ITS News

Jumat, 19 Desember 2025
28 Juni 2012, 14:06

C-Dray, Solusi Tepat Petani Cabai

Oleh : Dadang ITS | | Source : -

Mereka adalah Rizky Fitria Fauzy, Suhartono, Yuandhika Adhi W, dan Zulvah. Sebagai ketua kelompok PKMT C-Dry, Rizky menjelaskan inisiatif pembuatan PKMT ini muncul dari Tugas Akhir (TA) yang tengah ia kerjakan.

Bersama kawan-kawannya, ia melakukan survei ke Batu, Malang yang notabene merupakan salah satu daerah penghasil cabai terbesar di Jawa Timur. ”Di sana sudah ada alat pengering cabai, namun hasilnya masih kurang optimal,” paparnya.

Menurut hasil investigasi, cabai kering yang dihasilkan oleh alat pengering tersebut sangat mengecewakan. Petani masih sering mengalami kerugian karena hasil produksinya hangus. ”Alatnya terlalu panjang, sehingga pemanasan yang terjadi tidak merata,” tutur mahasiswa lintas jalur Jurusan Teknik Elektro ITS.

Selain itu, energi yang digunakan pun kurang efisien. Tak cukup hanya memanfaatkan energi panas dari pembakaran elpiji, namun masih ditambah lagi dengan penggunaan energi listrik untuk menggerakkan blower. ”Ini jelas salah satu bentuk pemborosan energi,” sahut mahasiswa yang kerap disapa Kiki ini.

Sehingga, mereka mencoba mengaplikasikan pengetahuannya untuk membantu mengatasi permasalahan para petani tersebut. Tidak perlu menciptakan alat baru lagi, hanya cukup memberikan sedikit sentuhan inovasi berbeda pada alat yang sudah ada. ”C-Dry cukup dengan sumber energi listrik saja,” tambah Zulvah.

Modifikasi lainnya terletak pada bentuk fisik alat pengering. Sebelumnya, bentuknya yang memanjang horisontal dianggap terlalu banyak memakan tempat. Sehingga, diubah menjadi bentuk yang vertikal ke atas dengan alas berbentuk V. ”Hal ini kami lakukan agar udara panas dapat segera bergerak ke atas,” terang mahasiswa Jurusan Teknik Industri tersebut.

Pada sisi atap C-Dray sendiri, ditambahkan cerobong asap yang langsung berhubungan dengan sisi bawah. Hal tersebut dilakukan untuk meminimalisir energi panas yang terbuang. Sehingga terjadi sirkulasi udara panas dengan ukuran suhu tetap.

Zulvah menambahkan, untuk sekali produksi, C-Dray dapat mengeringkan cabai segar seberat 18 kilogram. Proses ini pun hanya membutuhkan waktu maksimal lima jam.  ”Pada uji coba pertama, C-Dray dapat mengeringkan cabai dalam waktu empat jam,” terangnya.

Namun, layaknya prototype PKMT lainnya, pasti ada kekurangan di beberapa bagian. Yuandhika, anggota lain menyebutkan, meskipun hanya menggunakan satu sumber energi, daya yang dibutuhkan masih cukup besar. Untuk sekali beroperasi, dapat memakan daya listrik sebesar 1075 watt.

Tambah Nilai dan Kuantitas
Imam Hanafi SP, kepala mitra PKMT C-Dray menuturkan, keberadaan alat pengering tersebut sangat membantu kehidupan petani cabai di daerahnya. Sebab, ketika musim cabai murah tiba, para petani tidak perlu khawatir jika cabainya tidak laku dan membusuk. Mereka dapat mengolahnya menjadi serbuk cabai yang mempunyai nilai lebih di pasaran.

Hanafi melanjutkan, berkat alat ini juga, kualitas cabai segar di daerahnya dapat bertahan cukup lama. Dikatakannya, rata-rata cabai normal hanya dapat bertahan sekitar tujuh hari jika berada di daerah yang lembab, kemudian mereka akan layu.  

Manfaat C-Dry tak hanya dirasakan oleh para petani cabai. Alat tersebut juga dapat digunakan untuk alat pengering buah-buahan dan sayuran. ”Kemarin alat ini sempat diuji coba untuk mengeringkan buah apel dan hasilnya cukup memuaskan,” jelas Yuandhika lagi.

Ke depannya, Kiki bersama anggota timnya akan terus berusaha menyempurnakan C-Dray. Ia juga berencana untuk memproduksi C-Dray secara massal agar dapat membantu seluruh petani cabai di Indonesia . ”Kami sudah mendapat sinyal positif dari PT Indonesia Produktif Mandiri yang berdomisili di Cikampek,” terangnya. (ali/esy)

Berita Terkait