ITS News

Rabu, 15 Mei 2024
08 Mei 2007, 09:05

Kenali Struktur Bumi, Kunci Eksplorasi Minyak

Oleh : Dadang ITS | | Source : -

Eksplorasi minyak lepas pantai memang tak bisa dilepaskan dari ilmu yang dipelajari di Teknik Kelautan. Teknologi inilah yang dibahas dalam kuliah tamu oleh Budi Satrio, Senior Explorist dari Petronas, yang diadakan di Gedung Rektorat ITS Senin (7/5) ini. Budi pun membagi pengalamannya bergelut dibidang pencarian sumber minyak tersebut.

Dalam kuliah tamu bertema Eksplorasi dan Produksi Minyak dan Gas ini, Budi menjelaskan banyak motode yang dilakukan untuk mendeteksi reservoir minyak, tentunya yang akan memberi keuntungan. Semuanya berkaitan dengan struktur lapisan bumi (geophysical structure).

Yang pertama, ungkap Budi, bisa dilakukan dengan analisa terhadap lapisan bumi. Budi menggambarkannya sebagai kue lapis, yang bisa tertekuk atau membentuk patahan ketika terkena tekanan dari dalam bumi. Patahan atau lipatan lapisan bumi inilah yang bisa membentuk cekungan reservoir minyak. Dengan menganalisanya, maka bisa didapat lokasi pengeboran yang tepat.

Setelah itu Budi menjelaskan tentang data seismic, yaitu menggukur pantulan getaran untuk mengetahui gambaran lapisan tanah dengan menggunakan geophone. ”Data seismic ini ada yang dua dimensi, tiga dimensi atau empat dimensi, semakin akurat datanya semakin mahal,” teranganya. Budi kemudian mengungkapkan bahwa perusahaan yang mengelola sumur yang tua berani membayar mahal untuk data seismic seperti itu.

Data lain yang bisa dikumpulkan adalah contoh tanah yang diambil saat awal pengeboran atau yang disebut outcrop (sampel batuan). ”Dengan sample tanah dari kedalaman tertentu ini kita bisa menentukan kadar minyak, tingkat porositas dan jenis tanah,” terang pria yang kini tinggal di Kuala Lumpur ini. Menurut Budi, data tersebut juga penting karena jenis tanah tertentu seperti tanah pasir lebih mudah untuk pengeboran dan produksi minyak.

Analisa data-data ini diperlukan karena perusahaan minyak tentu mencari keuntungan sedangkan biaya produksi sangat besar, karena itu penetuan lokasi minyak harus tepat. ”Untuk biaya rig (alat bor, Red) saja satu hari biayanya bisa ratusan ribu dollar,” terang Budi.

Budi melanjutkan penjelasannya dengan gambar lokasi pengeboran yang tepat terhadap struktur lapisan bumi ini. "Hanya dengan satu sumur ini sudah bisa menyedot banyak minyak, karena lokasinya tepat ” terang pria yang lama bekerja di kilang Duri, Sumatra ini.

Data yang diambil dengan outcrop misalnya, akan akurat secara lateral, tetapi data yang diperoleh dengan seismic dapat mencakup area yang lebih luas. ”Semuanya itu saling melengkapi,” terang Budi.

Analisa terhadap data tersebut saat ini sudah dimudahkan dengan adanya berbagai software (perangkat lunak). ”Jadi sekarang sangat mudah, tingggal diklik-klik saja. Tapi kalau tidak tahu caranyanya ya bingung apa yang diklik,” ujar Budi disambut tawa para peserta kuliah tamu ini.

Pekerjaan menganalisa data geofisik ini tampaknya memang mudah, tapi membutuhkan kemampuan tinggi. ”Gajinya juga sangat besar, kalau sudah ahli bisa sampai US$ 1250 per hari,” terang Budi.

Kuliah tamu yang diadakan oleh Himpunan Mahasiswa Teknik Kelautan dan Laboratorium Riset Operasi dan Perancangan Fakultas Teknologi Kelautan (FTK) ini tidak hanya dihadiri mahasiswa FTK. Beberapa mahasiswa jurusan yang berkaitan dengan eksplorasi minyak, seperti jurusan Geofisika juga menghadiri kuliah tamu ini. (rif/ftr)

Berita Terkait