ITS News

Sabtu, 20 Desember 2025
29 September 2016, 08:09

Mahasiswa ITS Ciptakan Alat Pereduksi Gas Buang

Oleh : Dadang ITS | | Source : -

Lewat penelitiannya berjudul In-Plasma Catalyst Technology: Metode Pengurangan Limbah Pembakaran Gas Kendaraan Bermotor, tim ini berhasil unggul pada kategori chemistry or textile. Tim tersebut berhasil menyisihkan universitas lain di tingkat Asia. Niat hati hanya untuk publikasi, tim yang digawangi oleh Rahadian Abdul R, Estu Yoga Elmi Gesa, Dwi Jayanti PM, Karima, dan Dimas Bagus S ini ternyata bisa memikat hati dewan juri.

Penelitian ini, dikatakan Rahadian, didasarkan pada hasil emisi gas buang yang dihasilkan selama pembakaran sepeda motor untuk diolah menjadi hasil emisi ramah lingkungan. Hal ini, sambungnya, karena emisi memiliki efek buruk pada lingkungan. "Misalnya saja gangguan sistem pernapasan pada makhluk hidup," tegas mahasiswa Jurusan Kimia ini.
Dirinya melanjutkan, dengan meningkatnya populasi maka industri kendaraan bermotor juga akan meningkat dan turut pula meningkatkan polusi gas buang. "Namun selain pada kendaraan bermotor, alat ini juga bisa diimplementasikan pada cerobong limbah pabrik dan sistem pembuangan kapal," terangnya.
Prakteknya, knalpot kendaraan bermotor, misalnya saja sepeda motor, diberikan sebuah reaktor yang di dalamnya terdapat plasma dan sebuah katalis MnO2. Untuk menjalankan reaksi dibutuhkan juga alat pembangkit listrik.
Adapun hasil dari gas buang yang telah disaring melalui alat tersebut dapat menghasilkan senyawa air, karbon dioksida, dan nitrogen yang ramah bagi lingkungan. "Kita sudah uji coba juga di Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat. Hasilnya menjadi tidak berbahaya lagi karena senyawa-senyawa tersebut mudah diikat tumbuhan untuk keperluan fotosintesis," tuturnya.
Tidak gampang bagi Rahadian dan tim dalam merealisasikan alat yang masih berupa prototipe tersebut. Diakuinya, ketika proses pembuatan plasma yang di dalamnya ada komponen elektronika, ia terkendala soal keilmuannya. "Istilahnya kita harus belajar lagi menyoal elektronika dasar yang sebenarnya tidak diajarkan di Jurusan Kimia," ujar mahasiwa berkacamata ini.
Pemilihan MnO2 sebagai katalis, dijelaskan Rahadian, dikarenakan mudah didapat di alam. Senyawa yang juga terdapat dalam batu baterai ini diakuinya membuat reaksi lebih cepat ketimbang senyawa lain. "Bentuk katalisnya pun kita padatkan seperti pelet yang terbukti bisa mempermudah jalannya reaksi. Semakin banyak katalis semakin banyak gas buang yang tereduksi," ungkap anak dari pasangan Siti Mardiah dan Raji ini. (owi/hil)

Berita Terkait