ITS News

Senin, 06 Mei 2024
12 November 2006, 16:11

Betina Tarik Minat Mahasiswa ITS

Oleh : Dadang ITS | | Source : -

Film Betina yang merupakan debut pertama sutradara Lola Amaria kemarin dikupas tuntas dalam acara talkshow yang diadakan di gedung Pascasarjana ITS. Menghadirkan Ika dari Broadcast ITS, Affan dari INFIS (Independent Film Surabaya), Samodra seorang praktisi sinematografi Indonesia, dan Reza salah satu tim produksi Betina dari 9 Palm Pictures, Betina menjadi bahan diskusi yang menarik.

Betina, sebuah film yang bercerita tentang gadis yang mencintai seorang penghulu kematian. Betina hidup di sebuah dunia yang masih memegang kepercayaan akan dunia magis yang masih kuat, ia juga hidup dengan dikelilingi oleh orang-orang yang “sakit”. Alur cerita yang acak memaksa penonton berpikir untuk merangkai ceritanya menjadi satu jalinan yang runut. “Seperti film-film buatan Aria Kusumadewa, Betina punya nilai filosofis yang tinggi,” ujar Emerita yang juga kepala Culture Center ITS.

Emerita mengatakan pemutaran film Betina ini merupakan wujud kepedulian Culture Center ITS terhadap perkembangan film, khususnya film indie karya mahasiswa ITS sendiri. “Setelah ini kami akan mengadakan festival film indie bekerja sama dengan mahasiswa ITS,” ungkap Emerita.

Film dengan tagline "Aku merindukanmu dengan kematian orang lain…" ini sendiri tidak diputar melalui bioskop-bioskop layaknya film panjang lainnya. Film yang berdurasi tujuh puluh menit ini hanya diputar di kampus-kampus dengan tajuk Roadshow on Campus. Sebelum Surabaya, ada beberapa kota di Jawa yang sudah disinggahi seperti Jakarta, Bandung, dan Yogyakarta. Kota Surabaya sendiri hanya diwakili oleh ITS untuk pemutaran film Betina ini. “Kita bersyukur sambutan dari adik-adik mahasiswa cukup besar terhadap film Betina ini,” ujar Reza yang juga mengaku bahwa Betina diproduksi selama tiga tahun.

Pada saat pemutaran, ruang auditorium Pascasarjana ITS disulap layaknya bioskop. Seluruh interior rungan di dominasi warna gelap, dan ventilasi ditutup dengan bentangan kain hitam. Kualitas suara yang baik juga mendukung suasana, hanya saja kursi yang disediakan adalah kursi kuliah bukan kursi busa layaknya bioskop asli. Suguhan yang diberikan oleh para sponsor berupa snack, kue, dan minuman pun menambah keasyikan para penonton. Potongan adegan dari saat betina melempari lawan mainnya dengan kotoran sapi juga membuat gelak tawa penonton menggema di auditorium Pascasarjana.

Dalam wawancara terpisah, Reza berbicara mengenai nasib film independen yang menurutnya masih banyak diartikan salah oleh masyarakat. Stereotip yang beredar di masyarakat adalah bahwa film independen adalah film amatir yang tidak layak tonton. Reza menegaskan bahwa film independen harus memiliki kualitas yang sama dengan film panjang yang biasa diputar di bioskop. “Akibat stereotip ini banyak filmmaker indie akhirnya tidak bersungguh-sungguh dalam berkarya!” tegas Reza. Reza pun memberikan saran bagi mahasiswa ITS yang suka membuat film, bahwa kesungguhan dan rajin menelurkan karya adalah rahasia para sutradara film sukses. “Kalo perlu ikutkan festival film yang sekarang banyak diselenggarakan,” (ap/ftr)

Berita Terkait