ITS News

Selasa, 30 April 2024
28 Oktober 2022, 08:10

Professor Summit ITS Serukan Pembangunan Ekonomi Berkelanjutan

Oleh : itsojt | | Source : ITS Online

Guru Besar ITS, Prof Dr Syafsir Akhlus MSc (tengah) menyampaikan materi pada seminar nasional dengan antusias

Kampus ITS, ITS News – Dalam rangka memenuhi visi Indonesia Emas 2045,  Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) kembali mengadakan acara Professor Summit tahun ini yang bertema Gagasan Strategis Pembangunan Masyarakat Indonesia Adil Makmur 2045. Pada kegiatan ini, guru besar dari berbagai universitas paparkan pandangan mereka dalam seminar bertema Pembangunan Ekonomi Berkelanjutan yang diadakan di gedung Pusat Riset ITS, Jumat (21/10).

Dalam pembukaan yang disampaikan oleh Wakil Gubernur Jawa Timur, Dr H Emil Elestianto Dardak BBus MSc, ia menyatakan bahwa keberlangsungan ekonomi akan menentukan kemajuan negeri ini, baik dalam hal produktivitas maupun daya saing. Untuk itu, kondisi lingkungan harus dipertahankan agar tetap kondusif untuk kegiatan ekonomi. “Kita harus memperhatikan bagaimana urban design kota Surabaya ini ke depannya agar menjadi kota yang produktif dan kompetitif,” ujar Emil.

Sejalan dengan hal tersebut, Guru Besar Universitas Diponegoro, Prof Sudharto P Hadi MES PhD, mengatakan bahwa kegiatan-kegiatan ekonomi manusia seperti produksi barang di pabrik dan eksploitasi sumber daya alam dapat memberikan dampak negatif pada lingkungan sekitar. Ironisnya, kegiatan-kegiatan ekonomi tersebut bergantung kepada lingkungan sekitar agar tetap berjalan.

Wakil Gubernur Jawa Timur sedang memaparkan materi di hadapan banyak peserta

Sudharto menambahkan bahwa salah satu ancaman terbesar perekonomian global adalah perubahan iklim yang mengakibatkan cuaca ekstrim dan kerusakan lingkungan. Hal tersebut tentu saja berdampak negatif pada perekonomian. “Risiko iklim dapat menggerus 2,5 sampai dengan 7,5 persen PDB kita,” ucap Sudharto.

Oleh karena itu, sebuah solusi diperlukan untuk dapat menumbuhkan perekonomian tanpa merusak lingkungan sekitar. Salah satu solusi yang dihadirkan dalam seminar ini adalah pengembangan daerah kawasan eco-industrial park. “Kawasan eco-industrial adalah kawasan industri yang mengelola isu-isu lingkungan, sosial, dan ekonomi secara bersama-sama,” ujar Guru Besar Universitas Diponegoro (Undip), Prof Dr Ir Purwanto DEA.

Secara lebih detailnya, kawasan eco-industrial park adalah sekumpulan industri dan bisnis jasa dimana kegiatan-kegiatan produksi mereka saling mendukung satu sama lain untuk meningkatkan kinerja ekonomi dan mengelola isu lingkungan. Hal ini selaras dengan sinergi dan simbiosis mutualisme antara para pelaku bisnis tersebut. “Industri-industri tersebut bekerja sama dalam mengelola sumber daya agar menjadi satu ekosistem industri,” tuturnya.

Purrwanto pun menerangkan bahwa penerapan eco-industrial park ini bertumpu pada tujuh pilar utama, yaitu dematerialisasi (mengurangi penggunaan jumlah bahan dalam produksi), efisiensi energi, pembatasan pemakaian B3 (bahan berbahaya dan beracun), 3R (reuse, recycle, recovery), penggunaan sumber daya alam terbarukan, pengkajian daur hidup produk (memperpanjang umur produk), dan meningkatkan intensitas pemakaian produk dan pelayanan jasa.

Secara praktik, konsep eco-industrial park ini dapat dimanifestasikan dalam berbagai cara, salah satunya yang paling utama adalah penggunaan lahan yang baik. Jika lahan sebuah kawasan industri digunakan oleh industri-industri yang saling mendukung, maka berbagai fasilitas di kawasan tersebut dapat digunakan industri-industri tersebut tanpa menggangu lingkungan sosial sekitarnya.

Tidak hanya itu, beberapa hal lain yang dapat dilakukan diantaranya adalah pengendalian proses produksi yang baik, penggunaan bahan baku ramah lingkungan, modifikasi peralatan dan proses produksi, dan juga penggunaan teknologi baru yang lebih ramah lingkungan. Secara keseluruhan, solusi ini dapat membuat proses ekonomi industri yang bekelanjutan. “Keberhasilan dari eco-industrial park dapat dilihat dari peningkatan kinerja dari sisi lingkungan, ekonomi, maupun sosial,” ujar dosen Departemen Teknik Kimia Undip ini. (*)

Reporter: ion11
Redaktur: Muhammad Miftah Fakhrizal

Berita Terkait