ITS News

Selasa, 14 Mei 2024
24 Mei 2006, 13:05

Borok

Oleh : Dadang ITS | | Source : -

Borok, secara harfiah mengandung arti sebuah luka yang membekas dalam waktu yang lama, mengkin saja menahun, mungkin saja menanah. Seperti layaknya jerawat dan kurap, borok sama-sama seperti tamu tak diundang dalam tubuh yang diamini untuk selalu putih-mulus. Hanya saja, saat ini sudah banyak tersedia ramuan mujarab di pasaran untuk mengusir jerawat dan hanya butuh selembar sandang untuk menutup kurap. Borok jauh lebih menakutkan, lebih menyakitkan dan bau. Tidak mudah untuk menutupi borok.

Borok seringkali diartikan sebagai sesuatu yang buruk yang dapat melunturkan citra-diri. Sesuatu yang tidak boleh diketahui orang lain, haram. Citraan yang ditimbulkan borok adalah sesuatu yang selalu saja negatif, karena borok berafiliasi sangat kuat dengan ketidakbersihan, ketidakberesan, dan bau. Borok pun menjadi sangat ditakuti, apalagi oleh seorang yang telah membangun reputasinya selama sekian tahun. Tentu saja ini tidak mudah.

Tidak jarang borok diasumsikan sebagai sesuatu yang maya dan tidak nyata. Banyak orang yang tidak tahu borok dan tidak mau tahu. Karena keberadaannya yang sering diasumsikan maya maka tidak heran jika borok lebih sering dihindari daripada dihadapi. Seolah-olah sebuah borok mampu menguap dengan sendirinya, tanpa diobati. Tentu saja penyelesaian yang seperti ini bukan membuat borok sembuh malah membuatnya semakin meradang.

Peradangan borok semakin terasa saat ini, di zaman yang lebih maju. Borok tidak lagi menjadi konsumsi pribadi, bisa jadi saat ini borok bisa menjelma menjadi lebih luas sebagai borok instansi maupun borok jamaah. Borok jamaah merupakan borok yang endemik pada satu obyek namun terpaksa ditutupi bersama karena menyangkut citra-diri bersama. Bisa jadi borok jamaah ini lebih luas, lebih parah, lebih bernanah, dan lebih bau.

Mungkin borok menjadi salah satu alasan para bawahan pimpinan di negeri ini untuk berlaku ABS (Asal Bapak Senang). Mengatakan segala sesuatu yang nampak indah dan menyenangkan. Menyenangkan untuk didengar, menyenangkan untuk dibayangkan. Mungkin juga borok menjadi penyebab utama pembredelan media yang menyuarakan realitas. Sangat mengkin pula borok menjadi satu-satunya alasan mengapa Marsinah dan Udin harus mati lebih cepat.

Meski tidak sedikit dari orang di negeri ini yang mencoba untuk membongkar borok, namun tidak sedikit juga dari mereka yang berakhir mengenaskan. Dihilangkan, dibunuh, atau diasingkan menjadi pilihan favorit eksekusi akhir. Para pembongkar borok ini tentu tahu, apa konsekuensi dari apa yang mereka ungkap. Kebenaran akan realitas mungkin yang mengilhami Pramoedya Ananta Toer, Goenawan Muhammad, Soe Hok Gie, Iwan Fals, dan Wiji Thukul untuk menuliskan realitas-realitas tersebut kedalam catatan mereka. Bagi mereka mungkin menutupi borok dengan kain sutera lebih menyakitkan ketimbang merobek borok dan merendamnya kedalam air-garam-panas. Mereka percaya, obat selalu saja menyakitkan sebelum menyembuhkan.

Saya sendiri masih naif, saya masih belum berani merobek borok saya sendiri. Saya pun masih takut untuk menyingkap borok yang saya sembunyikan dibalik celana, dibalik kaos kaki sendiri. Tapi marilah, sembari menyetel MP3 yang mendendangkan RATM atau Iwan Fals kita merobek borok liyan hingga berdarah. Sampai besar, sampai segar.

Ayos Purwoaji
Mahasiswa Despro ITS

Berita Terkait

ITS Media Center > Opini > Borok