ITS News

Minggu, 12 Mei 2024
21 November 2007, 08:11

Dolly Baru

Oleh : Dadang ITS | | Source : -

Kandidat yang lain adalah kawasan Romokalisari di daerah Surabaya Barat. Alasan Pemkot untuk memindah Dolly adalah sudah sesaknya kawasan Sawahan, tempat Dolly berada saat ini. Rencana itu sendiri tertuang dalam Rencana Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Kota Surabaya 2008, dengan anggaran sebanyak 181 juta rupiah. Apakah rencana ini akan terealisasi? Kita tunggu saja.

***
Terlepas dari itu semua. Sesungguhnya Keputih memiliki sejarah yang luar biasa. Memang hanya sedikit sekali manuskrip sejarah yang membicarakan Keputih. Syahdan, dahulu keputih adalah salah satu sentral pusat penyebaran Islam di Surabaya. Sama tenarnya dengan Ampel dan desa Bungkul. Tidak banyak orang yang tahu. Babad Ngampeldenta pernah menyinggung tentang hal ini.

Dari cerita yang tutur-tinular di kalangan masyarakat Keputih sendiri, cikal bakalnya berasal dari seorang syekh yang datang dan membuka ladang di tempat yang dahulunya berupa rawa-rawa ini. Syekh yang sering disebut mbah Keputih ini lantas membangun sebuah pesantren yang tidak kalah besar dengan pondok Ampel dan Wonokromo. Lambat laun populasinya pun bertambah, seiring dengan menyebarnya Islam di ujung galuh.

Jangan tertipu dengan mengira bahwa asal cikal dari penduduk Keputih adalah pendatang dari Madura seperti yang banyak dikira selama ini. Kakek buyut orang Keputih bisa jadi adalah orang-orang Cirebon yang dulu pernah berpindah. Mondok kepada syekh Keputih yang memang sohor itu. Kaum migran dari Madura datang pada periode setelahnya.

Bahkan hingga saat ini, tradisi Islam masih menancap kuat di bumi Keputih. Kampung dengan ratusan masjid dan langgar ini bahkan masih sering bertutur dengan bahasa Arab untuk urusan sehari-hari. ’Jal’ adalah sapaan yang hangat untuk memanggil ’mas’, berasal dari bahasa Arab, rizal. Sedangkan ’Reja’ adalah bahasa yang biasa digunakan untuk mengatakan ’pulang’. Nuansa itu masih terasa hingga kini. Nuansa Islam yang kental.

***
Dolly sendiri memiliki latar belakang yang berbeda dengan Keputih. Lokalisasi yang berada di dekat Pasar Kembang ini memang sudah terkenal sebagai tempat plesir laki-laki sejak zaman londo. Lokalisasi yang diperkirakan terbesar di Asia Tenggara ini dulunya dikelola oleh Tante Dolly, seorang noni asli Belanda ketika pemerintah kumpeni menginvasi kota ini. Sempat dicatat bahwa ada 898 wisma yang tersebar, dengan kira-kira delapanribu perempuan yang bekerja di dalamnya. Bahkan kebesaran Dolly sebagai tempat plesir disebut-sebut mengalahkan ketenaran lokalisasi Phat Pong di Thailand dan kawasan hitam Geylang di Singapura. Tidak kurang dari 34 milyar uang disetor kepada pemerintah setiap bulannya. Menakjubkan. Akankah kita mempersilakan lokalisasi ini hadir di tengah kita?

***
Sembari bergidik, saya membayangkan akankah Keputih bertambah hingar bingar oleh alunan dangdut di malam-malam panjangnya. Atau mungkin di pagi harinya menyisakan harum minuman keras, dengan lampu-lampu kecil yang terus berpendar. Lupa dimatikan.

Wallahu a’lam bisshawab.

Ayos Purwoaji
Mahasiswa Despro ITS

Sumber:
Gambar oleh Galeri Antara
Kompas. Jumat, 16 Nopember 2007
Wikipedia.org
sahibul hikayat pinisepuh Keputih

Berita Terkait

ITS Media Center > Opini > Dolly Baru