Beberapa hari ini terjadi banjir ROB di berbagai wilayah di Indonesia dan yang menjadi berita utama di Pantai Utara Semarang dan sekitarnya. Ada beberapa penyebab banjir rob antara lain (1) kenaikan muka air laut karena pasang surut air laut, (2) ada dorongan air, angin, atau swell (gelombang yang bergerak dengan jarak sangat jauh meninggalkan daerah pembangkitnya), (3) badai di laut dan (4) mencairnya es kutub karena pemanasan global. Fenomena naiknya gelombang laut memang kejadian yang rutin terjadi setiap awal dan pertengahan bulan hijriah. Periode tertentu gelombang laut bisa lebih tinggi dari umumnya. Banjir ROB tersebut bisa meluas dan terus meluas kalau kawasan pantai mengalami penurunan tanah.
Penurunan tanah merupakan suatu proses menurunnya tanah pada suatu kawasan yang cukup luas yang bisa terjadi secara alami karena proses tektonik, patahan tumbuh di kawasan endapan delta, ada rongga (gua) di bawah tanah dan konsolidasi. Penurunan akibat gaya tektonik, patahan tumbuh dan konsolidasi serta pengambilan air tanah yang berlebih bisa mencakup daerah yang luas, sedangkan penurunan akibat gua runtuh, pengambilan air garam dan pengambilan migas relatip tidak luas, bahkan beban bangunan bisa mempengaruhi kawasan yang sangat sempit (antar bangunan saja). Penurunan tanah umumnya akibat kombinasi antara penurunan tektonik, konsolidasi dan atau akibat pengambilan air tanah dan atau beban bangunan, beberapa kota besar yang sudah terjadi seperti di Jakarta, Semarang, Bangkok, Shanghai, dan Tokyo.
Webinar “Banjir ROB dan Penurunan Tanah” ini menghadirkan para narasumber dari BMKG, Pusat Air Tanah dan Geologi Tata Lingkungan (PATGL) dan dari Pusat Penelitian Manajemen Kebencanaan dan Perubahan Iklim yang akan memaparkan tentang banjir rob, pengukuran dan pemantauan penurunan tanah.
Kami Departemen Teknik Geofisika dan PP MKPI ITS, BMKG dan MAGETI-IAGI berkolaborasi menyelenggarakan WEBINAR “Banjir ROB dan Penurunan Muka Tanah” dengan mengundang narasumber:
Ira Mutiara Anjasmara, ST, M.Phil, Ph.D.(Teknik Geomatika ITS)
Fajar Setiwan S.Si (BMKG)
Dr. Siti Sumilah Rita Susilawati S.T., M.Sc. (Pusat Air Tanah dan Geologi Tata Lingkungan)
yang akan diselenggarakan pada:
Acara ini terbuka untuk umum.
Ibu Prof. Dwikorita Karnawati Kepala Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) menjelaskan secara umum sepanjang tahun 2025 hujan diperkirakan
Nusantara terletak di jalur Ring of Fire atau cincin api Pasifik, yaitu jalur di sepanjang samudra Pasifik yang ditandai
ITS sudah lama mengembangkan ilmu terkait material tambang seperti yang di Program Studi Sarjana Teknik Material (PSSTM), Departemen Teknik