ITS News

Sabtu, 20 Desember 2025
23 Desember 2014, 05:12

Sulfuraction, Solusi Tepat Bagi Penambang Welirang

Oleh : Dadang ITS | | Source : -

Inception 2014 adalah lomba desain produk industri yang diadakan oleh Universitas Islam Indonesia (UII) Yogyakarta. Kali ini, tema yang diangkat adalah Sustainable Product Design – Protection Tools dimana perlombaan berfokus kepada pembuatan alat-alat pengaman. Terdapat dua kategori dalam lomba ini, yaitu desain alat pengaman bencana dan alat pengaman kecelakaan kerja.

Dari kedua kategori tersebut, tim yang digawangi oleh Pamungkas Dwi Atmaja, Elsa Camelia Harmadi dan Aulia Fikriati ini memilih desain alat pengaman kecelakaan kerja. Kasus kecelakaan kerja yang mereka angkat pun cukup unik, yaitu tentang penambang belerang gunung Welirang yang terletak di perbatasan Malang.

Menurut Aulia, kondisi pekerja di sana sangat memprihatinkan. Mereka harus naik gunung dengan memikul alat seperti kereta kecil dan sebuah pikulan yang memiliki berat sekitar 12 kilogram. ”Padahal, lokasi penambangan sangat jauh karena harus ditempuh selama lima jam perjalanan," jelasnya.

Diceritakan olehnya, para penambang Welirang ini harus menempuh perjalanan dua kali untuk mencapai puncak. Pertama, mereka akan berjalan dari pemukiman menuju pos Welirang dengan memikul kereta kecil. Setelah itu, mereka akan berjalan kembali menuju puncak gunung dengan membawa pikulan yang hanya terdiri dari sebatang kayu yang diikatkan dengan keranjang belerang.

Kondisi ini dinilai tidak aman oleh tim Aulia karena para penambang biasanya membawa belerang yang beratnya mencapai 100 kilogram. Selain pikulannya, kereta kecil yang mereka bawa pun tidak aman karena cara membawanya adalah dengan ditarik dari depan. "Hal ini sangat memungkinkan mereka untuk jatuh karena bebannya berada di belakang dan hanya dilengkapi dengan rem roda," papar mahasiswi asal Pasuruan ini.

Untuk itulah akhirnya tim yang dinamai RPM ini mengusung ide Sulfuraction, sebuah alat pikulan baru untuk para penambang Welirang ini. Alat ini terbuat dari logam yang dilengkapi tali strep sehingga bisa dibawa seperti tas. Hebatnya, meski terbuat dari logam alat ini memiliki berat yang cukup ringan, yaitu sekitar lima hingga enam kilogram. Sangat berbeda dengan alat pikulan awal yang memiliki berat hingga 12 kilogram.

Selain itu, alat ini juga dilengkapi bantalan di bagian belakangnya. Tujuannya adalah untuk melindungi punggung para pekerja agar tidak sakit. "Kami memang sengaja mendesain produk ini sesuai dengan dimensi tubuh manusia untuk meminimalisir cedera kerja," imbuh Aulia.

Tak hanya itu, alat ini ternyata juga bisa didorong dari belakang ketika para pekerja harus menuruni gunung. Hal ini dinilai lebih aman mengingat beban yang dibawa berada di depan. Bahkan, alat ini juga dilengkapi tali untuk menahan belerang yang dibawa agar tidak jatuh.

Mendapat Banyak Apresiasi

Aulia mengungkapkan, dalam mendesain Sulfuraction, ia dan timnya juga menjaring suara konsumen dan melihat kondisi lapangan secara langsung. Hasilnya pun cukup memuaskan, karena diketahui para penambang di sana sangat tertarik dengan alat ini. "Apalagi, saat itu kami diminta untuk segera memproduksinya secara massal dan mengajukannya ke Koperasi Belerang di sana," tambah mahasiswi angkatan 2011 ini.

Meski diminta untuk memproduksi secara massal, Aulia dan timnya mengaku masih belum siap. Alasannya, masih banyak bagian-bagian alat ini yang masih harus dikembangkan. Misalnya, ukuran roda yang terlalu kecil sehingga masih sulit dioperasikan di medan yang berbatu seperti gunung Welirang sana.

Namun, diungkapkannya tidak menutup kemungkinan bagi tim RPM untuk memproduksi produk ini secara massal. Pihaknya mengaku juga sangat ingin bekerjasama dengan Koperasi Belerang di sana lantaran risiko pekerjaan yang tak boleh dianggap remeh. ”Belum lagi menyoal penghasilan mereka yang tidak sebanding karena harga satu kilogram belerang hanya bernilai Rp 800 saja," terangnya. Untuk itu, lanjutnya, tim ini akhirnya memutuskan untuk mengembangkan alat ini terlebih dahulu.

Pun demikian, tim ini juga mendapat komentar positif dari salah satu juri Inception 2014. "Saat itu jurinya mengatakan bahwa produk kamilah yang paling menarik karena bisa membantu masyarakat tidak mampu. Istilahnya, nulungi wong cilik (menolong orang kecil, red)," ungkap Aulia.

Selanjutnya, Aulia dan tim juga masih berkeinginan membawa alat ini untuk dilombakan kembali di berbagai ajang, khususnya yang diadakan oleh pemerintah. Alasannya adalah untuk mendapatkan biaya pengembangan dan mematenkan hak ciptanya. (pus/man)

Berita Terkait