ITS News

Senin, 06 Mei 2024
15 Maret 2005, 12:03

Mohammad Nuh dan Buku Suplemen Pengukuhannya (1)

Oleh : Dadang ITS | | Source : -

Ada sepenggal kisah sukses yang sangat menarik untuk disimak. Alkisah, seorang pengusaha sukses ditanya oleh sahabat-sahabatnya: Apa rahasia dibalik kesuksesan saudara? Jangan ceritakan tentang kecanggihan peralatan yang saudara miliki, dan jangan pula saudara ceritakan kehebatan manajemen yang diterapkan? Karena yang ingin kami-kami ketahui adalah "rahasia" yaitu sesuatu yang tidak nampak, yang tidak kasat mata.

Sambil menepuk pundak para sahabatnya, dia ceritakan rahasia dibalik kesuksesannya: Begini, tiap orang yang lahir punya kedua orang tua, punya ibu dan bapak. Dalam perjalanan hidup saya, bapak saya telah meninggal dunia di saat saya berusia sepuluh tahun, saya tiga bersaudara dan saya ditakdirkan sebagai anak yang pertama. Hari demi hari, tahun demi tahun perjalanan hidup saya lalui. Sampai akhirnya saya menjadi pengusaha besar seperti ini. Rahasia kesuksesan saya bukan terletak pada kecanggihan peralatan yang digunakan, dan bukan pula sistem manajemen yang dipakai, itu semua hanya syarat perlu saja. Tapi yang menjadi kuncinya adalah do’a ibu saya.

"Saya memiliki kebiasaan, tiap kali habis salat Jumat, saya selalu menyempatkan berkunjung ke ibu saya, sambil membawa makanan kesukaan ibu saya, jajan pasar. Sambil bercengkrama, menanyakan kesehatan dan kebutuhan sang Ibu. Saya berusaha sekuat tenaga dan perasaan jangan sampai pernah menyakitkan hati Sang Ibu. Dan ternyata perilaku hormat dan berperilaku baik sama ibu tadi itulah yang menghantarkan kesuksesan saya. Saya sangat yakin akan kebenarannya, yang saya peroleh dalam mimpi di saat memulai berusaha untuk mandiri. Kesuksesan merupakan rahmat dari Yang Maha Pengasih, berbuatlah dengan penuh kasih sayang, Insya Allah Yang Maha Pengasih akan memberikan kasih sayangnya. Apa lagi terhadap kedua orang tua, itulah yang dimaksud dengan bi’rul walidain.

Membaca sepenggal kisah itu Anda tentu akan menebak, cerita itu ditulis atau disampaikan oleh seorang kiai atau ustadz. Kalau itu kesimpulannya maka Anda salah besar, karena kisah itu ditulis oleh Dr Ir Mohammad Nuh DEA, Rektor ITS Surabaya yang akan dikukuhkan menjadi guru besar (profesor) pada Sabtu, 14 Agustus 2004.

Itulah salah satu bagian dari dua buku kedua yang oleh Nuh disebut sebagai suplemen, yang akan diberikan kepada undangan dalam acara pengukuhan Nuh menjadi guru besar bidang Ilmu Digital Control System dengan spesialisasi Sistem Rekayasa Biomedika. Ada banyak hal yang bisa diperoleh dalam buku itu.

Buku pertama dalam bentuk pidato ilmiah diberi judul "Pengembangan Sistem Rekayasa Biomedika dalam Perspektif Akademik dan Ekonomi Bisnis" sedang buku kedua yang disebut Nuh sebagai suplemen itu diberi judul "Dari Kompleksitas Teknologi Sampai ke Keikhlasan", dan diberi kata pengantar oleh Menteri Pendidikan Nasional (Mendiknas), Prof. A. Malik Fadjar.

Lahir dari keluarga petani sederhana di Gunung Anyar, Surabaya, 17 Juni 1959. Nuh tumbuh dalam lingkungan religius. Otaknya yang encer mengantarkannya kuliah di Jurusan Teknik Elektro ITS dan lulus pada 1983. Baru sebentar mengajar di almamaternya, ia mendapat beasiswa untuk melanjutkan studi di Universite Science et Technique du Languedoc Montpellier, Perancis. Gelar S2 dan S3 diperolehnya di perguruan tinggi tersebut.

Bahkan, dalam penelitian untuk disertasinya, "Realisation du System de Controle de l’Appareil d’Hyperthemie Superficielle ATS 2000", Nuh mengembangkan suatu sistem peralatan untuk terapi superficial bagi penderita kanker kulit. Peralatan tersebut kini masih digunakan di rumah sakit Val d’Aurelle Montpellier Perancis, sebuah rumah sakit khusus untuk kanker.

Kepakaran Nuh dalam bidang Control System – Biomedical System Engineering tersebut memperoleh pengakuan lengkap dengan turunnya keputusan Menteri Pendidikan Nasional RI pada April 2004 yang mengangkat Nuh sebagai guru besar dalam bidangnya itu di ITS.
Meski jabatannya terbilang cukup banyak, tapi Nuh bukanlah tipe ilmuwan yang asyik dengan dirinya sendiri dan ilmu yang digelutinya. Selain rajin meneliti dan menulis, Nuh aktif dalam pengabdian masyarakat, termasuk berbagai kegiatan sosial di luar ITS. Kini jabatan yang dipegangnya antara lain, Ketua Ikatan Cendekiawan Muslim se-Indonesia Jawa Timur, Sekretaris Yayasan Dana Sosial Al Falah Surabaya, Anggota Pengurus Yayasan Rumah Sakit Islam Surabaya, Ketua Yayasan Pendidikan Al Islah Surabaya.

Boleh jadi jabatan guru besar yang diperoleh Nuh saat ini merupakan serangkaian penghargaan serta jabatan yang pernah dipegangnya selama ini. Seperti diketahui, sebelum menjabat sebagai rektor ITS, beberapa jabatan pernah dipegangnya, antara lain Pembantu Direktur III Politeknik Elektronika Negeri Surabaya (PENS) ITS dari tahun 1992-1997, kemudian Direktur PENS ITS selama dua periode dari tahun 1997-2003. Dalam organisasi profesi, suami dari drg Laily Rachmawati ini, tercatat sebagai anggota Institute of Electrical and Electronic Engineering, juga sebagai Technical Committee Member pada kegiatan-kegiatan seminar ilmiah baik nasional maupun internasional.

"Buku suplemen ini adalah bagian dari cita-cita dan keinginan saya untuk menulis buku. Alhamdulillah sebagian dari percikan pemikiran akhirnya terwujud. Beberapa sahabat dan teman dekat saya, sangat menganjurkan untuk belajar memulai menuliskan apa saja yang menjadi buah pikiran. Imbangi bahasa lisan dengan bahasa tulisan, dan memang luar biasa beratnya untuk menulis itu. Bercerita, secara lisan nampaknya lebih mudah," kata peraih penghargaan JICA Special Awards atas keseriusannya menangani bantuan proyek-proyek dari JICA (Japan International Cooperation Agency) di ITS tahun 2003 –penghargaan ini yang pertama diberikan JICA kepada orang Indonesia.
(Humas–ITS, 9 Agustus 2004)

Berita Terkait