ITS News

Sabtu, 13 Desember 2025
12 Desember 2025, 14:12

Tim Abmas ITS Kenalkan Solar Dryer Dorong Produktivitas Petani Cabai

Oleh : indahts | | Source : -

Tim mahasiswa ITS saat memberikan pelatihan cara kerja serta perawatan solar dryer kepada petani Desa Mojorejo, Kecamatan Modo, Kabupaten Lamongan

Kampus ITS, ITS News — Sebagai wujud kontribusi nyata dalam pengembangan energi terbarukan di sektor pertanian, tim dari Laboratorium Rekayasa Energi dan Pengkondisian Lingkungan, Departemen Teknik Fisika Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) menghadirkan inovasi alat pengering cabai berbasis energi surya (solar dryer). Inovasi ini telah diterapkan bagi petani di Desa Mojorejo, Kecamatan Modo, Kabupaten Lamongan.

Inovasi ini membantu masyarakat untuk mempercepat proses pengeringan cabai sekaligus menjaga mutu hasil panen dengan biaya operasional yang rendah dan ramah lingkungan.  Dilaksanakan sejak September 2025, program Pengabdian kepada Masyarakat (Abmas) ini bertajuk Penerapan Teknologi Solar Dryer untuk Meningkatkan Produktivitas dan Kualitas Pengeringan Cabai.

Ketua Tim Abmas Herny Ariesta Budiarti ST MT menyampaikan, program abmas ini berfokus pada peningkatan kualitas pascapanen masyarakat Mojorejo yang selama ini masih mengandalkan metode pengeringan tradisional menggunakan sinar matahari langsung. “Metode tersebut kerap terkendala cuaca dan membutuhkan waktu berhari-hari, sehingga berisiko menurunkan mutu panen,” ungkapnya.

Anggota tim Laboratorium Rekayasa Energi dan Pengkondisian Lingkungan ITS saat menjelaskan cara penggunaan solar dryer kepada warga Desa Mojorejo, Kecamatan Modo, Lamongan

Menjawab tantangan tersebut, tim Abmas ITS ini menghadirkan solusi teknologi tepat guna yang lebih cepat, higienis, dan berkelanjutan untuk mendukung produktivitas petani lokal. Mengusung semangat inovasi energi bersih, tim ITS memperkenalkan solar dryer ramah lingkungan yang dirancang berdasarkan hasil penelitian Laboratorium Rekayasa Energi dan Pengkondisian Lingkungan ITS.

Alat ini bekerja dengan memanfaatkan panas matahari melalui sistem solar collector yang mampu menjaga suhu pengeringan stabil di kisaran 50 derajat celcius. Selain efisien dan hemat energi, rancangan alat dibuat sederhana agar mudah dioperasikan masyarakat desa. “Teknologi ini menjadi bukti bahwa inovasi kampus dapat hadir sebagai solusi peningkatan kesejahteraan petani,” tandas Herny.

Rangkaian kegiatan abmas ini meliputi survei potensi energi surya, perancangan dan fabrikasi alat, uji performa di ITS, serta instalasi langsung di Desa Mojorejo. Tim abmas ITS ini juga memberikan pelatihan kepada warga setempat terkait pengoperasian dan perawatan solar dryer tersebut.

Hasil uji coba menunjukkan alat ini mampu mengeringkan 10 kilogram cabai segar menjadi sekitar 1,67 kilogram cabai kering hanya dalam 6–8 jam, jauh lebih cepat dari metode tradisional yang membutuhkan waktu hingga tujuh hari. Selain meningkatkan efisiensi, inovasi ini membuka peluang diversifikasi produk seperti chili oil dan cabai bubuk bernilai jual tinggi.

Tim Laboratorium Rekayasa Energi dan Pengkondisian Lingkungan ITS di lokasi kegiatan Pengabdian kepada Masyarakat (Abmas) di Desa Mojorejo, Kecamatan Modo, Kabupaten Lamongan

Darmono, salah satu petani mitra, mengungkapkan manfaat besar yang ia rasakan. Kehadiran teknologi solar dryer ini sangat membantu proses pascapanen yang dilakukannya. “Saya harap inovasi ini dapat terus dikembangkan untuk meningkatkan nilai jual cabai dan kesejahteraan petani setempat,” tuturnya.

Herny juga menyampaikan bahwa inovasi ini diharapkan menjadi langkah awal kemandirian teknologi bagi masyarakat desa. “Kami berharap solar dryer ini tidak hanya membantu petani Mojorejo dalam menjaga kualitas cabai, tetapi juga menjadi contoh penerapan energi bersih yang bisa direplikasi di daerah lain,” ujarnya penuh harap.

Ke depan, tim ITS berencana memperluas implementasi teknologi serupa untuk komoditas pertanian lainnya sebagai bentuk dukungan terhadap pencapaian beberapa poin dalam Sustainable Development Goals (SDGs). Antara lain pada poin 1 (Tanpa Kemiskinan), poin 7 (Energi Bersih dan Terjangkau), poin 8 (Pekerjaan Layak dan Pertumbuhan Ekonomi), serta poin 9 (Industri, Inovasi, dan Infrastruktur). (*)

Berita Terkait