SDN Tanjungrejo 3 di Kota Malang menghadapi dua masalah lingkungan yang nyata: ketergantungan total pada air sumur yang rentan kering saat kemarau dan genangan air hujan yang mengganggu aktivitas akibat lahan yang minim daya serap .
Alih-alih pasrah, kami mengubah masalah ini menjadi peluang. Melalui proyek “Air Lestari, Sekolah Asri” , kami membuktikan bahwa solusi konservasi yang sederhana dan partisipatif dapat menciptakan perubahan besar di lingkungan sekolah.
Sebelum proyek ini, sekolah kami menghadapi dilema ganda terkait air :
Kami tidak mencari solusi yang rumit atau mahal. Tim duta adiwiyata kelas 4, 5, dan 6 di bawah bimbingan guru , fokus pada tiga aksi nyata :
Hanya dalam 3 minggu pelaksanaan (06 – 24 Oktober 2025) , kami melihat perubahan yang signifikan dan terukur:
Perubahan terbesar tidak hanya terjadi pada lingkungan, tetapi juga pada siswa kami.
Proyek ini menumbuhkan rasa kepemilikan. Siswa kini lebih proaktif memilah sampah organik untuk dimasukkan ke dalam lubang biopori . Eco-Pond telah menjadi pusat pembelajaran hidup , di mana siswa mengamati siklus hidup ikan dan memahami secara langsung bagaimana air yang tadinya limbah dapat diubah menjadi sumber daya pangan .
Nilai-nilai seperti tanggung jawab , kolaborasi , dan empati terhadap lingkungan tidak lagi hanya teori di kelas, tetapi menjadi praktik harian.
Proyek ini bukan akhir, tapi awal dari budaya konservasi di SDN Tanjungrejo 3. Keberlanjutan proyek akan dipegang oleh Tim Konservasi yang terdiri dari guru dan duta adiwiyata .
Rencana kami selanjutnya adalah menjadwalkan panen lele triwulanan . Hasilnya akan digunakan untuk makan bersama atau dijual untuk membiayai pembelian pakan berikutnya, menciptakan siklus self-funding yang mandiri .
Filosofi Kami: “Kami menyimpulkan bahwa kunci ketahanan air sekolah bukan pada penemuan sumber baru, melainkan pada pengelolaan sumber daya yang ada dengan bijak . Setiap tetes air memiliki nilai dan potensi.”
Di tengah keterbatasan ruang hijau dan minimnya pemanfaatan energi terbarukan di sekolah , SMP Negeri 1 Pungging tidak tinggal diam.
Kami meluncurkan “Green Tech Garden” —sebuah proyek inovatif yang mengintegrasikan edukasi lingkungan dengan teknologi ramah iklim . Proyek ini adalah jawaban kami untuk mengubah lahan yang kurang dimanfaatkan menjadi laboratorium hidup yang produktif dan “pintar”.
Analisis awal kami menunjukkan beberapa masalah utama :
Tim “Green Innovator Team” tidak hanya membuat kebun biasa. Kami merancang sebuah sistem terintegrasi yang menggabungkan tiga pilar teknologi hijau :
Hanya dalam waktu pelaksanaan 13–30 Oktober 2025 , proyek ini telah memberikan hasil yang terukur dan signifikan:
Proyek “Green Tech Garden” telah mengubah cara kami belajar. Ini adalah implementasi nyata dari pembelajaran berbasis STEM (Science, Technology, Engineering, and Mathematics) .
Siswa tidak hanya belajar biologi, tetapi juga langsung praktik:
Proyek ini berhasil mengubah cara pandang siswa, dari yang awalnya hanya “mengetahui” isu iklim, kini menjadi “berpartisipasi aktif” dalam solusi .
Ini baru permulaan. Proyek ini dirancang untuk berkelanjutan dan akan dikelola oleh Klub Lingkungan serta OSIS .
Rencana kami selanjutnya adalah:
Minyak jelantah (minyak goreng bekas) adalah limbah yang sering kita temui1. Di SMKN Duduksampeyan Gresik2, kami melihat limbah ini bukan sekadar sebagai sampah, tetapi sebagai peluang.
Sebelumnya, observasi kami di lingkungan sekolah dan rumah menunjukkan fakta yang mengkhawatirkan: sebagian besar minyak jelantah dibuang begitu saja ke saluran air atau tanah. Praktik ini tidak hanya menyumbat saluran , tetapi juga mencemari air dan tanah yang berharga.
Menghadapi masalah ini, “SAINS CLUB Skandusa” meluncurkan proyek untuk mengubah limbah yang merusak ini menjadi produk yang bernilai guna.
Kami fokus pada dua praktik sains terapan untuk mengolah minyak jelantah:
Selama periode proyek (November-Desember 2025), kami tidak hanya berhasil secara teori. Kami menghasilkan data dan perubahan nyata di lapangan:
Proyek ini adalah bukti nyata keberhasilan Pembelajaran Berbasis Proyek (PjBL). Bagi siswa, ini bukan hanya tentang kimia; ini adalah tentang:
Proyek ini tidak berhenti di sini. Keberlanjutannya akan dipegang oleh SAINS CLUB, OSIS, dan tim ekstrakurikuler Kewirausahaan.
Rencana kami jelas:
Kami percaya perubahan besar dimulai dari langkah kecil. Seperti yang kami pelajari, dari setetes minyak jelantah yang diolah dengan ilmu dan kerja sama, kita dapat menciptakan dampak besar bagi lingkungan dan komunitas.
Di lingkungan pesisir dan rumah tangga, cangkang udang sering kali berakhir sebagai limbah yang menumpuk dan menimbulkan bau tidak sedap. Pada saat yang sama, banyak dari kita bergantung pada penyedap rasa buatan pabrik.
Siswa Kelas IX-D SMP Negeri 44 Surabaya melihat ini bukan sebagai masalah, tetapi sebagai peluang. Sebagai bagian dari komitmen sekolah menuju Adiwiyata Mandiri , mereka meluncurkan proyek untuk mengubah limbah ini menjadi produk pangan bernilai tinggi: Kaldu Udang Alami.
Proses ini lebih dari sekadar daur ulang biasa, ini adalah upcycling kuliner. Tim siswa tidak hanya merebus cangkang, mereka menemukan satu langkah krusial untuk membuka potensi rasa umami alami yang tersembunyi.
Prosesnya menggabungkan kearifan tradisional dan sains sederhana:
Hasilnya melampaui dugaan. Proyek ini membuktikan bahwa langkah penyangraian adalah faktor krusial.
Proyek ini membuka wawasan siswa tentang inovasi berkelanjutan19. Rencana selanjutnya adalah membawa inovasi ini ke level berikutnya:
Melalui proyek ini, siswa SMPN 44 Surabaya membuktikan bahwa solusi untuk masalah lingkungan bisa jadi ada di dapur kita sendiri—mengubah limbah menjadi berkah yang lezat dan bernilai ekonomi.