ITS News

Selasa, 14 Mei 2024
28 Mei 2006, 10:05

Di Balik Musibah Ada Hikmah

Oleh : Dadang ITS | | Source : -

Bencana yang melanda Daerah Istimewa Yogyakarta ternyata tak seramah penduduknya. Dalam waktu sekejap, ribuan orang tewas dalam bencana tersebut. Gempa tektonik berkekuatan 5,9 richter, Sabtu (27/5) kemarin, telah meluluhlantakkan Yogyakarta. Tercatat pada Minggu (28/5), pukul 00.15, lebih dari 3000 orang jiwa telah tewas dalam bencana tersebut.

Kota Yogyakarta, yang selama ini kita kenal sebagai daerah yang adem ayem, tiba-tiba mendapat cobaan serta ujian dari Allah SWT. Kota yang kita kenal sebagai kota pendidikan, kota keraton, kotanya orang-orang berjiwa halus dan santun, tiba-tiba dengan ganas dan garang dengan gempa yang mengguncang kota ini. Ribuan orang menjadi mayat, ribuan lainnya terluka parah. Ribuan rumah hancur, ribuan anak menjadi yatim, dan ribuan ibu kehilangan anaknya. Aroma kematian menebar dimana-mana. Mayat-mayat bergelimpangan, dan baunya menyengat menusuk hidung. Perhatian masyarakat yang dulunya terpusat pada Gunung Merapi, kini berbalik arah terhadap kenyataan yang tak terduga ini.

Semua yang terjadi bukanlah tanpa hikmah yang ada di dalamnya. "Tidak ada suatu musibah pun yang menimpa seseorang kecuali dengan ijin Allah; dan barangsiapa yang beriman kepada Allah niscaya Dia akan memberi petunjuk kepada hatinya. Dan Allah Maha Mengetahui segala sesuatu" (Q.S At Taghaabun : 11). Semua musibah yang terjadi akan lebih baik jika semuanya kita serahkan kepada Allah semata.

Allah-lah yang lebih mengetahui segala sesuatu yang terbaik di bumi ini. Bisa jadi korban yang meninggal itu adalah bagian dari syahid, seperti sabda Nabi Muhammad SAW yang menyebutkan bahwa orang yang meninggal karena tertimpa suatu bencana adalah bagian dari syahid. Bisa jadi, korban yang terluka itu akan menjadikan mereka lebih dekat kepada Allah. Atau bisa jadi, dengan bencana tersebut akan membuka mata hati seluruh warga masyarakat Indonesia terhadap sikap sosial serta kemanusiaan. Serta bisa jadi juga, dengan bencana tersebut akan menggugurkan dosa-dosa saudara-saudara kita di sana. Semuanya akan lebih baik jika kita tetap berprasangka baik terhadap musibah yang menimpa kita.

Dari bencana ini, mungkin dapat ditarik suatu hikmah bagi kita semua. Kita tak pernah tahu apa yang akan terjadi di masa datang. Kita harus selalu siap siaga terhadap ujian Allah. Allah-lah yang Maha Mengetahui dan yang Maha Menguasai. Di puncak gunung, atau di tanah lapang, atau dimanapun juga, bukanlah tempat yang aman untuk berlindung. Tak ada jaminan kita dapat selamat dimanapun kita berada, hanya hati yang menyebut asma Allah – lah tempat berlindung yang paling aman. Hanya hati yang berhias asma Allah-lah pelindung kita yang paling utama.

Yogyakarta kini menjadi luluh lantak. Semuanya berlangsung hanya beberapa detik. Kita tak menyangka sama sekali akan terjadinya bencana ini. Bahkan Badan Meteorologi dan Geofisika yang notabene adalah badan yang berkompeten dalam memprediksi akan terjadinya bencana tersebut, ternyata juga tak bisa memprediksi akan terjadinya bencana itu.

Mungkin dari sini, kita baru merasa, betapa dekat diri kita dengan kematian. Teruntuk saudara-saudaraku yang sedang menghadapi musibah, serahkanlah semuanya kepada Allah. "Hai orang-orang yang beriman, jadikanlah sabar dan shalat sebagai penolongmu, sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang sabar" (Q S Al Baqarah : 153). Semoga mereka semua dalam pertolongan Allah di dalam kesabaran..

Bagi saudara-saudara yang saat ini selamat, serta masih dapat hidup tenang, semoga kita semua tidak takabur. Semoga keselamatan kita tak menjadikan kita sombong, dan menganggap keselamatan ini merupakan kehebatan kita. Bisa jadi sehabis ini, ITS akan menyusul mendapatkan gempa, atau bahkan Surabaya akan diluluhlantakkan. Semuanya bisa saja terjadi. Hanya Allah-lah yang Maha Mengetahui segala sesuatu.

Bukan suatu eksklusifisme bila saya memandang bencana ini dari sisi spiritual Islam. Bukan suatu ekskluisifisme Kitab suci Al Quran, jika saya mencoba mencari jawaban atas bencana ini di dalamnya. Bukan suatu eksklusifisme dari sosok Nabi Muhammad ,bila sabda beliau menjadi sandaran penenang jiwa dalam menghadapi masalah ini. Islam, Al Quran, serta Nabi Muhammad adalah rahmatan Lil\’alamin, petunjuk bagi kita semua. Petunjuk bagi seluruh umat manusia sepanjang zaman.

Marji Wegoyono
Mahasiswa D3 Teknik Elektro ITS
Staff Departemen Luar Negri BEM ITS

Berita Terkait

ITS Media Center > Opini > Di Balik Musibah Ada Hikmah