Kiprah Industri kecil dan menengah perlu untuk dikembangkan. Tujuannya menghadapi persaingan bebas AFTA yang sudah masuk Indonesia. Salah satu perkumpulan industri tersebut UKM Ngingas–Waru, Sidoarjo bekerjasama dengan BEM ITS menggelar Open Talk pada Sabtu (27/11).
Ir Makmur MSi, pemilik salah satu UKM Ngingas, Mikronika Internasional memaparkan mengenai perusahaannya. "Pabrik kami memproduksi die & punch, spare part dan sejenisnya," ungkapnya mengawali. Perusahaannya memang bergerak di bidang permesinan dan perbengkelan.
Soal bahan baku, alumnus Teknik Industri ITS 1974 ini menjelaskan, "Kebanyakan dari lokal, tapi kami mengimpor bahan yang tidak didapat di Indonesia." Bahkan, pabriknya pernah mengimpor dari Italia, Yunani dan Jepang. Namun, tidak dari Cina, karena kualitasnya diragukan. "Memang di Cina lebih murah daripada Jepang, tapi kualitasnya kalah jauh," komentarnya kemudian.
Sementara itu, pembicara lainnya juga menambahkan, "UKM Ngigas terdiri dari ratusan pabrik yang bergerak pada industri kecil dan menengah," ungkap Saiful Khirom. Staf Operasional ARMET ini mengatakan perusahaannya memproduksi komponen listrik, kompor dan alat rumah tangga. Hasilnya akan dikirim ke pabrik untuk dirakit. "Jadi jumlah produksi tergantung permintaan pasar," lanjutnya lagi. Sejauh ini dia pernah menjalin kerjasama dengan perusahaan terkemuka misalnya Maspion dan Hyundai.
Ditanya mengenai limbah pabrik, beliau menanggapi, "Kalau limbah padat tidak ada karena semuanya dapat didaur ulang dan dijual," tegas Khirom. Hanya saja, yang paling bermasalah adalah limbah cair dari proses elektroplating. Elektroplating yang dimaksud Khirom adalah teknik pelapisan logam. "Masih belum ada pengganti sianida untuk menetralkan Cromin, kalaupun ada, sulit dicari dan mahal," ungkapnya kemudian.
Mengenai dampak limbah, penyakit thypus adalah salah satunya. "Tapi dalam jangka panjang, tidak langsung," tandasnya lagi. Namun, Khirom bersyukur PDAM sudah masuk ke sana. Sekitar 50 rumah tangga yang langganan PDAM. Tapi air bersih itu hanya untuk minum, selebihnya menggunakan air sumur. Ironisnya masih ada penduduk yang mandi di sungai. "Padahal airnya kan tercemar dengan limbah tadi," ujarnya menyayangkan.
Alumnus D3 Teknik Mesin ini juga memberikan respons positif jika ada mahasiswa ITS yang mau melakukan penelitian Tugas Akhir (TA) di sana, "Silahkan, mungkin dapat menemukan sesuatu yang baru," ujar Khirom. Peran mahasiswa tidaklah sedikit, tambahnya kemudian. Sekarang saja ada dua mahasiswa ITS yang TA di perusahaannya, salah satunya mahasiswa dari Teknik Industri dengan bahan penelitian Six Sigma yang berkaitan dengan Quality Improvement.(m1/tov)
Jakarta, ITS News — Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) kembali menorehkan prestasi nasional dengan memborong empat penghargaan pada ajang Anugerah
Kampus ITS, ITS News — Sebagai bentuk dukungan terhadap riset energi bersih, Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) menerima kunjungan
Kampus ITS, ITS News — Perpustakaan Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) kembali menegaskan perannya dalam memperkuat ekosistem riset kampus
Kampus ITS, ITS News – Ikatan Orang Tua Mahasiswa (Ikoma) Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) menunjukkan komitmennya dalam mendukung