Sudah saatnya bagi Surabaya untuk membenahi sarana transportasi yang ada. Jika tidak dimulai dari sekarang, dikhawatirkan kemacetan di Kota Pahlawan ini akan meningkat dan sulit teratasi. Demikian ungkap Ir Dudung Purwadi MSc dalam Seminar Nasional Teknik Sipil-1 Rabu (2/3) kemarin.
Dalam seminar yang dihadiri puluhan peserta ini, Dudung mengungkapkan kekhawatirannya akan masa depan transportasi Surabaya. Dia mencontohkan perjalanan ke Juanda yang dulu hanya memakan waktu 15 menit dari rumahnya kini harus ditempuh selama satu jam lebih. "Ini karena dimana-mana sudah terjadi kemacetan," ungkap dosen Teknik Sipil ITS ini.
Untuk mengatasi kemacetan, tidak harus dengan membangun jalan baru. "Pembangunan jalan bukan satu-satunya solusi mengatasi problem transportasi," ungkap Dudung. Namun, pengelolaan sarana transportasi yang telah ada mempunyai andil besar dalam penyelesaian masalh transportasi ini.
Menurut pengamatannya, saat ini di Surabaya, penggunaan angkutan umum sangat tidak optimal. Kendaraan pribadi lebih banyak bersliweran daripada kendaraan umum. Dudung lalu membandingkannya denga Hongkong. Jika di Hongkong pengguna kendaraan pribadi hanya sepuluh persen, di Surabaya sudah mencapai tujuh puluh persen lebih. "Tak heran kalau Surabaya macet," katanya.
Dari penelitian yang telah dilakukannya, diperoleh rasio penggunaan kendaraan umum dengan kendaran pribadi mencapai satu setengah. "Padahal jika ingin transportasi baik, rasio tersebut harus berada di bawah satu," jelas Dudung.
Tiga skenario ditawarkan Dudung untuk peningkatan transportasi Surabaya. Yang pertama dengan memperbaiki sistem pelayanan yang sudah ada. "Bis biasa bisa diubah menjadi bis patas," terangnya. Dengan demikian, masyarakat akan mendapat kenyamanan seperti halnya naik kendaraan sendiri.
Peningkatan pelayanan dengan mengganti sistem yang telah ada merupakan skenario kedua yang ditawarkan Dudung. Misalnya mengganti bis dengan monorail yang mempunyai kapasitas angkut lebih besar dan waktu tempuh lebih cepat.
Dan skenario terakhir dengan menambah sistem pelayanan yang ada. Kendaraan umum yang telah ada, seperti bis, bisa ditambah dengan komuter. Namun, pelaksanaannya harus benar-benar diatur dengan baik sehingga penambahan itu bisa berfungsi optimal. "Tidak seperti sekarang, komuter bukannya bersaing dengan kendaraan pribadi namun dengan kendaraan umum lain," terangnya. Dan itu bisa dilihat dari berkurangnya penumpang kendaraan umum yang telah ada sebelum komuter.
Selain Dudung, hadir Dr Ir H RB Fattah Jasin MS, Kepala Bidang Prasarana Wilayah Jatim yang mewakili Kepala Bappeda Jatim, undangan dari instansi-instansi terkait sepert Dinas Tata Kota, Bappemrov, dan dosen serta mahasiswa pasca sarjana ITS maupun dari luar ITS. Acara yang dibuka oleh Prof Ir Priyo Suprobo MS PhD, Dekan FTSP ini, berakhir pada pukul 16.00 WIB. (rin/tov)
Kampus ITS, ITS News — Masih terus kembangkan platform ITS Nabu, Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) kembali menggelar Cyber Security Training
Kampus ITS, ITS News — Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) berhasil menorehkan prestasi gemilang padagelaran Nanyang Technological University (NTU)
Kampus ITS, ITS News – Ikatan Alumni (IKA) Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Jawa Timur gelar Halal Bihalal Akbar
Kampus ITS, ITS News – Tim mobil hemat energi, Nogogeni, dari Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) turut berpartisipasi dalam