Membaca dan menulis memang telah mendarah daging dalam hidupnya. Lahir dalam keluarga pecandu baca, membiasakannya berkumpul di ruang baca untuk selembar koran setiap paginya. Semua ini membuat Nana, sapaan akrabnya, sukses jatuh cinta pada aktifitas tersebut.
Ditemui ditengah kesibukan kampus, mahasiswa angkatan 2008 ini tersenyum ramah. Lantas ia menjelaskan soal LKT Beswan Djarum, yang tak lain adalah rangkaian program Djarum Beasiswa Plus. Lomba ini diikuti oleh para penerima Beasiswa Djarum yang lebih dikenal dengan sebutan Beswan Djarum. "Pesertanya dari Perguruan Tinggi seluruh Indonesia yang tergabung dalam Beswan Djarum," terangnya.
Awalnya, digelar seleksi regional tiap-tiap daerah. Dari setiap daerah dipilih tiga terbaik untuk dikirim ke tingkat Nasional. Beruntung, dari ITS terlipih dua wakil diantara tiga wakil terbaik dari Jawa Timur. Dalam LKT bertema Masa Depan Keindonesiaan tersebut, Nana membawa pulang gelar juara pertama mewakili regional Jawa Timur Oktober lalu.
Dalam Karya tulisnya yang berjudul Menghidupkan Wawasan Kebangsaan Anak Indonesia melalui Permainan Edukasi ‘Monopoli Cinta Indonesia’ (Monci), Nana coba mengangkat tema nasionalisme dalam permainan anak-anak. Yakni permainan monopoli yang papan monopolinya Nana kreasikan berwujud peta Indonesia.
Terdapat 33 provinsi yang menjadi petak-petak pemberhentian dalam permainan tersebut. Kartu dana umum dan kesempatan pun diisi dengan pertanyaan dan pengetahuan seputar kebudayaan dan sejarah Indonesia. "Sehingga anak-anak bisa mudah bermain monopoli, sambil belajar budaya dan sejarah negaranya," ucap gadis kelahiran Madiun ini. Dan karya tulis inilah yang menghantarkan gelar jawara ke tangan Nana.
Persiapan Nana pun nyatanya sangat matang dalam pertandingan skala nasional ini. Tak ketinggalan, senior Beswan Djarum dan juri regional pun turut membantu Nana. Salah satu juri regional yang membimbing adalah Prof Drs Nur Iriawan MIKomp PhD, Pembantu Rektor III ITS. "Semuanya dipersiapkan dengan matang, karena saya membawa nama regional Surabaya," tandas mantan Wakil Ketua Himpunan Mahasiswa Statistika ITS tersenyum.
Diakui Nana, dua minggu sebelum deadline pengumpulan LKT tersebut, ia baru saja mulai mengerjakan tulisannya. Dengan bimbingan Alfian S Putra, sarjana Teknik Industri ITS yang juga Beswan Djarum, Nana memaksimalkan waktu dua minggu tersebut dengan bimbingan dan melakukan revisi atas karyanya. Yang membuatnya cukup repot, adalah fakta bahwa Alfian tipe orang yang sangat teliti dan sangat berpengalaman dalam keilmiahan.
Tak cukup sekali Nana disalahkan, dikritik, dan juga tulisannya dicoret saat proses revisi. "Idenya kurang dalam, konsep kurang matang," tutur Nana menirukan koreksi pembimbingnya. Namun begitu, Nana sangat berterima kasih, terutama karena Alfian terus membimbingnya hingga presentasi di Jakarta.
Nana berkeyakinan kuat bahwa ia harus menyajikan yang terbaik. Pribadinya yang perfeksionis pun sangat mendukung tekadnya menjadikan karyanya sempurna. "Seseorang yang tidak benar-benar berkomitmen kuat, mungkin akan cepat menyerah dan berhenti berjuang menulis karyanya," tutur gadis yang hobi browsing internet ini.
Dewan Juri Gaet Nana Kerja Sama
Tertarik dengan konsep dan ide milik Nana, salah seorang juri, Bimbom Barkah, suami dari seorang entertainer Mutia Kasim, tergerak untuk bekerja sama dengannya. Untuk itulah, kini Nana sedang berusaha mematangkan konsep dari ide-ide nya tersebut. "Setelah fix nanti proposalnya, saya bisa masuk ke perusahaannya," ujarnya menjelaskan.
Salah satu cara mematangkan konsep Monci, Nana mengikutkan karya tulisnya pada Program Kreativitas Mahasiswa, kategori pengabdian masyarakat. Tak hanya itu, Nana pun ingin ide nya ini berkelanjutan dan diwujudkan secara nyata. Tidak hanya terhenti pada karya tulis saja. "Semoga bisa didanai dan segera terealisasi," katanya penuh harap.
Segala sesuatu itu berharga dalam prosesnya. Dengan proses yang berliku-liku dan rumit itu memberikan banyak pelajaran. Itulah yang dirasakan Nana. Proses yang panjang di atas mengajarkan Nana banyak hal. Sejak awal perjuangannya menulis karya tersebut, hingga proses presentasinya di Jakarta. "Menang itu bukan hasilnya bukan hadiahnya, bukan prestige-nya. Melainkan nilai pentingnya adalah prosesnya," begitulah ia mengartikan kemenangannya dalam LKT ini.
Finalis 12 besar LKT ini adalah yang terbaik dari masing-masing regional. Nana mengungkapkan bahwa awalnya ia sempat menjagokan mahasiswa IPB, yang akhirnya menempati runner up. "Sepertinya dia yang menang, nggak nyangka kalau ternyata saya," seloroh gadis yang telah merasa hidupnya cukup sempurna ini. (fin/fz)
Jakarta, ITS News — Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) kembali menorehkan prestasi nasional dengan memborong empat penghargaan pada ajang Anugerah
Kampus ITS, ITS News — Sebagai bentuk dukungan terhadap riset energi bersih, Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) menerima kunjungan
Kampus ITS, ITS News — Perpustakaan Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) kembali menegaskan perannya dalam memperkuat ekosistem riset kampus
Kampus ITS, ITS News – Ikatan Orang Tua Mahasiswa (Ikoma) Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) menunjukkan komitmennya dalam mendukung