Sebanyak enam tim dikirimkan dalam kompetisi pengamatan burung tingkat nasional, 3rd Annual Baluran-PLN Birding Competition pertengahan Juli lalu. Mereka dituntut untuk mengamati morfologi, sifat, dan keunikan burung di Taman Nasional Baluran. Medan yang sulit tidak menghalangi langkah mereka dalam berhadapan dengan sejumlah jenis burung yang tersebar di dalamnya.
”Kita harus cepat dan tepat dalam mengidentifikasi burung yang ada di sana,” ungkap Farid Kamal Muzaki, salah satu anggota. Selanjutnya, mereka harus menerjemahkan hasil identifikasi tersebut dalam bentuk sketsa dan deskripsi morfologi maupun behavior.
Menariknya, mereka tidak hanya dihadapkan dengan sesama mahasiswa. Terdapat tim dari taman nasional, konservasi dan tim profesional lainnya turut beradu ketangkasan dalam kompetisi tersebut. Namun, hal itu tidak dijadikan alasan mereka untuk mundur sebelum bersaing.
Terbukti, perjuangan mereka pun membuahkan hasil. Tim Cuk Pecuk ITS meraih juara II dalam kategori sketsa terbaik, sedangkan Tim Mudkisper ITS berhasil merebut juara umum II.
Farid mengaku bahwa keberhasilan ini tidak ada artinya jika tidak diimbangi oleh aksi dari masyarakat luas. Terutama sivitas akademika ITS terhadap lingkungan sekitar kampus. ”Makna gelar juara hanya sebagai pencitraan dan kampanye saja, yang paling penting tetap pada ide dan semangat konservasi itu sendiri,” jelasnya.
Farid turut menjelaskan bahwa poin terpenting dalam forum birdwatching race adalah kesempatan bertukar pikiran antar birdwathcer (pengamat burung, red) untuk menjalin kolerasi positif. ”Nantinya kita juga bisa berkerjasama dengan instansi atau organisasi pemerhati kelestarian burung dan habitatnya,” ungkap dosen muda Jurusan Biologi ini.
Serius Kampanyekan Program
Awalnya, komunitas Pecuk merupakan salah satu bagian Himpunan Mahasiswa Jurusan Biologi (Himabits). Kini komunitas ini sudah termasuk badan semi otonom dalam Kelompok Studi Burung Liar (KSBL) Pecuk. Diketuai oleh Ahmad Yanuar, mereka bergerak untuk mengampanyekan konsep konservasi kelestarian burung.
Terdapat tiga hal yang menjadi konsep dasar komunitas ini dalam menyemarakkan tujuannya, yaitu save, study dan use. Dimana dalam penyampaian kepada masyarakat diperlukan konservasi terlebih dahulu. ”Setelah konservasi, kemudian pelajari baru manfaatkan,” ungkapnya dengan antusias.
Ketelitian dalam pengamatan yang dimiliki, mengantarkan komunitas ini sebagai mitra tim ITS Eco Campus dan ITS Biodiversity Project. Mereka berhasil mendapatkan data sekitar 79 spesies burung air maupun burung bukan air di wilayah ITS.
Selain itu, komunitas ini pun aktif menjalin kerjasama dengan pihak luar ITS. Seperti Birdlife Indonesia, Wetland International-Indonesian Programme, BLH Prov Jatim, Pemkot Surabaya, Dinas Kehutanan Jawa Timur, serta bekerjasama dengan sejumlah komunitas burung di Surabaya dan nasional maupun pemerhati lingkungan dalam kampanye kelestarian burung dan habitatnya.
Menariknya, komunitas ini sedang dalam proses menyusun buku tentang biodiversitas. Rencananya, buku ini akan di-launching saat perayaan Dies Natalis ke-52 nanti. Tidak puas sampai di situ, Jurusan Biologi juga tengah membuat software yang berisi tentang flora dan fauna. Tinggal klik, jenis yang diinginkan dapat diamati profilnya.
Lebih lanjut, Farid mengharapkan bahwa komunitas ini mampu menjadi katalisator perubahan paradigma masyarakat dalam upaya nyata pelestarian burung dan habitatnya, terutama di Surabaya dan sekitarnya. ”Dan juga mampu mendorong arah kebijakan stakeholder dalam mendukung kelestarian burung dan habitatnya,” tutupnya. (lik/fi)
Jakarta, ITS News — Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) kembali menorehkan prestasi nasional dengan memborong empat penghargaan pada ajang Anugerah
Kampus ITS, ITS News — Perpustakaan Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) kembali menegaskan perannya dalam memperkuat ekosistem riset kampus
Kampus ITS, ITS News – Ikatan Orang Tua Mahasiswa (Ikoma) Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) menunjukkan komitmennya dalam mendukung
Kampus ITS, ITS News — Guna meneguhkan komitmen sebagai World Class University (WCU), Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) menyiapkan