ITS News

Selasa, 14 Mei 2024
08 Maret 2006, 17:03

M. Nur Yuniarto : Raih S3 di Usia Dini

Oleh : Dadang ITS | | Source : -

Tak mudah bagi seorang mahasiswa untuk menyelesaikan studi di bangku perkuliahan, baik S1, S2 hingga S3, dengan tepat waktu. Banyak hal yang mempengaruhi hingga ia harus menunda kelulusannya.Namun, hal ini tidak berlaku pada Dr Muhammad Nur Yuniarto, dosen Teknik Mesin ITS. Dengan semangat dan kerja kerasnya, Nur mampu meraih gelar S3 di usianya yang ke 29 tahun.

Menurut dosen asal Purworejo, Jawa Tengah ini, ia tidak pernah menargetkan semua yang akan diraihnya, termasuk menyelesaikan studi S3 di University of Manchester, Inggris dengan tepat waktu. “Apa yang telah saya raih saat ini, itu semua sudah ada yang ngatur, dalam hidup saya tidak punya target-target khusus yang akan saya raih nantinya, jadi sederhana saja, saya tinggal menjalani apa yang menjalani jalur dalam hidup saya,” ungkap Nur.

Sedikit berbeda dengan prosedur pendidikan pada umumnya, gelar doktor yang diraihnya ini memiliki jalur berbeda. Sistem pendidikan yang ada di Inggris memberi beberapa kelebihan dan kemudahan, salah satunya sistem akselerasi dalam menempuh pendidikan S3 tanpa harus menempuh S2 terlebih dahulu. Kurang lebih dalam waktu empat tahun gelar doktor dapat langsung diraih. “Kebetulan waktu itu dosennya lagi baik hati, berdasarkan hasil evaluasi tahun pertama, saya direkomedasikan untuk mengikuti program akselerasi untuk S3,” jelas Nur.

Selain selesai meraih gelar doktor tepat empat tahun, dosen yang memiliki hobi sepak bola ini juga meraih predikat A atau sangat memuaskan lewat penulisan thesis berjudul Intelligent Real-time Control and Monitoring of a Failure Prone Manufacturing System: a Fuzzy Logic Approach. “Sebenarnya tidak ada penilaian secara khusus dalam kelulusan di University of Manchester, hanya saja jika diberi penilaian, dosen penguji thesis yang saya buat, memberinya nilai A,” ungkapnya.

Diakui oleh Nur, kesederhanaan dan kerja keras yang telah ditanamkan sejak kecil menjadi motor penggerak dalam menjalani perjuangan hidup. Menjadikan dirinya bermanfaat untuk orang banyak terinterpretrasi dalam kehidupannya. Ini dibuktikan dengan mendedikasikan dirinya sepenuhnya untuk ITS, yaitu menjadi dosen tetap Teknik Mesin ITS. Selain itu, saat ini, Nur juga dipercaya menjadi koordinator bidang studi manufaktur. “Sebisa mungkin diri saya bermanfaat buat orang lain, hal ini yang membuat saya agar selalu membangkitkan semangat dalam hidup,” jelas mantan ketua umum Perhimpunan Pelajar Indonesia Manchester (PPI Manchester).

Nur juga sempat menceritakan kisah menarik yang diperolehnya selama kurang lebih empat tahun menjalankan studinya di Inggris. Peringatan berupa sindiran dari seorang temannya asal Inggris, menjadi pelajaran hidup hingga sekarang, yaitu sebuah nilai moral untuk selalu intropeksi diri sebelum bertindak dan untuk selalu berendah hati terhadap orang lain. “Sentilan itu mengingatkan saya terhadap pepatah jawa yang mengatakan ojo dumeh, pendek namun sangat berarti maknanya, yaitu masih banyak yang lebih dalam hal segalanya oleh karena itu jangan merasa paling hebat,” ungkapnya dengan nada tegas.

Dosen berputra dua ini juga memiliki prestasi yang patut dibanggakan. Bersama tim yang dikoordinirnya, ia berhasil menciptakan sebuah alternatif alat untuk membakar minyak mentah. Dalam uji coba yang dilakukan di fire gorund Pertamina di Cepu, (03/02), alat yang diberi nama Burner Lathi Geni ini dinyatakan mampu bekerja secara sempurna dan maksimal. Ini ditunjukkan dengan hasil pembakaran yang tidak menimbulkan asap hitam yang dapat merusak lingkungan. Alat inipun telah dipatenkan di Sentra HAKI ITS (han/rin)

Berita Terkait