ITS News

Selasa, 14 Mei 2024
22 Februari 2006, 19:02

Perintis Teknik Industri ITS Dikukuhkan Jadi Guru Besar

Oleh : Dadang ITS | | Source : -

Pengukuhan ayah tiga orang putra ini akan dilakukan Rabu, 22 Februari, dengan pidato pengukuhan berjudul Manufacturing Flexibility dan Lean Production: Strategi Peningkatan Kemampuan Bersaing Industri Manufactur. Lalu, apa pandangannya untuk meningkatkan daya saing industri manukaftur di Indonesia? ”Kuncinya hanya satu disiplin,” katanya pendek.

Dikatakannya, kompetisi global, kecepatan perkembangan teknologi, dan makin pendeknya product life cycles mempunyai kontribusi terhadap lingkungan manufaktur yang kompetitif. Dalam kondisi inilah maka dibutuhkan kedisiplinan didalam menjalankan budaya kerja dan etos kerja, baik oleh pimpinan maupun karyawannya. ”Sayangnya mengubah budaya itu amat sulit. Saya ambil contoh, sebuah perusahaan swasta di Indonesia yang dipimpin oleh orang-orang Jepang secara langsung membutuhkan waktu empat tahun untuk mengubah budaya pekerja Indonesia untuk displin menjalankan sebuah program perusahaan. Bahkan di Korea, dibutuhkan waktu sampai 8 tahun,” kata doktor dari University of Strathclyde, Glasgow, Inggris dalam bidang Engineering Management ini.

Saat ini, diungkapkan Suparno, organisasi manufaktur menghadapi situasi yang berubah terus-menerus dan secara signifikan mengandung ketidakpastian. Pada situasi ini, maka keberlangsungan hidup industri manufaktur akan sangat tergantung pada kemampuan mereka untuk bersaing dalam pasar regional maupun global. ”Oleh karena itu pendekatan manufaktur tradisional seperti produksi massa (mass production) dari sejumlah kecil produk standar tidak lagi cukup sebagai senjata andalan untuk bersaing,” katanya.

Hal itu menurut pria kelahiran Madiun, 19 Juli 1948 ini karena konsumen menghendaki barang dan jasa yang bervariasi dengan kualitas tinggi dan harga yang murah. ”Konsekuensi dari itu, maka perusahaan harus mengembangkan metode baru untuk dapat memenuhi keinginan pasar secara tepat waktu dan cost efektif,” katanya.

Fleksibilitas manufaktur dan produksi lean, katanya merupakan upaya yang bisa dilakukan oleh organisasi manufaktur untuk menjawab permintaan dan kebutuhan konsumen yang sangat beragam dan tidak pasti itu. ”Dengan fleksibilitas manufaktur perusahaan akan mempunyai kemampuan untuk dapat memenuhi kebutuhan pelanggan akan produk yang bervariasi dengan biaya yang kompetitif secara efektif dan ekonomis. Sedang melalui penerapan produksi lean, perusahaan industri akan mulai menghilangkan semua waste yang ada di lantai produksi dan dilanjutkan dengan semua waste yang ada diseluruh aspek kegiatan produksi,” katanya.

Dijelaskannya, strategi fleksibilitas manufaktur lebih ditujukan kepada dimensi responsiveness seperti produk, proses dan felksibilitas volume. ”Untuk dapat merealisasikannya diperlukan investasi yang besar. Sedang untuk penerapan produksi lean, modal yang diperlukan relatif lebih kecil walau untuk keberhasilannya akan sangat tergantung pada budaya perusahaan dan tingkat kedisiplinan yang dimiliki oleh karyawan,” katanya.(humas/asa)

Berita Terkait