ITS News

Sabtu, 18 Mei 2024
05 Mei 2024, 08:05

People Pleaser: Upaya Semu Menyenangkan Semua Orang

Oleh : itsfeb | | Source : ITS Online
Gambar ilustrasi seseorang menulis people pleaser

Ilustrasi seseorang menulis people pleaser (sumber : Canva)

Kampus ITS, Opini — Setiap manusia pasti pernah memiliki keinginan untuk menyenangkan orang lain dalam hidupnya. Namun sebenarnya, manusia tidak akan dapat menyenangkan semua orang. Dalam kadar yang berlebih, keinginan tersebut hanya akan membuat manusia terjebak dalam fenomena yang disebut people pleaser.

Dilansir dari laman Medical News Today, people pleaser adalah suatu fenomena ketika seseorang selalu berusaha menyenangkan orang lain tanpa menghiraukan keinginan serta kebutuhannya. Sebagai makhluk sosial memang sudah sewajarnya kita saling membantu satu sama lain, tetapi fenomena people pleaser ini sampai membuat pelakunya mengorbankan diri sendiri untuk menyenangkan orang lain. 

Apabila dipandang dari kacamata yang sempit, fenomena people pleaser dapat menciptakan sebuah dunia yang ideal. Setiap orang bahu-membahu untuk membantu satu sama lain dalam ‘dunia ideal’ tersebut. Fenomena ini tidak akan membuat seseorang khawatir akan permasalahan yang sedang dihadapi karena pasti akan ada seseorang yang membantunya. 

Gambar animasi fenomena people pleaser

Ilustrasi yang menggambarkan fenomena people pleaser (sumber: Washington Post)

Namun sayangnya, ‘dunia ideal’ tersebut sangatlah tidak mungkin ada apabila kita mengingat bahwa setiap orang pasti memiliki sifat dan kepribadian yang berbeda-beda. Ketika kita membantu orang lain, terdapat kemungkinan apabila kebaikan tersebut tidak dibalas dengan baik oleh orang lain. 

Lalu, mengapa seseorang bisa menyenangkan orang lain dan mengesampingkan kebutuhan pribadinya? Hal tersebut dapat terjadi karena seseorang merasa kurang berharga dibandingkan orang lain. Selain itu, rasa takut akan penolakan lingkungan juga semakin membuat seseorang menjadi people pleaser

Menurut laman Verywell Mind, people pleaser juga dapat diakibatkan oleh pengalaman traumatis masa lalu. Pola asuh orang tua yang otoriter, perundungan dalam lingkup pertemanan, atau pengalaman serupa lainnya berpotensi menjadi penyebab seseorang menjadi people pleaser.   

Jika diibaratkan, pelaku people pleaser merupakan sebuah lilin yang tengah menyala dalam kegelapan. Lilin tersebut dapat menyala dan menerangi lingkungan sekitarnya dengan cara membakar dirinya sendiri. Dalam kondisi gelap, lilin tersebut berhasil membantu untuk lingkungan sekitarnya terang, tetapi dengan cara membakar dirinya sendiri. 

Gambar sebuah lilin yang sedang menyala

Ilustrasi sebuah lilin yang menyala di tengah kegelapan (sumber : Freepik)

Berbuat baik memang sudah menjadi tugas kita sebagai makhluk sosial. Akan tetapi, perlu disadari bahwa kita juga memiliki tanggung jawab untuk menyelesaikan permasalahan atau tugas kita sendiri. Jangan sampai kita mengorbankan tugas dan keinginan kita hanya untuk memenuhi keinginan atau ekspektasi orang lain. 

Reza Pardede, salah satu stand up komedian pernah mengutip kata-kata menarik berkaitan tentang people pleaser. Coki, nama panggungnya, mengutip bahwa ketika kita hidup untuk menyenangkan orang lain, mungkin semua orang akan senang. Tetapi ada satu orang yang tidak bahagia, yaitu diri kita sendiri. Kutipan tersebut menjadi salah satu penguat bahwa people pleaser hanyalah sebuah upaya semu untuk menyenangkan semua orang. (*)

 

Ditulis oleh:
Mohammad Febryan Khamim
Departemen Matematika
Angkatan 2022
Reporter ITS Online

Berita Terkait