Bicaranya tegas, namun sopan dan bersahaja. Pun saat dia menunjukkan kebolehannya dalam berbahasa Inggris. Di depan podium yang disediakan, mahasiswa semester empat ini diadu dengan finalis asal UNAIR, Viqi Ardaniah. Pemuda berambut gondrong ini bersikukuh mempertahankan programnya, sebagai capres, untuk menghentikan pinjaman luar negeri bagi Indonesia.

"Saya mempersiapkan tulisan itu dalam lima hari, sumbernya diambil dari buku di perpustakaan dan browsing internet," ujar arek Madiun kelahiran 10 Maret 1983 ini. Setelah menyelesaikan tulisannya, ia lalu berkonsultasi pada Dr.Ir. Machmud Musta’in. Dosen yang juga seorang penulis artikel politik di salah satu koran ternama ini, dianggap mampu membantunya dalam menjelaskan isu-isu politik terkini. Dan dengan kematangan ide yang dimilikinya, dewan juri akhirnya memutuskan untuk memberi gelar juara pertama "Debate Contest on Presidential Election for University Student" ini padanya.

Ketua HIMATEKLA (Himpunan mahasiswa Teknik Kelautan) ’04/’05 ini mengatakan telah jatuh hati pada Bahasa Inggris sejak SMP. "Cara mengajar guruku itu sangat menyenangkan" ujarnya. Sejak itulah ia mulai rajin mempelajarinya. Bosan dengan buku diktat, ia beralih mendengarkan lagu-lagu barat. Kegemarannya itulah yang membuat pembetot gitar ini mudah menghapal kosakata dalam bahasa inggris. Lagu yang masih dikenangnya hingga kini adalah "crash and burn" milik duo pemusik asal Australia, Savage Garden. Namun diakuinya, semua itu juga tidak terlepas dari dukungan keluarga. "Keluarga kami sering berbincang dalam bahasa inggris," kata pemilik rambut gondrong ini.

Dari situlah, prestasi-prestasinya dalam lomba bahasa Inggris diraih. Mahasiswa semester 4 ini tercatat pernah menjadi juara pertama di English Speech Contest se-kabupaten Madiun saat SMP dan English Debate saat SMA. "Sebenarnya saya lemah dalam grammar, namun saya terus berusaha untuk mengembangkan kemampuan saya di bagian lainnya, yaitu speaking dan writing," katanya.(ftr)