ITS News

Senin, 06 Mei 2024
23 Januari 2008, 15:01

Teknik Lingkungan Tambah Dua Guru Besar

Oleh : Dadang ITS | | Source : -

Dalam orasi ilmiahnya, Prof Sarwoko mengangkat judul Integritas Fitoteknologi Dalam Sanitasi Lingkungan untuk Pembangunan Berkelanjutan. Orasi ilmiah yang sudah dipublikasikan di tingkat internasional tersebut mengingatkan pentingnya teknologi proses alam dalam membantu pengolahan limbah. ”Selama ini, masyarakat hanya mengandalkan teknologi manusia, padahal alam sendiri juga bisa dimanfaatkan dengan baik,” papar ayah dua anak ini saat jumpa pers, Rabu (23/1).

Teknologi alamiah ini sangat mendukung bagi kesehatan manusia. Teknologi yang dikenal dengan Fitoteknologi ini memilki misi yang sama dengan teknologi sanitasi. Perbedaan terletak pada prososnya yang alamiah dan manajemen materinya yang mampu di daur ulang. “Teknologi inilah yang sudah dimanfaatkan manusia pada 3000 tahun SM,” ungkap Sarwoko.

Diungkapkannya, ada beberapa jenis tanaman yang sebenarnya bisa dimanfaatkan untuk membantu mengolah limbah terutama limbah industri yang cukup berat. Namun masyarakat bahkan pemerintah sering tidak sadar terhadap manfaat tanaman tersebut.Salah satunya adalah tanaman enceng gondok yang sebenarnya mampu menjadi penyerap polutan yang bagus.

Menurut Prof Sarwoko, akar enceng gondok ini mampu menyerap dengan baik sejumlah zat polutan yang tersertakan dalam suatu limbah. Sehingga air yang banyak ditumbuhi tanaman enceng gondok ini nantinya bisa terbebas dari zat-zat polutan yang membahayakan.

Karena itu, pria kelahiran Purbalingga, 24 Agustus 1954 ini menyarankan agar industri-industri menyediakan lahan khusus untuk ditanami enceng gondok sebagai tempat pengolahan limbahnya. Sehingga air yang dihasilkan dari tempat tersebut tidak mencemari lingkungan.

Untuk tanaman di darat, menurut Prof Sarwoko, yang juga mampu menyerap polutan dengan baik adalah tanaman mengkudu. Mulai dari daun sampai akarnya mampu menyerap polutan. ”Karena itu, sebaiknya kawasan industri lebih banyak menanam mengkudu,” tutur suami dari Marliani ini tersenyum.

Sementara itu, orasi ilmiah yang diangkat Prof Joni Hermana berjudul Keberlanjutan Sistem Pengelolaan Sanitasi Perkotaan dalam Perspektif Rekayasa Ilmu Perencanaan Bangunan Pengolahan di Indonesia.

Dalam orasinya, dekan FTSP ini menyoroti banyaknya bangunan atau sistem sanitasi yang masih salah di masyarakat, terutama di skala rumah tangga (RT). ”Sebenarnya masyarakat Indonesia sudah mampu membuat sarana sanitasi tapi karena kurang ada pengarahan yang tepat, sehingga tetap saja menyebabkan pencemaran,” tuturnya mengingatkan.

Salah satunya adalah pembuatan septic tank. Tempat pembuangan limbah ini memang cukup bagus tapi hanya secara individual, tidak untuk lingkungan secara keseluruhan. Karena limbah yang tertampung di dalamnya tidak bisa lagi dimanfaatkan dengan baik oleh lingkungan sekitarnya.

Dalam kenyataannya, sekitar 70 % sanitasi di Indonesia dikelola oleh masyarakat sendiri. Anggaran dari pemerintah pun hanya mampu memberiakn sebagian kecil saja sanitasi yang ada. “Hal ini berarti sebenarnya masyarakat punya potensi, tinggal bagaimana pemerintah mengarahkan secara benar,” jelas Joni.

Karena itu, ia menyarankan alternatif untuk pembuangan limbah skala lingkungan ini dengan menggunakan teknologi Anaerobic Buffled Reactor (ABR). Yakni semacam septic tank bersama yang bersekat-sekat menjadi beberapa ruang untuk mengolah limbah apapun dari sejumlah rumah tangga. Hasil pengolahan limbah dari ABR ini bisa menjadi air bersih. ”Tapi harus ditambahkan dulu biofilter pada tahapan akhir pengolahannya,” jelas pria kelahiran Bandung, 18 Juni 1960 ini.

Menurut ayah empat anak ini, masyarakat seharusnya terus berupaya untuk melakukan daur ulang limbah atau produk buangan agar bisa tetap dimanfaatkan lagi nantinya. Sehingga tidak ada yang terbuang nantinya dari segala sesuatu yang telah digunakan di masyarakat.

Biofilter yang disusun secara seri ini telah sesuai dengan The Best Available Technology not Entailing Costs (BATNEC). Terbukti Teknologi ini paling baik setelah ditinjau dari aspek konstruksi dan kebutuhan akan mikroorganisme.(Humas/zn/jie)

Berita Terkait