ITS News

Rabu, 15 Mei 2024
15 Maret 2005, 12:03

Anak Petani dengan Predikat Dua Kali Cumlaude

Oleh : Dadang ITS | | Source : -

Saat menyelesaikan studinya di jenjang S1 Heri demikian dia biasa dipanggil, memperoleh indeks prestasi kumulatif 3,56 untuk masa studi 3,5 tahun. Kini di program S2 ia berhasil meningkatkan indeks prestasinya menjadi 3,81 dengan lama studi 1,5 tahun atau tiga semester. "Saya memang termotivasi untuk bisa lulus yang terbaik. Ini saya lakukan untuk memotivasi dan memberi contoh kepada masyarakat dimana saya di lahirkan," kata lajang kelahiran Gresik, 26 Maret 1982 ini.

Diungkapkan Heri, di desanya, Waringin Anom, Gresik, yang mayoritas penduduknya adalah petani, orang kuliah masih dianggap sesuatu yang aneh. Itu karena mereka meyakini, setinggi apa pun sekolah nantinya akan kembali ke sawah sebagai petani atau pekerja pabrik yang berada di wilayah itu. "Itulah sebabnya saya mencoba ingin membuktikan tidak selalu seperti yang selama ini dianggap oleh masyarakat di sana, maka jadilah saya pun mendaftar sebagai dosen, agar kesan jadi orang pabrikan tidak muncul," kata anak kesembilan atau terakhir dari sembilan bersaudara ini.

Sebelum bergabung menjadi dosen, katanya menambahkan, ia memang tidak ingin bekerja di pabrik atau perusahaan, karena itu ia pun mencoba melamar ke sebuah bank. "Alasannya itu tadi, tidak ingin ada kesan kalau setinggi apa pun sekolah akan ke pabrik juga. Tapi sambil menunggu panggilan, saya terlebih dahulu diterima menjadi dosen, sedang panggilan dari bank baru datang ketika keputusan menjadi dosen telah saya diterima," katanya.

Kini, katanya menambahkan, sosoknya sebagai dosen di desa sudah sedikit mengubah presepsi masyarakat tantang kuliah atau sekolah, sehingga sudah banyak masyarakat di desanya yang ingin menyekolahkan anak-anaknya ke jenjang yang lebih tinggi. "Pilihan untuk menjadi dosen juga merupakan bagian dari upaya menyenangkan orang tua yang memang menghendaki ada putranya yang jadi ’orang’, dan ini saya anggap sebagai ibadah, yang tidak hanya berbakti kepada orang tua tapi juga mengamalkan ilmu yang saya miliki," kata Heri yang punya hobi bernyanyi ini.

Tentang prestasinya, anak pasangan Triman dan Kastun ini pun mengungkapkan, tidak ada sesuatu yang ia lakukan berlebih untuk mendapatkan prestasi cumlaude itu. "Semua saya jalani sesuai proses, menjalani apa yang harus dijalani. Kalau semester ini harus mengambil 20 SKS, itu saya ambil tidak lebih tidak kurang. Prinsip saya tidak harus ada mata kuliah yang mengulang," katanya.

Diungkapkannya, sebenarnya ia merasa eman lulus 1,5 tahun di program S2 ini, karena masih ada sisa beasiswa Bantuan Program Pasca Sarjana (BPPS) yang harus diterimanya jika belum lulus. "Tapi mengingat tiap kali saya ingin mencoba aplikasi untuk mendapatkan program doktor atau S3 disyaratkan memiliki izajah S2, maka terpakasa saya ikuti proses yang ada di jenjang S2 ini," katanya. (Humas/bch)

Berita Terkait