Foto bersama para civitas akademika ITS dengan para pemateri dan tamu undangan Sarasehan Kebangsaan
Kampus ITS, ITS News – Meskipun telah menginjak umur 78 tahun sejak proklamasi, perjuangan Indonesia menjadi negara yang beradab, berbudaya, dan sejahtera masih terus berkobar. Berbekal semangat tersebut, Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) menggelar Sarasehan Kebangsaan bersama para ilmuwan dari berbagai perguruan tinggi dan filsuf terkemuka di Indonesia, Rabu (28/9).
Dibuka dengan lantunan gamelan yang khas, acara yang digelar di Gedung Research Center ITS ini dibuka dengan tembang tuladha atau teladan yang disampaikan oleh Ketua Dewan Profesor ITS, Prof Dr Ir Imam Robandi MT. Dalam syair tersebut, Imam menyebut bangsa yang beradab dan berbudaya adalah bangsa yang berpegang teguh pada nilai-nilai luhur.
Lebih lanjut, Imam menyatakan bahwa selain nilai luhur, hal yang menjadikan Indonesia negara beradab dan berbudaya adalah keberagaman. Ia menganalogikan hal tersebut selayaknya gamelan. Meskipun memiliki tangga nada yang berbeda, tetap dapat menghasilkan lantunan suara merdu saat dimainkan dengan baik. “Ini serupa dengan nilai luhur dan keberagaman yang bersisian menciptakan harmoni,” paparnya.
Diskusi terkait keberagaman bangsa Indonesia yang ideal oleh Filsuf Indonesia RP Prof Dr Franz Magnis-Suseno SJ (dua dari kanan)
Selaras dengan pendapat Imam, Filsuf Indonesia, RP Prof Dr Franz Magnis-Suseno SJ menuturkan, nilai-nilai luhur dan keberagaman sudah disusun dengan baik dan teratur dalam Pancasila. Dalam perumusannya, Soekarno berpatok pada budaya dan nilai luhur Nusantara. “Ditunjukkan dengan bukti Pancasila bukanlah barang impor, melainkan identitas sejati bangsa,” tegas pastor yang akrab disapa Romo Magnis ini.
Selain itu, Guru besar Sekolah Tinggi Filsafat Driyarkara ini juga berpendapat bahwa kesejahteraan sebuah bangsa dapat dilihat dari kebebasan berpendapat di perguruan tinggi. Sayangnya, masih banyak perguruan tinggi yang belum memberikan kebebasan berpendapat kepada mahasiswanya. “Mahasiswa perlu diberikan mediasi yang baik, jangan ditutup-tutupi,” ujarnya.
Pemberian cinderamata oleh Ketua Dewan Profesor ITS Prof Dr Ir Imam Robandi MT (kiri berjas) kepada Filsuf Indonesia RP Prof Dr Franz Magnis-Suseno SJ (tengah)
Kondisi tersebut tentunya sangat disayangkan mengingat mahasiswa merupakan agen perubahan. Seharusnya, perguruan tinggi dapat menjadi pusat penguat identitas Indonesia sebagai bangsa yang beradab, berbudaya, dan sejahtera. Untuk itu, perguruan tinggi perlu menekankan kembali nilai-nilai Pancasila di dalam kampus. Nilai-nilai tersebut antara lain religius, demokratis, hingga keadilan sosial.
Terakhir, menutup Sarasehan Kebangsaan, Imam menyampaikan pesan kepada seluruh perguruan tinggi yang hadir untuk selalu mensinergikan nilai-nilai Pancasila ke dalam sistem pendidikan yang adaptif dan kontributif. “Nilai-nilai Nusantara harus selalu kita kembangkan dan terapkan di dunia pendidikan tinggi,” pungkasnya. (*)
Reporter: Bima Surya Samudra
Redaktur: Nurul Lathifah
Surabaya, ITS News – Tim Kuliah Kerja Nyata (KKN) Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) menginisiasi usulan bangunan ramah lingkungan
Kampus ITS, Opini — Hari Raya Natal merupakan perayaan keagamaan umat Kristiani yang setiap tahunnya dirayakan sebagai momen refleksi
Kampus ITS, ITS News — Isu aksesibilitas dan layanan disabilitas kini tengah telah menjadi perhatian serius di berbagai perguruan tinggi.
Kediri, ITS News — Startup StrokeGuard yang didirikan oleh mahasiswa Jurusan Inovasi Digital Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) menjalin


