ITS News

Selasa, 07 Mei 2024
18 Maret 2008, 13:03

Diskusi Sore, Bahas Penghinaan Nabi

Oleh : Dadang ITS | | Source : -

Menurut Pandu Setyawan, Sekretaris Umum JMMI, acara Diskusi Sore mengangkat tema yang membahas seluk beluk, alasan terjadinya penghinaan terhadap nabi Muhammad SAW. "Semoga bisa menjelaskan ada apa dibalik tindakan penghinaan ini," ungkap Pandu.

Diskusi Sore merupakan program rutin JMMI yang kali ini menghadirkan Syaifuddin Nawawi sebagai pembicara. Diawal ceramahnya, Nawawi yang juga penulis majalah Hidayatullah, bertanya kepada peserta. "Anda-anda sekalian pernah membaca kisah Nabi Musa, Ibrahim, Yusuf, Nuh dan yang lainnya nggak, terutama yang bergambar?," tanya. Serentak peserta pun mengiyakan. Namun, lanjutnya, kejadian itu tidak seheboh sewaktu Nabi Muhammad dikarikaturkan.

"Inilah yang sudah hilang dari kita, rasa kepekaan parsial yang selalu menyelubungi selama ini. Nabi-nabi tersebut juga Nabi kita, kenapa kita tidak marah waktu mereka digambar seperti itu?," tanya Nawawi.

Kita pun, imbuh Nawawi, harus bersikap bijak menghadapi penghinaan ini. "Kita jangan balas menghina atau dengan kekerasan, karena Nabi tidak mengajarkan seperti itu, tapi tunjukkan sikap kredibilitas seorang muslim pada mereka," solusi Nawawi. Sebab, katanya, kekerasan dan penghinaan tidak akan menyelesaikan masalah.

Diskusi yang menarik ini semakin seru ketika Nawawi menunjukkan betapa banyak penghinaan terhadap Nabi melalui media internet. Muammar Qadafi, salah satu peserta bertanya, "bagaimana cara yang baik untuk mengatasi penghinaan ini?". Menyikapi pertanyaan tersebut, Nawawi menghimbau, "mempersiapkan satu generasi ke depan yang lebih baik untuk mengatasi ini semua".

Terakhir, Nawawi berpesan agar umat Islam mempersiapkan generasi yang lebih baik dari sekarang. "Kita ambil filosofi pohon kelapa. Nenek dan kakek kita yang menanam, tapi begitu mereka telah meninggal, kita bisa menikmati buahnya," tandas Nawawi. Artinya, lanjut Nawawi, tanamlah benih generasi terbaik dari sekarang dan kita akan merasakan kejayaan kemudian. (fn/th@)

Berita Terkait