News

Mahasiswa ITS Belajar Tentang Lingkungan Di Amerika

Kam, 03 Agu 2017
8:14 pm
Profil
Share :
Oleh : Yoga Ari Tofan   |

Kecintaan Afrizal Ma’arif terhadap lingkungan membuatnya terbang ke Montana, Amerika Serikat untuk mengikuti program Young Southeast Asian Leaders Initiative (YSEALI) Academic Fellows 2016. Program yang diadakan oleh kedutaan Amerika untuk mahasiswa ASEAN tersebut diikutinya selama 50 hari. Pengalaman dan pelajaran pun banyak ia dapatkan selama mengikuti program tersebut.

Untuk urusan ke luar negeri, Afrizal pernah beberapa kali mengikuti program Internasional. Ia pernah mengikuti NIDA Summer Camp 2016 di Thailand, Jenesys 2.0 di Jepang, dan yang paling baru, sekitar Agustus-September lalu Afrizal mengikuti YSEALI Academic Fellows 2016. Mahasiwa Planologi tersebut turut andil dalam bagian Environment and Natural Resources Management.

Dikatakan Afrizal, di Montana ia memiliki house fam untuk sementara ia tinggal. “Saya satu house fam dengan rekan baru saya dari Thailand,” jelas mantan Kepala Departemen Kominfo Perencanaan Wilayah Kotan tersebut

Selama dirumah,  mereka bisa bertukar budaya antara Indonesia, Thailand, dan Amerika khusunya Montana. ucap. Di sana, ia belajar mengenal Amerika lebih jauh dari segi perkotaan dan pedesaan.

Afrizal sendiri megacungkan jempol dengan pengembangan lingkungan di sana. Ia menjelaskan bahwa pemimpin di Montana bekerja sama dengan warganya untuk membangun solar sel, alat penjernih air, serta menanam hutan untuk kebutuhan mereka.

Di desanya, air kotor yang sumbernya berasal dari perumahan dialirkan ke hutan. Setelah diproses secara alami di hutan tersebut, air itu dialirkan ke alat penjernih air menjadi air  siap minum yang kemudian dialirkan kerumah rumah warga. “Air minum didaerah tersebut didistribusikan secara gratis untuk warga,” terangnya.

Selain penjernih air, warga pun berpartisipasi merawat puluhan hektar hutan. “Pohon di hutan akan dipanen dan dijual untuk biayai maintenance alat penjernih air. Hal ini berlangsung secara berkelanjutan,” ungkapnya kagum.

Selama di Amerika, pria yang kerap dipanggil ical itu berkesempatan mengunjungi Washingthon Dc dan Taman Nasional Glasier Montana. Taman itu terletak diperbatasan Amerika dan Kanada. “Pemandangannya indah. Kayaknya pemandangan disana yang paling indah yang pernah saya lihat sejauh ini,”tutur Afrizal.

Tak Ikut Wisuda dan Idul Fitri

Perjalanan panjang Afrizal di Montana tentunya mengorbankan banyak hal. Ia yang seharusnya menjadi wisudawan ke 114 itu harus rela melepaskan momen paling bersejarah dalam karir pendidikan sarjananya.

Kala itu, prosesi wisuda ITS berlangsung ditengah tengah program tersebut. Karenanya,  ia harus tetap stay di Amerika sepanjang program berlangsung. “Saat itu saya  membawa gordon kakak saya yang kebetulan alumni ITS juga. Disana, saya merayakan wisuda saya sendirian,” akunya mengenang kisah tersebut.

Selain melewatkan momen wisuda, ia juga harus rela jauh dari keluarga selama momen idul fitri. “Paling tidak, saya dapat berbagi kebahagiaan dengan teman teman baru saya. Mereka sangat ramah, terbuka, tepat waktu dan tepat janji,” ungkapnya.  (id/ven)

 

Latest News