News

Makna Tirakatan Malam 17 Agustus bagi Insan Terpelajar

Tue, 19 Aug 2025
9:01 AM
Opini-English
Share :
Oleh : Admin-Teknik Kelautan   |

Makna Tirakatan Malam 17 Agustus bagi Insan Terpelajar

 

Oleh:

Dr. Eng. Ir. Rudi W. Prastianto, S.T., M.T, IPU.

Kepala Program Studi Sarjana Teknik Lepas Pantai, Departemen Teknik Kelautan,

Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) – Surabaya

 

Tiap bulan Agustus, suasana di berbagai pelosok negeri mulai terasa berbeda, aroma khas HUT kemerdekaan Republik Indonesia menyeruak serempak. Bendera merah putih berkibar di halaman rumah-rumah, gapura-gapura berhias warna-warni, dan lampu-lampu hias mulai menerangi jalan-jalan kampung. Di tengah gegap gempita menyambut hari perayaan, ada satu tradisi yang tak dilupakan warga, yaitu tirakatan malam 17 Agustus. Nanti malam, di banyak tempat di Indonesia, warga akan berkumpul, (bahkan mungkin ada yang menyalakan obor), doa bersama terlantun, dan rangkaian cerita perjuangan kembali dihidupkan. Inilah berbagai bentuk tirakatan malam kemerdekaan. Tentu masih banyak lagi variasi kegiatannya. Ini sebuah momen yang tidak hanya penting bagi warga secara umum, tetapi juga memiliki makna khusus bagi insan terpelajar (educated people).

Tirakatan Itu Apa?

Tradisi ini sejatinya berakar pada budaya Jawa yang mengenal amalan yang sering disebut “laku prihatin” yaitu arti singkatnya adalah mengurangi/mengendalikan kenikmatan duniawi untuk tujuan batin (atau cita-cita) tertentu. Ketika diterapkan pada malam kemerdekaan, laku tirakat menjadi simbol penghormatan kepada para pejuang yang telah rela “mengurangi” bahkan melepaskan segalanya (berkorban harta-benda, jiwa dan raga), demi kemerdekaan tanah air.

 

Dalam konteks perayaan dewasa ini, maka secara sederhana, “tirakatan” adalah kegiatan berdiam diri, merenung, berdoa, atau mengadakan acara bersama untuk mengenang perjuangan para pahlawan. Di banyak daerah, tirakatan dilakukan pada malam sebelum tanggal 17 Agustus, biasanya selepas Isya hingga tengah malam. Bentuknya beragam: mulai dari doa bersama di balai desa, pengajian, tahlilan, pembacaan riwayat perjuangan, hingga sekadar berkumpul sambil berbagi cerita Sejarah dan selepasnya makan bersama. Seiring berjalnnya waktu, tradisi ini menyebar ke berbagai daerah di Indonesia, meski bentuknya beradaptasi dengan kearifan lokal masing-masing. Ada yang mengisinya dengan pertunjukan seni tradisional, ada yang menggelar lomba kecil sebelum doa bersama, dan ada pula yang mengadakan pawai obor sebelum berkumpul.

 

Tirakatan: Bukan Sekadar Ritual Tahunan

Tirakatan bukan sekadar agenda seremonial. Di baliknya, terkandung makna mendalam: menghubungkan masa lalu, masa kini, dan masa depan bangsa dalam satu momen renungan.

Bagi insan terpelajar, tirakatan seharusnya bukan hanya kegiatan hadir, duduk, makan-makan, atau hingar-bingar kesibukan lalu pulang. Di dalamnya adalah ruang refleksi intelektual yang amat luas: menghubungkan sejarah perjuangan bangsa dengan tantangan masa kini dan masa depan. Jika bagi masyarakat umum tirakatan menjadi bentuk syukur dan penghormatan, maka bagi insan terpelajar tirakatan adalah forum batin untuk bertanya: “Apa arti kemerdekaan ini dalam bahasa ilmu pengetahuan, etika, dan kontribusi nyata yang bisa aku berikan?”

 

Tiga Dimensi Makna Tirakatan bagi Insan Terpelajar

Sebagai ruang refleksi intelektual, tirakatan menghamparkan tempat artikulasi, dan eksplorasi nilai serta pembelajaran luas, yang setidaknya bisa ditilik dari sudut pandang berikut.

  1. Kesadaran Sejarah
    Tirakatan menuntut insan terpelajar untuk tidak sekadar menghafal tanggal proklamasi dan nama-nama pahlawan, tetapi memahami konteks sosial, politik, dan ekonomi yang mengiringi lahirnya NKRI. Sejarah bukan untuk dikenang semata, tetapi untuk diambil pelajaran; yang baik untuk diteladani dan yang salah tidak diulangi.
  2. Tanggung Jawab Intelektual
    Kemerdekaan memberikan hak untuk berpikir bebas dan mengembangkan ilmu. Namun, kebebasan itu juga membawa tanggung jawab: menggunakannya untuk kepentingan bangsa, bukan hanya kepentingan pribadi atau golongan.
  3. Transformasi Nilai menjadi Aksi
    Renungan dalam tirakatan harus berujung pada aksi. Bahasa sekarang: bukan hanya omon-omon. Bagi pelajar/mahasiswa: belajar dengan sungguh-sungguh. Bagi akademisi: meneliti, mendidik, dan berkhitmad pada masyarakat dengan integritas. Bagi pejabat: amanah menjalankan kekuasaan dan hukum yang berkeadilan. Bagi cendekia: menyalakan obor pencerahan bagi masyarakat.

 

Tirakatan dan Revolusi Pengetahuan

Pada masa perjuangan fisik, bambu runcing dan tekad menjadi senjata. Kini, di era modern-global, pengetahuan dan teknologi adalah bambu runcing generasi kita. Tirakatan bagi insan terpelajar adalah kesempatan untuk menyadari bahwa “medan perang” hari ini adalah:

  • Melawan hoaks dengan literasi,
  • Melawan kemiskinan dengan inovasi,
  • Melawan khianat dengan amanat dan kinerja serta integritas tinggi,
  • Melawan ketertinggalan dengan riset dan pengembangan.

 

Tirakatan seharusnya bukan titik akhir, melainkan titik berangkat (starting point). Malam itu hanyalah pemicu, pengingat bahwa kemerdekaan adalah amanat yang harus dihidupi setiap hari. Insan terpelajar punya peran vital; menjadi penjaga akal sehat bangsa, penggerak perubahan berbasis pengetahuan, dan teladan moral di tengah masyarakat. Ibarat sholat Jumat sebagai evaluasi ketaqwaan mingguan, maka tirakatan adalah renungan penginat tahunan, yang menyala sepanjang tahun.

 

Penutup

Bagi insan terpelajar, tirakatan malam 17 Agustus bukan sekadar mengenang masa lalu, tetapi menyusun peta masa depan. Ia adalah janji batin bahwa ilmu dan pikiran yang dimiliki akan digunakan untuk menjaga kemerdekaan, mengisinya, dan memajukan negeri. Karena sejatinya, kemerdekaan adalah karya kolektif yang harus diperbarui setiap generasi, dan generasi terpelajarlah yang memegang peran kuncinya. [@RWP, Surabaya 16 Agustus 2025].

Latest News

  • Forum Pendidikan Tinggi Maritim Indonesia

    Forum Pendidikan Tinggi Maritim Indonesia Oleh Prof. Daniel Mohammad Rosyid Staf Pengajar Dept. Teknik Kelautan ITS   Alhamdulillah, Rabu

    28 Nov 2025
  • Peran Strategis Indonesia dalam ASEAN SUMMIT 2025

    Peran Strategis Indonesia dalam ASEAN SUMMIT 2025 Oleh Daniel Mohammad Rosyid @Rosyid College of Arts   Latar Belakang KTT

    28 Oct 2025
  • Siapkah Bertransformasi Diri ? (Menjadi Lebih Baik Lewat Fase yang Terlihat Buruk)

    Siapkah Bertransformasi Diri ? (Menjadi Lebih Baik Lewat Fase yang Terlihat Buruk)   Oleh Dr. Eng. Ir. Rudi W.

    27 Oct 2025