dari masyarakat yang telah melek akan aksi kriminal ini. Namun, nampaknya penipu tak mau kalah pintar dari calon korbannya. Modus penipuan yang diterapkan pun semakin canggih, seperti teknik phishing. Phishing merupakan upaya penipu untuk mengelabui korbannya dengan membuat laman palsu yang sangat menyerupai situs web resmi suatu institusi terpercaya.

Usaha penipu donasi online ini nyatanya sukses memerangkap korbannya berkat halaman phising yang amat persis seperti situs donasi dan amal resmi. Para penipu online ini tak hanya menguras uang korbannya, melainkan turut mengancam kredibilitas nama organisasi sah yang tercatut di laman gadungan tersebut.

 

Tangkapan layar penipuan donasi online

Tangkapan layar tindak penipuan donasi online (Sumber: kompas.com)

Tak berhenti sampai disitu, penipu terus memutar otak untuk memvariasikan aksi ilegalnya. Menurut laman cnnindonesia.com, modus penipuan online lainnya ialah metode ‘tekanan situasi.’ Pelaku akan melancarkan aksinya dengan menekankan urgensi diikuti penggunaan bahasa yang mampu memainkan emosional korbannya. Tak jarang penipu beraksi bak korban dengan keadaan memprihatinkan.

Pelaku umumnya memanfaatkan media sosial untuk melancarkan modus penekanan situasi. Penipu akan memasang iklan bahkan mengirimkan pesan pribadi kepada targetnya melalui sosial media untuk menggalang dana. Pelaku akan memancing kesedihan korbannya dengan konten-konten menyayat hati, misalnya donasi berkedok biaya pengobatan keluarganya.

Aksi kejahatan online yang terus menjadi-jadi ini tentu menimbulkan kekhawatiran di kalangan masyarakat yang memang memiliki niatan baik untuk berdonasi secara online. Tak dapat dipungkiri, berdonasi melalui platform online memang sangat memudahkan. Namun, dengan adanya kasus ini, masyarakat semakin enggan berdonasi online karena ketakutannya menjadi korban kriminalitas.

Lantas, permasalahan ini tak semata-mata menjumpai jalan buntu. Donatur perlu memahami langkah awal untuk memitigasi penyalur dana agar terhindar dari penipuan. Langkah awal, calon donatur perlu memvalidasi sumber penggalangan dana yang terpercaya dan memastikan track record penyalur. Lakukan juga riset media sosial dan laman resmi organisasi agar terhindar dari laman palsu.

Lebih lanjut, pada tahap transaksi donatur juga perlu memastikan menyalurkan dananya ke rekening atas nama organisasi resmi dan menghindari transaksi ke akun rekening pribadi. Donatur juga berhak memantau aliran dana secara berkala dan meminta bukti penyaluran donasi oleh institusi terkait.

Sikap cermat dan bijak masyarakat menjadi poin terpenting guna memastikan pemanfaatan teknologi yang aman bagi masyarakat. Pada dasarnya masyarakat tak perlu takut untuk berbagi berkah kepada orang-orang yang benar-benar membutuhkan. Hanya saja jadilah donatur yang jeli yang tidak mudah termakan konten berkedok kemanusiaan. (*)

 

Ditulis oleh:
Hani Aqilah Safitri
Departemen Studi Pembangunan
Reporter ITS Online
Angkatan 2023

Berita Terkait