ITS News

Minggu, 05 Mei 2024
12 Februari 2007, 16:02

Mbah Mo, Jalani Dwifungsi Juru Parkir

Oleh : Dadang ITS | | Source : -

Bagi mahasiswa atau dosen yang sering parkir atau sekedar melewati portal jurusan Teknik Elektro ITS, pasti tak asing dengan nama Mbah Mo. Laki-laki paruh baya ini memang murah senyum dan akrab sekali dengan pelanggan parkirannya. Tiap kali keluar masuk parkiran, ucapan ‘monggo Mbah Mo’ sepertinya sudah menjadi tradisi.

Sarmo menghabiskan waktunya tiap hari sebagai penjaga parkir kawasan Teknik Elektro. Kebiasaan menyapa orang dengan ramah, sudah menjadi sarapannya. Karena, menurut Mbah Mo, hanya dengan itulah dirinya bisa berbuat yang terbaik bagi orang lain. Selain itu, Mbah Mo juga masih mempercayai hukum karma. "Barang siapa berbuat terbaik bagi seseorang, pasti orang itu akan membalasnya dan mengenangnya, hukum ini pasti terjadi," komentar Mbah Mo. Bahkan, Mbah Mo mempunyai fungsi sambilan selain tukang parkir, yaitu information center bagi mahasiswa yang ada keperluan dengan dosen.

Aneh bila dipikir, seorang juru parkir mau melakukan tigas dwifungsi ini. Padahal, tanpa adanya upah. Hal ini dilakukan Mbah Mo, karena merasa kasihan melihat mahasiswa mondar-mandir ke kampus berkali-kali hanya untuk menemui dosen yang tak jelas keberadaannya. "Iya kalau mahasiswanya itu nganggur terus nggak ada kerjaan. Yang nganggur saja kadang masih jengkel jika diperlakukan begitu apa lagi yang sibuk," tandas pria yang telah mempunyai tiga cucu ini.

Kepedulian mbah Mo ini ternyata membuahkan hasil, terbukti adanya respon positif dari customer-nya. Bahkan gara-gara aktivitas sampingannya ini, Mbah Mo, hendak diberi handphone oleh mahasiswa yang merasa sangat tertolong berkat jasanya. "Katanya sih biar mereka cukup nelpon dari rumah tentang keberadaan dosen. Jika positif ada, mereka baru berangkat sehingga tak sia-sia kedatangannya ke kampus," alasannya.

Namun kini Mbah Mo telah memiliki hand phone. Perangkat ini dimilikinya dengan mengangsur. Dua nomor yang disebutnya hot line itu terdiri atas satu nomor GSM dan CDMA. "Yang terakhir ini (CDMA, Red) karena Mbah melihat juga kemampuan beli pulsa mahasiswa. Kalaupun nggak ada pulsa tetap bisa berkomunikasi lewat telepon koin sekalipun," paparnya. Di sisi lain, mahasiswa yang telah lulus pun juga mengenang siapa Mbah Mo.

Pengabdian tulus tersebut diakui pria yang sering memanggil mahasiswa Teknik Elektro dengan sebutan cucu itu sebagai niat untuk menjadi pelayan yang baik. Empat pedoman dasar pun dibangunnya sendiri meliputi Care (kepedulian), Cooperation (kerja sama), friendly (persaudaraan) dan familiar (kekeluargaan). Pedoman-pedoman itu juga ditulis Mbah Mo dalam cat putih diatas papan berwarna biru besar yang diletakkannya di dekat tempat parkir. Tulisan itu berbunyi we learn to serve you with care, cooperation, friendly and familiar

Sebelumnya, Mbah Mo sempat bekerja di pabrik plastik pada tahun 1970 hingga 1976. Di sinilah Mbah Mo bertemu dengan pendamping hidupnya dan menikah tahun 1974. Setelah itu, alih profesi di galangan kapal Perak mulai tahun 1976 sampai 1985. Baru pada tahun 1986, Mbah Mo mengabdikan dirinya di ITS. (aan/th@)

Berita Terkait