News

Dosen DTK FTK-ITS Ikut Memberikan Sumbangan Pemikiran pada Pengelolaan Pulau Bawean

Sen, 26 Nov 2018
1:50 PM
Berita
Share :
Oleh : Admin-Teknik Kelautan   |

Dinas Kelautan dan Perikanan (DKP) Provinsi Jawa Timur bekerja sama dengan Konsorsium Kemitraan Bahari Regional Centre (KMB-RC) Jawa Timur, mengadakan worskhop tentang Pemanfaatan Ruang Laut dan Pulau-Pulau Kecil di Pulau Bawean, pada tanggal 15-17 Nopember 2018. Workshop ini diikuti oleh perwakilan Perguruan Tinggi baik negeri maupun swasta di Jawa Timur yang mempunyai prodi atau pusat studi tentang kelautan, pesisir dan perikanan. Hadir pula beberapa LSM yang peduli dengan pesisir. Jumlah peserta keseluruhan sekitar 30 orang. Tidak ketinggalan, ITS melalui Departemen Teknik Kelautan (DTK) ikut berkontribusi pada workshop tiga hari tersebut. Dua dosen yang mewakili DTK adalah Prof. Ir. Daniel M. Rosyid, Ph.D dan Dr. Ir. Hasan Ikhwani, MSc. Workshop dibuka oleh pihak UPT Pelabuhan, mewakili DKP Jatim. Dilanjutkan oleh Pak Kusnadi, dari Universitas Jember (UNEJ) yang mewakili ketua KMB RC Jatim Prof. Sri Subekti yang berhalangan hadir.

Pembukaan workshop oleh Pak Kusnadi (UNEJ Jember) mewakili KMB RC Jatim didampingi Pak Sukandar (UB Malang).

Hari pertama pelaksanaan workshop (15 Nov 2018) diadakan di UPT Pelabuhan dan Pengelolaan Sumberdaya Kelautan dan Perikanan Bawean. Materi yang dibahas dalam workshop tersebut adalah pemanfaatan ruang laut dan pulau-pulau kecil dilihat dari sosial ekonomi, prospek masa depan, dan dari sisi hukum. Sebagai pemateri pertama, Pak Sukandar (terkenal dipanggil Cak Kandar) dari Universitas Brawijaya (UB) Malang, membawakan paparan tentang Pesona Pulau Bawean. Sementara itu Prof. Daniel M. Rosyid memaparkan presentasi bertajuk Pemanfaatan Ruang Laut, Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil dengan Pendekatan Permainan (Game). Studi kasus dengan pengalaman kegagalan pengelolaan ruang pesisir di kawasan Ujung-Kamal pasca operasi Jembatan Suramadu dijadikan lesson learned agar degradasi lingkungan pesisir tidak terjadi di tempat lain, khususnya di Pulau Bawean. Selanjutnya dalam diskusi setelah pemaparan tersebut, Dr. Hasan Ikhwani mengusulkan untuk kedepannya Pulau Bawean diberikan otonomi lebih luas dalam pengelolaan sumber daya alamnya, yaitu dengan dijadikannya Bawean sebagai Kabupaten tersendiri dan terpisah dari Pemkab Gresik. Usulan tersebut didasari pertimbangan jarak Gresik-Bawean mencapai 120km, dan luas cakupan Pulau Bawean mencapai 196,3 km2 belum termasuk pulau-pulau kecil di sekitarnya.

Prof. Daniel M. Rosyid memberikan paparan kepada peserta workshop Pemanfaatan Ruang Laut dan Pulau-Pulau Kecil di Pulau Bawean.

Pada hari kedua pelaksanaan workshop (16 Nov 2018), kegiatannya berupa field trip seharian penuh di beberapa lokasi. Dengan menggunakan dua perahu, peserta worskhop diajak mengunjungi pulau Gili Noko Kecil dan Pulau Gili Noko Besar. Pulau Gili Noko Kecil adalah pulau yang tidak berpenghuni, namun mempunyai pesona alam yang sangat indah berupa hutan cemara dan lautan pasir yang mengelilingi pulau. Diantara kedua pulau tersebut terdapat perairan yang airnya sangat jernih dengan terumbu karang indah yang masih terjaga kondisinya. Peserta yang mempunyai sertifikat selam, atau yang mampu berenang/snorkling diberi kesempatan untuk menikmati pesona bawah air tersebut. Sedangkan Pulau Gili Noko Besar memiliki penduduk yang tinggal di sana, yang sebagaian besar berprofesi sebagai nelayan. Hasil tangkapan ikan para nelayan dibawa dan dijual ke Pulau Bawean. Siang hari peserta balik ke Pulau Bawean, diajak menuju Desa Daun dimana di desa tersebut terdapat lokasi wisata alam sekaligus konservasi hutan bakau (mangrove). Lokasi hutan mangrove tidak dapat dicapai dengan menggunakan kendaraan roda empat. Peserta harus menggunakan sepeda motor yang telah disediakan oleh pengelola karena harus melewati jalan-jalan pematang sawah yang sangat sempit dan berkelok-kelok.

Peserta workshop singgah di Ekowisata yang berada di Desa Daun, Pulau Bawean dan di Pulau Gili Noko.

Berbekal dengan materi-materi yang telah diberikan oleh narasumber pada hari pertama, dan field trip pada hari kedua, pada sesi akhir peserta diajak berdiskusi untuk memberikan ide/konsep pengelolaan yang terbaik untuk Pulau Bawean ke depannya. Melalui Prof. Daniel M. Rosyid yang mewakili seluruh peserta, beberapa rekomendasi yang dapat diberikan kepada Pemprov Jatim adalah terkait dengan kualitas lingkungan pesisir Pulau Bawean yang kian memburuk, diperlukan kebijakan yang lebih kuat dan tepat untuk memperbaikinya berupa perencanaan jangka panjang sesuai amanat UU No.1/2015 tentang Pengelolaan Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil sesuai dengan kewenangan Pemprov Jatim. Diusulkan juga perlunya dibentuk struktur organisasi dan mekanisme kerja yang representatif yang mencerminkan kolaborasi antara Pemprov Jatim dan Pemkab Gresik untuk mempermudah perencanaan pembangunan jangka pendek, menengah dan panjang yang menjamin keberlangsungan ekosistem Pulau Bawean bagi kesejahteraan masyarakat Bawean. Sebagai bentuk dukungan dari usulan tersebut, KMB RC Jatim dan HAPPI (Himpunan Ahli Pengelolaan Pesisir Indonesia) Jatim akan memfasilitasi proses-proses ini. Di hari terakhir (17 Nov 2018), para peserta kembali ke Surabaya dengan menumpang Kapal Express Bahari menuju Pelabuhan Gresik. Selanjutnya dari Pelabuhan Gresik, peserta kembali ke tempat asalnya masing-masing (@HI-erwepe_Nov2018).

Latest News

  • Pembagian Bingkisan Lebaran untuk Anak Yatim dan Duafa serta THL Departemen Teknik Kelautan

    DTKNEWS-Bulan Ramadhan dikenal sebagai bulan yang mulia dan penuh berkah lantaran pada bulan ini Allah SWT akan melipat gandakan

    18 Apr 2024
  • Pererat Silaturahmi dalam Buka Bersama Harmoni Samudera

    DTKNEWS-Jum’at, 22 Maret 2024, bertempat di Marine Park Departemen Sistem Perkapalan, dalam rangka untuk meningkatkan kadar keimanan pada bulan

    01 Apr 2024
  • SIARINDOMEDIA: Unik, Pasutri ini berbarengan dikukuhkan jadi profesor di ITS

      SIARINDOMEDIA.COM – Momen istimewa tak terlupakan dialami pasangan suami istri (pasutri) Prof Herman Pratikno ST MT PhD dan

    22 Mar 2024