ITS News

Senin, 06 Mei 2024
02 Maret 2007, 15:03

Pertama Ikut, Sabet Dua Gelar Terbaik FFI PIMITS

Oleh : Dadang ITS | | Source : -

Awalnya sebuah lilin menyala, lalu perlahan meredup dan padam. Film pendek berdurasi tujuh menit ini bercerita tentang sepasang kekasih yang memiliki masalahnya masing-masing. Tampaknya sosok ayah menjadi figure yang bermasalah bagi mereka berdua, akibat hubungan gelap tanpa restu. Akhirnya, mereka memilih jalan untuk menyelesaikannya sendiri.

Inilah cuplikan film Padam yang ini menjadi menonjol dalam Festival Film Independen PIMITS 10. Hal ini karena kekuatan yang bertumpu pada penguasaan teknik sinematografi yang baik dan jalinan cerita yang minimal tapi kompleks. Semuanya berbaur dengan manis dalam padam. Pemilihan pemain yang berkarakter nampaknya juga menjadi salah satu titik penting dalam film terbaik versi FFI ini. Eko Rizki, ketua penyelenggara FFI 2007 sendiri memberikan rating empat bintang bagi film Padam ini.

Denny Omen, sutradara film Padam, megatakan bahwa timnya hanya butuh tiga hari untuk memproduksi film ini. Tiga hari itu, termasuk pematangan script hingga editing. “Cukup singkat, tapi kami bekerja keras untuk itu, hitung-hitung aplikasi ilmu yang kita dapatkan,” ujar Denny.

Salah satu yang menarik dalam cerita yang dikandung, film ini memiliki sedikit dialog. Yang bercerita adalah simbol yang bergerak bebas dari frame satu menuju frame yang lain. Seperti kebencian terhadap figur ayah yang disimbolkan dengan membakar foto diri sang ayah. “Kami ingin visual bercerita dengan caranya sendiri, tentu saja dengan simbol-simbol yang mudah dipahami,” ungkap Denny menjelaskan alasan cerita yang disampaikan menjadi begitu kuat.

Secara teknik, pun terlihat bahwa tim produksi film Padam ini memiliki kemampuan sinematografi yang cukup baik. Terbukti, tidak terjadi kasus pencahayaan yang kurang maupun berlebih dalam setiap scene yang ditampilkan. Semuanya nampak pas. Seperti yang diungkapkan Denny bahwa pengambilan gambar dilakukan di tiga tempat yaitu perpustakaan pusat ITS, kuburan di Sunan Kuning,” Yang satunya lagi kami ambil di rumah seorang teman,” jelas Denny.

Diakui Denny, dirinya tidak menyangka film yang dibuatnya secara dadakan ini mampu menarik perhatian juri yang terdiri dari para proffesional dan praktisi film di Surabaya. “Kita nggak nyangka bisa menang,” ujar Denny bersyukur film yang digarapnya menyabet The Best Film dan The Best Director dalam ajang Festival Film Independen PIMITS 10.

Sementara, menurut Firsa Hanita, screener dalam FFI mengatakan bahwa film Padam ini memiliki semangat indie dan cerita yang orisinal. Terbukti, imbuhnya, film ini menghadirkan musik latar yang diambil dari sebuah band indie di Surabaya. “Mereka mampu meraciknya kedalam komposisi yang apik dan ide cerita yang dikemas baru,” pungkas Firsa. (ap/th@)

Berita Terkait