ITS News

Selasa, 14 Mei 2024
20 September 2023, 12:09

Terapkan Fotokatalitik, ITS Inovasikan Reaktor Pendegradasi Limbah Pewarna Batik

Oleh : itsfeb | | Source : ITS Online

Prof Adi Setyo Purnomo SSi MSc PhD (keempat dari kiri) bersama pelaku UMKM batik dan Mahasiswa KKN sedang berfoto dengan batik karya UMKM Desa Klampar, Kecamatan Propo, Kabupaten Pamekasan

Pamekasan, ITS News — Setelah sukses atasi permasalahan limbah batik di Desa Klampas, Pamekasan, dengan reaktor pendegradasi limbah pewarna batik, Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) kembali bawa inovasi terbaru. Kali ini, ITS kembangkan reaktor tersebut dengan metode fotokatalitik yang terintegrasi panel surya.

Ketua tim Pengabdian Masyarakat (Abmas), Prof Adi Setyo Purnomo SSi MSc PhD menjelaskan bahwa dirinya bersama tim Abmas ITS berhasil gagas reaktor pendegradasi limbah pewarna batik pada 2021 lalu. Dilengkapi dengan adsorben yang terbuat dari mangan, zeolit, serta arang aktif, reaktor ini dapat menyerap polutan yang ada dalam pewarna batik. “Proses adsorpsi dan penjernihan pewarna batik akan terjadi dalam reaktor ini,” tuturnya. 

Namun seiring berjalannya waktu, didapati bahwa reaktor tersebut membutuhkan energi listrik yang besar dalam pengoperasiannya. “Maka dari itu, kami mencoba berinovasi mengoptimalkan alat dengan metode fotokatalitik yang terintegrasi dengan panel surya,” ungkap Dosen Departemen Kimia ITS ini.

Prof Adi Setyo Purnomo SSi MSc PhD ketika melakukan pemasangan alat pemancar sinar ultraviolet pada reaktor degradasi limbah pewarna batik

Lebih lanjut, dosen asal Surabaya tersebut menuturkan bahwasanya penerapan metode fotokatalitik dapat mempercepat proses terjadinya reaksi dengan memanfaatkan sinar ultraviolet (UV). Sehingga, metode ini dapat mempersingkat waktu penjernihan limbah dengan konsentrasi yang tinggi. Adapun dengan semakin singkatnya waktu yang dibutuhkan untuk mengolah limbah pewarna batik, listrik yang dibutuhkan pun menjadi semakin kecil

Di sisi lain, penerapan metode fotokatalitik pada reaktor pendegradasi limbah pewarna batik ini juga didukung dengan implementasi panel surya yang telah terintegrasi. Dengan bantuan cahaya matahari di siang hari, energinya akan dikonversi menjadi listrik yang dapat digunakan untuk menyalakan lampu UV dan motor pengaduk reaktor secara otomatis. “Dengan demikian, penggunaan listrik tidak akan membengkak,” ulasnya.

Visualisasi alat reaktor degradasi limbah pewarna batik dengan panel surya gagasan tim Abmas ITS

Alhasil, reaktor yang telah dikembangkan ini tak hanya mampu mengolah limbah pewarna batik yang bersifat karsinogenik, toksik, dan mutagenik saja, tetapi juga mendukung konsep ramah lingkungan pada penerapannya. Dengan demikian, lingkungan tidak akan tercemar oleh dampak buruk yang dapat disebabkan oleh limbah tersebut.

Pada akhir sesi wawancara, Adi berujar bahwa kegiatan yang disambut dengan antusias oleh warga ini bisa menjadi pelopor dari inovasi-inovasi ramah lingkungan lainnya. Tak hanya itu, Adi juga berharap untuk bisa terus mengembangkan inovasinya tersebut. “Semoga inovasi ini bisa membantu pengrajin batik dan berkontribusi untuk menjaga lingkungan,” pungkasnya penuh harap. (*)

 

Reporter: Mohammad Febryan Khamim
Redaktur: Irwan Fitranto

Berita Terkait