ITS News

Selasa, 30 April 2024
15 Maret 2005, 12:03

Mahasiswa ITS Saling Memaafkan

Oleh : Dadang ITS | | Source : -

SURABAYA – Dua jurusan yang terlibat bentrok masal akhirnya sepakat menempuh jalan damai. Baik mahasiswa D3 Teknik Mesin dan S1 Teknik Elektro ITS, kemarin, membuat komunike bersama yang ditangani ketua Hima (himpunan mahasiswa) masing-masing. Isinya, mahasiswa dua program itu saling memaafkan.

"Kami sama-sama prihatin atas peristiwa kelabu Selasa lalu. Untuk ini, dengan sikap ksatria, kami saling memaafkan," kata Ketua Hima D3 Mesin Siswo Adi C didampingi Ketua Hima Elektro AH Syafruddin dalam siaran persnya, kemarin.

Seperti diberitakan, ratusan mahasiswa ITS terlibat bentrok fisik. Aksi kekerasan ini tidak hanya mencoreng nama baik perguruan tinggi negeri terkenal di Surabaya itu. Namun, Ahmad, mahasiswa Elektro 1997, kepalanya bocor gara-gara kejadian ini. Juga, puluhan mahasiswa mengalami luka terkena lemparan batu. Bentrok ini diduga terjadi lantaran fanatisme jurusan yang berlebihan saat Opspek mahasiswa baru.

Baik Siswo maupun Uddin mengakui peristiwa itu tidak perlu terjadi. Menurut mereka, tawuran sangat mencoreng semangat kebersamaan mahasiswa ITS. Selain itu juga merendahkan nilai dialogis yang seharusnya dikembangkan di kampus. "Dengan komunike bersama itu, kami menganggap segala permasalahan selesai," tambahnya.

Pembantu Rektor III ITS Ir Soemartojo Widjojoatmojo mengatakan, sanksi lanjutan terhadap mahasiswa yang terlibat bentrok masih akan dirapatkan. Kata dia, penjatuhan sanksi itu nanti akan diberikan langsung oleh Rektor ITS Prof Ir Soegiono yang saat ini berada di Inggris setelah mendapat masukan dari dekan maupun ketua jurusan.

"Akan diselidiki dulu. Yang terang, mudah-mudahan sanksinya proporsional dan dijatuhkan pada orang yang tepat," katanya.

Pembantu Rektor IV ITS Ir Daniel Mohammad Rosyid PhD juga sepakat sanksi dijatuhkan kepada pihak-pihak yang terlibat. Sebab, itu sudah melanggar SK yang telah disepakati para anggota senat institut. "Menurut saya, harusnya sudah tidak diberlakukan lagi cara-cara pengkaderan seperti itu. Mahasiswa baru boleh saling kenal, tapi harus melalui cara-cara yang lebih akademik," tuturnya.

Namun, keluarga alumni ITS keberatan hanya mahasiswa baru yang dijatuhi sanksi. Para alumni minta rektor juga bertanggung jawab atas kasus tersebut. Sebab, rektor dinilai sudah gagal menciptakan ITS sebagai wadah pembentukan karakter (character building) mahasiswa.

"Di zaman rektor-rektor terdahulu tidak pernah ada kejadian seperti itu," kata anggota Majelis Ikatan Keluarga Alumni ITS yang juga anggota DPRD Jatim Ir Farid Alfauzi MM. Farid yang juga mantan ketua Senat Fakultas Teknologi Industri dan Senat Mahasiswa ITS meminta mahasiswa baru tidak jadi tumpahan kesalahan.

Mereka adalah orang-orang yang baru masuk sistem. Kalau sistemnya sendiri sudah tidak kondusif, mereka sebenarnya justru jadi korban. "Saya setuju sanksi tegas karena dulu mahasiswa yang adu fisik juga dipecat. Tapi dalam kasus ini, rektor harus juga bertanggung jawab. Kalau perlu dikoreksi posisinya," tegas Farid.

Beberapa alumni lain ITS juga tengah mengumpulkan tanda tangan untuk pernyataan keberatan jika mahasiswa jadi tumpuan kesalahan atas terjadinya tawuran. Diyakini, mereka adalah sumber daya yang bagus baik dalam kemampuan intelektual maupun kreativitas. Sayangnya, sistem yang ada sekarang tidak mendukung mereka berkembang. (hud/roz)

Berita Terkait