Sekolah Sadar Iklim

“Mengajar Perubahan Iklim yang Bermakna dari Sekolah”

Dokumentasi Kegiatan

Dari Genangan Menjadi Sumber Pangan: Kisah Sukses “Air Lestari, Sekolah Asri” di SDN Tanjungrejo 3

 

SDN Tanjungrejo 3 di Kota Malang menghadapi dua masalah lingkungan yang nyata: ketergantungan total pada air sumur yang rentan kering saat kemarau dan genangan air hujan yang mengganggu aktivitas akibat lahan yang minim daya serap .

Alih-alih pasrah, kami mengubah masalah ini menjadi peluang. Melalui proyek “Air Lestari, Sekolah Asri” , kami membuktikan bahwa solusi konservasi yang sederhana dan partisipatif dapat menciptakan perubahan besar di lingkungan sekolah.


 

🚰 Tantangan Kami: Krisis Air Ganda

 

Sebelum proyek ini, sekolah kami menghadapi dilema ganda terkait air :

  • Risiko Kekeringan: 100% aktivitas sekolah, mulai dari kamar mandi hingga wudhu, bergantung pada satu sumber air sumur . Setiap musim kemarau, kami cemas akan debit air yang terus menipis .
  • Genangan Air Hujan: Saat hujan tiba, halaman sekolah berubah menjadi area tergenang . Ini menunjukkan air hujan yang berharga tidak meresap kembali ke tanah untuk mengisi ulang air sumur kami .
  • Sumber Daya Terbuang: Kami mengamati sejumlah besar air bersih bekas wudhu terbuang langsung ke saluran drainase umum tanpa dimanfaatkan kembali .

 

💡 Solusi Kami: Dua Aksi Nyata untuk Konservasi

 

Kami tidak mencari solusi yang rumit atau mahal. Tim duta adiwiyata kelas 4, 5, dan 6 di bawah bimbingan guru , fokus pada tiga aksi nyata :

  1. Panen Air Hujan (Biopori)Untuk mengatasi genangan dan mengisi ulang air tanah, kami membangun 12 titik Lubang Resapan Biopori (melebihi target awal 10 titik! ). Lubang-lubang ini secara efektif ‘menarik’ air hujan ke dalam tanah, mengurangi genangan sekaligus ‘menabung’ air untuk musim kemarau .
  2. Daur Ulang Air Wudhu (Eco-Pond)Kami mengaplikasikan prinsip ekonomi sirkular . Air bekas wudhu tidak lagi dibuang, melainkan dialirkan ke sebuah “Eco-Pond” . Kolam ekologis ini kemudian kami tebari 150 ekor benih ikan lele .
  3. Integrasi Perilaku (Jadwal Piket Konservasi)Infrastruktur ini tidak akan berarti tanpa perubahan perilaku. Kami mengintegrasikan perawatan biopori dan Eco-Pond ke dalam Jadwal Piket Konservasi Wajib , menanamkan rasa tanggung jawab langsung kepada siswa.

 

📈 Dampak Nyata: Hasil yang Berbicara

 

Hanya dalam 3 minggu pelaksanaan (06 – 24 Oktober 2025) , kami melihat perubahan yang signifikan dan terukur:

  • Bebas Genangan: Waktu surut air genangan di area sekolah berkurang drastis hingga 60-75% . Halaman sekolah kini lebih cepat kering dan nyaman untuk aktivitas siswa.
  • Ketahanan Pangan: 150 ekor ikan lele di Eco-Pond tumbuh dengan baik . Kolam ini kini berfungsi sebagai sumber protein yang dapat dipanen setiap 3 bulan sekali untuk mendukung kegiatan sekolah .
  • Ketahanan Air: Sistem Eco-Pond berfungsi optimal menampung air wudhu , mengurangi pemborosan air bersih dan beban air sumur, terutama saat musim kemarau .

 

🎓 Lebih dari Proyek: Ini Adalah Ruang Kelas Hidup Kami

 

Perubahan terbesar tidak hanya terjadi pada lingkungan, tetapi juga pada siswa kami.

Proyek ini menumbuhkan rasa kepemilikan. Siswa kini lebih proaktif memilah sampah organik untuk dimasukkan ke dalam lubang biopori . Eco-Pond telah menjadi pusat pembelajaran hidup , di mana siswa mengamati siklus hidup ikan dan memahami secara langsung bagaimana air yang tadinya limbah dapat diubah menjadi sumber daya pangan .

Nilai-nilai seperti tanggung jawab , kolaborasi , dan empati terhadap lingkungan tidak lagi hanya teori di kelas, tetapi menjadi praktik harian.

 

🌱 Komitmen Kami untuk Masa Depan

 

Proyek ini bukan akhir, tapi awal dari budaya konservasi di SDN Tanjungrejo 3. Keberlanjutan proyek akan dipegang oleh Tim Konservasi yang terdiri dari guru dan duta adiwiyata .

Rencana kami selanjutnya adalah menjadwalkan panen lele triwulanan . Hasilnya akan digunakan untuk makan bersama atau dijual untuk membiayai pembelian pakan berikutnya, menciptakan siklus self-funding yang mandiri .

Filosofi Kami: “Kami menyimpulkan bahwa kunci ketahanan air sekolah bukan pada penemuan sumber baru, melainkan pada pengelolaan sumber daya yang ada dengan bijak . Setiap tetes air memiliki nilai dan potensi.”

Dokumentasi Kegiatan

Saat Teknologi Bertemu Hijau: Inovasi Kebun Vertikal Tenaga Surya di SMPN 1 Pungging

 

Di tengah keterbatasan ruang hijau dan minimnya pemanfaatan energi terbarukan di sekolah , SMP Negeri 1 Pungging tidak tinggal diam.

Kami meluncurkan “Green Tech Garden” —sebuah proyek inovatif yang mengintegrasikan edukasi lingkungan dengan teknologi ramah iklim . Proyek ini adalah jawaban kami untuk mengubah lahan yang kurang dimanfaatkan menjadi laboratorium hidup yang produktif dan “pintar”.


 

🌿 Tantangan Kami: Lahan Sempit & Darurat Iklim

 

Analisis awal kami menunjukkan beberapa masalah utama :

  • Minim Ruang Hijau: Area hijau produktif di sekolah sangat terbatas .
  • Sumber Daya Terbuang: Potensi besar dari energi surya dan air hujan sama sekali belum dimanfaatkan .
  • Kesenjangan Pengetahuan: Banyak siswa belum memahami kaitan langsung antara perilaku hemat energi dengan mitigasi perubahan iklim .

 

💡 Solusi Kami: Kebun Vertikal “Pintar” Bertenaga Surya

 

Tim “Green Innovator Team” tidak hanya membuat kebun biasa. Kami merancang sebuah sistem terintegrasi yang menggabungkan tiga pilar teknologi hijau :

  1. Desain Vertikal Hemat RuangKami membangun instalasi kebun vertikal berukuran 1,2 x 1,5 meter menggunakan bahan daur ulang seperti rangka besi ringan dan paralon bekas . Desain ini sangat efisien untuk lahan terbatas.
  2. Otomatisasi Tenaga Surya (Solar-Powered)Inilah jantung inovasi kami. Sistem penyiraman kebun sepenuhnya otomatis , dikendalikan oleh mikrokontroler ESP32 . Sistem ini ditenagai oleh panel surya 6 watt dan menggunakan sensor kelembapan tanah untuk menyiram tanaman hanya saat diperlukan. Hasilnya? Akurasi kelembapan mencapai 85% .
  3. Panen Air Hujan (Rainwater Harvesting)Kami tidak menggunakan air listrik atau sumur. Sistem ini memanfaatkan air hujan yang ditampung dalam drum bekas 50 liter . Air tersebut kemudian disaring menggunakan filter sederhana (pasir, ijuk, dan arang aktif) agar jernih dan tidak menyumbat pompa mini 5V .

 

📈 Dampak Nyata: Lebih dari Sekadar Kebun

 

Hanya dalam waktu pelaksanaan 13–30 Oktober 2025 , proyek ini telah memberikan hasil yang terukur dan signifikan:

  • Panen Perdana: Kami berhasil memanen bayam dan sawi segar yang hasilnya langsung dimanfaatkan untuk program “Kantin Sehat” sekolah .
  • Efisiensi Energi: Penggunaan pompa mini bertenaga surya berhasil menghemat penggunaan listrik sekolah hingga 20% pada jam siang hari .
  • Mikro-Iklim Lebih Sejuk: Area di sekitar kebun vertikal terbukti mengalami penurunan suhu sekitar ±2°C , membuat lingkungan sekolah lebih nyaman.
  • Edukasi Digital: Proyek ini juga menghasilkan poster digital dan konten edukatif bertema “Sekolah Sadar Iklim” yang disebarluaskan di media sosial sekolah .

 

🎓 Laboratorium Hidup: Belajar STEM dan Karakter

 

Proyek “Green Tech Garden” telah mengubah cara kami belajar. Ini adalah implementasi nyata dari pembelajaran berbasis STEM (Science, Technology, Engineering, and Mathematics) .

Siswa tidak hanya belajar biologi, tetapi juga langsung praktik:

  • Technology & Engineering: Merakit panel surya, pompa, dan sensor .
  • Informatika: Menyusun algoritma dan coding pada mikrokontroler ESP32 .
  • Kolaborasi: Siswa dari OSIS, KIR, dan Pramuka bekerja sama , menumbuhkan semangat gotong royong dan kepemimpinan.

Proyek ini berhasil mengubah cara pandang siswa, dari yang awalnya hanya “mengetahui” isu iklim, kini menjadi “berpartisipasi aktif” dalam solusi .

 

🌱 Visi Ke Depan: Menuju Sekolah Berbasis IoT

 

Ini baru permulaan. Proyek ini dirancang untuk berkelanjutan dan akan dikelola oleh Klub Lingkungan serta OSIS .

Rencana kami selanjutnya adalah:

  • Pengembangan IoT: Guru Informatika akan mengembangkan modul pembelajaran IoT (Internet of Things) sederhana , agar sistem kebun bisa dikontrol dan dipantau dari jarak jauh .
  • Integrasi Kurikulum: Menjadikan proyek ini sebagai bagian integral dari Projek Penguatan Profil Pelajar Pancasila (P5) dengan tema Gaya Hidup Berkelanjutan .
  • Menjadi Ikon: Memperkuat identitas SMPN 1 Pungging sebagai pusat belajar inovasi lingkungan dan ikon “Sekolah Sadar Iklim” di Kabupaten Mojokerto .

Dari Limbah Dapur Menjadi Solusi: Inovasi SAINS CLUB SMKN Duduksampeyan Mengolah Jelantah

Minyak jelantah (minyak goreng bekas) adalah limbah yang sering kita temui1. Di SMKN Duduksampeyan Gresik2, kami melihat limbah ini bukan sekadar sebagai sampah, tetapi sebagai peluang.

Sebelumnya, observasi kami di lingkungan sekolah dan rumah menunjukkan fakta yang mengkhawatirkan: sebagian besar minyak jelantah dibuang begitu saja ke saluran air atau tanah. Praktik ini tidak hanya menyumbat saluran , tetapi juga mencemari air dan tanah yang berharga.

Menghadapi masalah ini, “SAINS CLUB Skandusa” meluncurkan proyek untuk mengubah limbah yang merusak ini menjadi produk yang bernilai guna.

 


 

💡 Solusi Kami: Dua Produk dari Satu Limbah

Kami fokus pada dua praktik sains terapan untuk mengolah minyak jelantah:

  1.  Biodiesel (Energi Terbarukan): Melalui proses ilmiah, kami mengubah minyak kotor ini menjadi biodiesel. Ini adalah bahan bakar nabati yang lebih ramah lingkungan 10dan menjadi langkah nyata kami mendukung energi bersih.
  2.  Sabun Cuci Tangan (Produk Daur Ulang): Kami juga menerapkan proses saponifikasi untuk mengubah jelantah menjadi sabun cuci tangan yang aman. Ini adalah solusi langsung untuk mengurangi limbah sekaligus memenuhi kebutuhan rumah tangga.

 

📈 Hasil Nyata: Lebih dari Sekadar Eksperimen

Selama periode proyek (November-Desember 2025), kami tidak hanya berhasil secara teori. Kami menghasilkan data dan perubahan nyata di lapangan:

  •  Produk Terukur: Dari ±15 liter minyak jelantah yang terkumpul , kami berhasil memproduksi ±10 liter sabun cair beraroma jeruk dan ±5 liter biodiesel.
  •  Validasi Produk: Biodiesel kami telah berhasil diuji coba dan mampu menyalakan kompor uji. Sementara itu, sabun cuci tangan hasil produksi kami kini digunakan di toilet sekolah dan laboratorium, menggantikan sabun komersial.
  • Perubahan Perilaku: Dampak terbesarnya adalah perubahan budaya. Kantin sekolah dan warga sekitar kini tidak lagi membuang minyak jelantah.
  •  Sistem Baru: Kami berhasil membangun program “Bank Jelantah”, sebuah sistem rutin untuk mengumpulkan bahan baku limbah ini secara terorganisir.

🎓 Pelajaran Sebenarnya: Sains, Kolaborasi, dan Wirausaha

Proyek ini adalah bukti nyata keberhasilan Pembelajaran Berbasis Proyek (PjBL). Bagi siswa, ini bukan hanya tentang kimia; ini adalah tentang:

  •  Kolaborasi: Siswa bekerja sama lintas kelas dan bahkan antar jurusan, saling membantu dari pengumpulan bahan hingga pengemasan produk.
  •  Tanggung Jawab: Setiap kelompok bertanggung jawab penuh atas kualitas produk, kebersihan alat, dan pelaporan.
  •  Wirausaha Hijau: Proyek ini menumbuhkan jiwa kreativitas dan kewirausahaan. Siswa belajar bahwa solusi lingkungan juga bisa bernilai ekonomi.

 

🌱 Visi Keberlanjutan: Bank Jelantah Menjadi Program Unggulan

Proyek ini tidak berhenti di sini. Keberlanjutannya akan dipegang oleh SAINS CLUB, OSIS, dan tim ekstrakurikuler Kewirausahaan.

Rencana kami jelas:

  1.  Bank Jelantah Sekolah akan menjadi program rutin.
  2.  Produksi dan Penjualan: Kami akan menjadikan sabun dan biodiesel ini sebagai produk unggulan sekolah yang dapat dijual untuk mendanai kegiatan siswa.

Kami percaya perubahan besar dimulai dari langkah kecil. Seperti yang kami pelajari, dari setetes minyak jelantah yang diolah dengan ilmu dan kerja sama, kita dapat menciptakan dampak besar bagi lingkungan dan komunitas.

 

Dokumentasi Kegiatan

Dari Limbah Pesisir Menjadi Kaldu Gurih: Inovasi Zero Waste Siswa SMPN 44 Surabaya

 

Di lingkungan pesisir dan rumah tangga, cangkang udang sering kali berakhir sebagai limbah yang menumpuk dan menimbulkan bau tidak sedap. Pada saat yang sama, banyak dari kita bergantung pada penyedap rasa buatan pabrik.

 

Siswa Kelas IX-D SMP Negeri 44 Surabaya  melihat ini bukan sebagai masalah, tetapi sebagai peluang. Sebagai bagian dari komitmen sekolah menuju Adiwiyata Mandiri , mereka meluncurkan proyek untuk mengubah limbah ini menjadi produk pangan bernilai tinggi: Kaldu Udang Alami.

 


 

💡 Solusi Inovatif: Rahasia di Balik Rasa

 

Proses ini lebih dari sekadar daur ulang biasa, ini adalah upcycling kuliner. Tim siswa tidak hanya merebus cangkang, mereka menemukan satu langkah krusial untuk membuka potensi rasa umami alami yang tersembunyi.

 

Prosesnya menggabungkan kearifan tradisional dan sains sederhana:

  1. Pengumpulan & Pembersihan: Cangkang udang dari pedagang lokal dikumpulkan dan dicuci bersih.
  2. Pengeringan Hemat Energi: Cangkang dijemur di bawah sinar matahari selama beberapa hari hingga benar-benar kering.
  3. Penggilingan Tradisional: Untuk mengurangi ketergantungan energi listrik, cangkang kering digiling halus menggunakan cobek alu (lesung batu) tradisional.
  4. Langkah Kunci (Penyangraian): Ini adalah temuan utamanya. Bubuk cangkang tidak langsung dikemas, melainkan disangrai (dipanaskan tanpa minyak) hingga terkaramelisasi. Proses ini secara dramatis mengeluarkan aroma dan memperkuat rasa.

 

📈 Hasil Nyata: Rasa 50% Lebih Kuat

Hasilnya melampaui dugaan. Proyek ini membuktikan bahwa langkah penyangraian adalah faktor krusial.

  • Rasa Otentik: Kaldu dari cangkang yang disangrai memiliki intensitas rasa 50% lebih kuat dan aroma yang jauh lebih sedap dibandingkan dengan cangkang yang hanya direbus.
  • Produk Jadi: Dari 4 kg cangkang udang basah, tim berhasil menghasilkan 1 kg kaldu bubuk alami berwarna oranye kecokelatan.
  • Sehat dan Aman: Produk ini 100% alami tanpa pengawet dan mendapat respons rasa yang positif dari para guru.
  • Dampak Lingkungan: Proyek ini secara langsung mengurangi volume limbah cangkang udang yang berpotensi menimbulkan bau di lingkungan sekitar siswa.

🌱 Visi Wirausaha Hijau

Proyek ini membuka wawasan siswa tentang inovasi berkelanjutan19. Rencana selanjutnya adalah membawa inovasi ini ke level berikutnya:

  • Standarisasi Resep: Mengembangkan resep standar untuk produksi kaldu bubuk yang lebih stabil dan tahan lama.
  • Eco-preneur Club: Membentuk unit kewirausahaan sekolah untuk memproduksi dan menjual kaldu alami ini di kantin sekolah atau saat gelar karya wirausaha

Melalui proyek ini, siswa SMPN 44 Surabaya membuktikan bahwa solusi untuk masalah lingkungan bisa jadi ada di dapur kita sendiri—mengubah limbah menjadi berkah yang lezat dan bernilai ekonomi.

Open chat
Welcome to BoURP ITS!
How can we make your experience better today?