Berawal dari psikotes yang ia ikuti kala duduk di bangku kelas tiga SMA, Kukuh memulai jejak prestasinya. Ia berkisah, siswa dengan hasil psikotes yang memenuhi kriteria berkesempatan menjadi pemain bridge. "Hasilnya ternyata saya terpilih dan diajak ikut latihan bridge," kenang alumni SMAN 16 Surabaya ini.
Berkat latihan yang rutin, tahun 2009 menjadi kali pertamanya memboyong emas pada Pekan Olahraga Provinsi Jawa Timur. Sebelumnya, ia telah beberapa kali mengikuti turnamen sejak 2007. Berlanjut hingga 2015, Kukuh ditunjuk sebagai salah satu tim yang mewakili Pekan Olahraga Nasional (PON) 2016.
Tak tanggung, partner main Kukuh adalah Denny Sakul, pemain bridge senior. "Orang bridge pasti tahu siapa pak Denny," ujarnya singkat. Denny Sakul merupakan pemain senior berusia 68 tahun yang sangat patut diperhitungkan perannya dalam dunia bridge.
Susah mencari partner yang sepadan, membuat Kukuh ditarik menjadi partner bagi Denny. "Susah juga kalau tidak terbiasa dengan ritme kerja pak Denny," terang alumni SMPN 19 Surabaya ini. Ia mengaku sering dinasehati dengan nada tinggi oleh Denny.
Pendelegasian Kukuh menjadi salah satu perwakilan PON 2016 juga mengantarkannya pada Hongkong Intercity Bridge Championship, Kamis (27/7) hingga Senin (31/7) lalu. "Ini merupakan simulasi sebelum PON," ungkap Kukuh pada ITS Online. Kala itu ada enam tim asal Indonesia yang berangkat.
Kurang beruntung, semua tim Indonesia tak berhasil menembus babak utama. "Jadi hanya delapan tim yang berhak masuk babak utama dan memperebutkan juara turnamen," jelas Kukuh. Tak berhenti disitu, Kukuh dan tim lanjut pada side event dan berhasil memboyong dua gelar sekaligus.
Swiss Pair dan Swiss Team berhasil ia raih kala itu. Swiss Pair adalah juara yang ia dapat berkat permainan mulusnya dengan Denny Sakul. Sedang Swiss Team adalah penghargaan bagi enam orang termasuk Kukuh yang tergabung dalam satu tim.
Rampung dengan Hongkong, Bandung menjadi tujuan selanjutnya Kukuh dan tim. Minggu (18/9) hingga Kamis (28/9) menjadi hari-hari penampilan Kukuh pada PON 2016. 21 ronde berhasil ditaklukkan Kukuh dan Denny dengan perjuangan melawan sang Juara Dunia.
"Lawan terberat dari Sulawesi Utara," ujar Kukuh. Disebutkan Kukuh, pasangan asal Sulawesi Utara yakni Hengky Lasut dan Eddie Manopo merupakan juara dunia bridge. Selain itu juga tim asal DKI Jakarta yang sudah menjadi langganan tim nasional juga menjadi perhatian tersendiri bagi Kukuh.
Berkat strategi, percaya diri, dan mental yang prima, Kukuh dan Denny berhasil menyabet medali emas pada PON 2016. Bonus tambahan, Kukuh dan lima orang lainnya dalam permainan tim juga memboyong medali perak kala itu.
"Bridge ya teman hidup," tegas Kukuh saat ditanyai tentang rencananya ke depan. Ia berniat akan terus menjadi pemain bridge bahkan menjadikan bridge sebagai pekerjaannya. Sejak pendelegasiannya menjadi salah satu perwakilan provinsi Jawa Timur, uang terus mengalir ke rekeningnya tiap bulan.
Ditanya mengenai target perusahaan yang ia incar setelah lulus S2 pun Kukuh bergumam santai. "Mungkin jadi dosen saja supaya lebih lebih banyak waktu untuk main bridge juga," senyumnya simpul. Memang kedua orangtua Kukuh juga aktif sebagai dosen ITS hingga kini.
Berasal dari keluarga akademisi membuat Kukuh sering dicurigai kala pertama ia memulai bridge. "Ya dulu sering dikira cuma main-main tidak jelas," kenang Kukuh yang kini telah mendapat kepercayaan dari orangtuanya.
Bahkan saat ia bermain, orangtuanya sudah tak ragu menyambangi Kukuh di medan turnamen. "Intinya kalau berprestasi jangan setengah-setengah, seriusi bidang itu," pungkas Kukuh berpesan. (dza/hil)