Tahun ini, lomba tersebut mengangkat tema Rekayasa Potensi Lokal/Sumber Daya Alam Sebagai Basis Ekonomi untuk Peningkatan Kesejahteraan Masyarakat. Pesertanya mencapai 103 orang dari seluruh Indonesia.
Karya tim dari ITS ini berjudul Sa-Go-Ku (Sambal Goreng Kupang): Kreasi Makanan Identitas Kabupaten Sidoaro sebagai Alternatif Pemberdayaan Masyarakat di Pasar Baru Porong. ”Karya tulis kami ini bertujuan untuk memberdayakan masyarakat Porong, khususnya korban-korban lumpur Lapindo,” jelas Kurniasari.
Perjuangan Kurniasari, Achmad, dan Putri mengikuti lomba ini ternyata tidak luput dari rintangan. Mereka sempat kesulitan untuk mendapatkan tanda tangan Pembantu Rektor I, Prof Dr Ir Ing Herman Sasongko. Padahal, hal itu termasuk dalam persyaratan administrasi lomba. ”Tapi alhamdulillah, batas waktu pengumpulannya diundur,” tutur Kurniasari.
Mereka pun lulus tahap adminitrasi untuk mengikuti penentuan 10 besar finalis. Seleksi tersebut dijadwalkan pada hari Minggu (27/11) di Universitas Pendidikan Indonesia (UPI) Bandung. Di sana, mereka harus mempresentasikan karya tulis mereka di hadapan para dewan juri.
Sa-Go-Ku menjadi satu-satunya wakil dari ITS. Ini membuat mereka semakin bersemangat. Mereka merasa bertanggung jawab untuk membawa nama ITS.
Sebenarnya, mahasiswa Statistika angkatan 2010 ini mengaku, kualitas paper mereka kurang maksimal. ”Makanya, kita presentasinya heboh, seunik mungkin. Pembukaannya pakai video, penutupannya kita menyanyi,” tambahnya. Mereka juga membuat logo, pin dan poster yang berkaitan dengan karya tulis mereka.
Melalui presentasi yang unik tersebut, mereka berhasil menarik perhatian para juri. Meskipun awalnya, mereka sempat ditertawakan oleh para finalis lain. Namun, ternyata presentasi mereka itulah yang berhasil membuat mereka meraih predikat juara ketiga.
”Saya bangga bisa berprestasi. Selain itu saya bisa jalan-jalan dan kalau menang dapat duit,” ungkap Kurniasari ketika ditanya motivasi mengikuti lomba. Achmad pun menambahkan, bahwa lomba tersebut telah turut menambah wawasan serta teman.
Sudah Terbiasa Menulis
Kurniasari sendiri aktif menulis. Mahasiswa yang aktif di Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (FMIPA) ini pun mengaku bercita-cita menjadi seorang penulis. Achmad pun begitu. ”Tulisan itu membedakan kita dengan makhluk pra sejarah,” jelasnya.
Selain menulis karya ilmiah, Kurniasari juga gemar menulis esai-esai pribadi sejak sekolah menengah atas (SMA). Ia juga sangat menyukai tulisan karya Asma Nadia. Menurutnya, bahasa penulis tersebut lugas dan bisa menginspirasi semua kalangan.
Menurut Kurniasari, menulis merupakan cara untuk berbagi pengalaman serta inspirasi bagi orang-orang yang membacanya. ”Lewat tulisan kita abadi,” ujarnya. (fen/lis)
Jakarta, ITS News — Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) kembali menorehkan prestasi nasional dengan memborong empat penghargaan pada ajang Anugerah
Kampus ITS, ITS News — Sebagai bentuk dukungan terhadap riset energi bersih, Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) menerima kunjungan
Kampus ITS, ITS News — Perpustakaan Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) kembali menegaskan perannya dalam memperkuat ekosistem riset kampus
Kampus ITS, ITS News – Ikatan Orang Tua Mahasiswa (Ikoma) Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) menunjukkan komitmennya dalam mendukung