Oleh:
Dr. Eng. Ir. Rudi W. Prastianto, S.T., M.T, IPU.
Kepala Program Studi Sarjana Teknik Lepas Pantai
Departemen Teknik Kelautan,
Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) – Surabaya
“Sesungguhnya ilmu itu cahaya. Tapi apakah cahayamu menerangi jalan menuju Allah, atau justru memadamkan nurani?”
Gelar Akademik Menempel di Namamu
Anakku, buah hatiku…
Hari itu engkau berdiri di podium/panggung memakai baju wisuda dan toga dengan senyum bangga. Gelar sarjana, magister, atau bahkan doktor, kini tersemat di belakang atau di depan namamu. Semua orang bersorak, keluargamu menangis bahagia, dan dunia memujimu.
Namun, izinkan Ayah atau Bunda bertanya perlahan:
“Untuk apa gelar akademikmu, duhai buah hatiku?”
Apakah hanya untuk gengsi dan pengakuan? Sekedar untuk mencari kerja dengan gaji besar? Atau Cuma demi menjadi ‘orang penting’ di mata manusia? Atau… apakah engkau mencari ilmu sebagai bentuk ibadah pada Allah dan demi meninggikan kalimat Allah, demi mengabdi kepada umat, dan demi mengenal Tuhanmu lebih dalam?
Menuntut Ilmu Itu Ibadah, Jika Niatnya Lillah
Islam menjadikan proses menuntut ilmu sebagai ibadah paling mulia jika diniatkan karena Allah. Nabi Muhammad SAW bersabda:
“Barang siapa menempuh jalan untuk mencari ilmu, maka Allah akan mudahkan baginya jalan menuju surga.” (HR. Muslim).
Namun, dalam hadits lain, Rasulullah juga memberi peringatan yang tajam:
“Barang siapa yang mencari ilmu untuk membanggakan diri di hadapan ulama, atau untuk berdebat dengan orang-orang bodoh, atau untuk menarik perhatian manusia, maka ia akan masuk neraka.” (HR. Tirmidzi)
Nak… ilmu adalah cahaya. Tapi jika niatmu salah, cahaya itu bisa padam sebelum sempat menerangi langkahmu.
Gelar Bukan Jaminan Kemuliaan di Hadapan Allah
Gelar akademik tidak menjamin engkau dimuliakan oleh Allah SWT. Yang dilihat Allah bukan ijazahmu, tapi taqwamu. Bukan huruf di belakang namamu, tapi amal shaleh di balik ilmumu.
Bisa jadi ada seorang pemulung yang tak pernah kuliah, tapi shalat malamnya lebih tulus daripada sarjana yang sombong dengan ilmunya. Bukan mustahil, ada petani yang tidak tahu definisi “metodologi penelitian”, tapi setiap tetes keringatnya penuh keikhlasan. Bisa saja mereka lebih mulia di mata Allah SWT. Maka jangan sombong dengan gelarmu, Nak. Belajarlah pada filsafat tanaman padi, makin besar dan matang butirnya makin merunduklah batangnya. Makin berilmu, makin merendah sikapnya. Maka tundukkan hatimu serendah-rendahnya di hadapan Allah, Sang Maha Mengetahui, Sang Pemilik dan Penguasa Segala Ilmu.
Ilmu Adalah Amanah, Bukan Alat Pamer
Setiap ilmu adalah amanah. Allah akan bertanya:
“Apa yang kamu lakukan dengan ilmumu?”
Engkau lulusan teknik (seorang insinyur)? Maka gunakan ilmumu untuk membangun negeri bagi kemaslahatan rakyat, tanpa merusak alam. Engkau ahli hukum? Maka tegakkan keadilan, bukan menjual pasal. Engkau sarjana pendidikan? Maka bentuk generasi rabbani, bukan hanya penghafal teori. Ilmumu bukan untuk pamer di media sosial, bukan untuk bersombong debat di forum, apalagi untuk menghancurkan orang lain dengan kecerdasanmu. Ilmumu adalah alat pengabdian. Jika bukan untuk itu, maka gelar akademikmu hanya beban di akhirat kelak.
Meneladani Para Ulama: Ilmu yang Membumi dan Mengabdi
Lihatlah Imam Al-Ghazali, Imam Syafi’i, Ki Hajar Dewantara, dan tokoh-tokoh agung Islam lainnya. Mereka belajar bukan untuk dihormati, tapi untuk menolong umat. Mereka menulis bukan untuk popularitas, tapi karena rasa takut kepada Allah. Ilmu mereka membumi, bukan hanya mengawang-awang. Dan yang lebih penting, ilmu mereka mengabdi, bukan mencari tepuk tangan dunia. Nak, jika ilmumu tidak menjadikanmu lebih rendah hati, lebih takut kepada Allah, dan lebih bermanfaat bagi orang lain, maka itu bukan ilmu yang barokah.
Ilmumu Jalan Menuju Surga, Atau Neraka
Duhai buah hatiku…
Gelar akademik hanyalah simbol dunia. Ia bisa menjadi tangga ke surga, atau malah sebaliknya, jalan menuju kehancuran, itu tergantung niat dan penggunaannya.
Maka tanyakan dan renungkanlah setiap kali saat engkau melihat dan menulis namamu dengan gelar menempel padanya:
“Apakah ilmuku ini sedang menolongku, atau justru akan memberatkanku di akhirat nanti?”
Semoga engkau menjadi insan berilmu yang merendah saat di puncak, yang mengabdi dengan cahaya akal dan hati, dan yang menjadikan setiap gelar sebagai titian menuju ridha Ilahi.
[@RWP-Surabaya, Jum’at 22 Agustus 2025].
Forum Pendidikan Tinggi Maritim Indonesia Oleh Prof. Daniel Mohammad Rosyid Staf Pengajar Dept. Teknik Kelautan ITS Alhamdulillah, Rabu
Peran Strategis Indonesia dalam ASEAN SUMMIT 2025 Oleh Daniel Mohammad Rosyid @Rosyid College of Arts Latar Belakang KTT
Siapkah Bertransformasi Diri ? (Menjadi Lebih Baik Lewat Fase yang Terlihat Buruk) Oleh Dr. Eng. Ir. Rudi W.