Perubahan iklim merujuk pada pergeseran jangka panjang dalam pola suhu dan cuaca di bumi. Ini bukanlah sebuah prediksi masa depan, melainkan sebuah realitas yang sudah terjadi saat ini dan dampaknya telah nyata.
Fenomena ini menjadi kekhawatiran global, di mana 70% generasi muda (usia 16-20 tahun) di seluruh dunia sudah mulai merasa khawatir terhadap dampaknya. Di Indonesia sendiri, siswa-siswa di berbagai wilayah telah terbukti tidak hanya peduli, tetapi juga mampu menciptakan solusi nyata untuk mitigasi dan adaptasi iklim.
Akar masalah dari perubahan iklim adalah pemanasan global5. Ini terjadi akibat meningkatnya konsentrasi Gas Rumah Kaca (GRK) di atmosfer.
Peningkatan suhu ini memicu serangkaian dampak destruktif yang saling terkait, memengaruhi lingkungan, kehidupan, dan tatanan sosial.
Perubahan iklim memperburuk frekuensi dan intensitas bencana yang terkait dengan cuaca dan air. Di Indonesia, dampak ini terlihat jelas melalui:
Secara global, ini juga berarti kenaikan permukaan air laut dan gelombang panas (heatwave) yang lebih sering.
Kota-kota menjadi “garis depan” yang merasakan dampak iklim. Perubahan iklim memperparah masalah perkotaan, seperti:
Ekosistem yang sehat adalah benteng alami menghadapi perubahan iklim. Namun, perubahan iklim justru menghancurkan mereka:
Perubahan iklim sering dianggap isu lingkungan, padahal ia adalah krisis kemanusiaan.
Menghadapi krisis ini, materi-materi tersebut menyerukan tiga perilaku utama: