Tiko, sapaan akrabnya, memang tergolong orang yang simple. Ia kurang suka dengan segala hal yang rumit. Baginya, enjoy dengan segala aktivitas yang dijalani, pasti membuahkan prestasi sendiri. ”Prestasi bisa datang dengan sendirinya,” ungkap mahasiswa yang baru saja diwisuda tersebut sembari tersenyum simpul.
Namun, bukan berarti prestasi bisa datang ketika kita hanya diam saja. Ia menuturkan, harus ada niat dan kemauan meski itu hanya berawal dari keisengan. Seperti yang baru saja dialaminya. Juara BIA tidak datang dengan tiba-tiba. ”Saya hanya iseng buka google,” tutur mahasiswa yang pernah menempuh D1 Desain Grafis di ITS.
Diakui Tiko, seminggu sebelum pengumpulan abstrak ide di BIA, ia nyasar di website yang menginformasikan lomba BIA tersebut. ”Niatnya, saya cari desain-desain industri dan desain produk,” ulas peminat fotografi ini. Saat itu, ia memang tengah melakukan kebiasaannya googling meski mendekati kolokium untuk tugas akhirnya.
Sekali baca informasi lomba, ia langsung tertarik. Pasalnya, ia memang telah memiliki ide terkait produk kreatif dan inovatif. Ide tersebut biasanya didapat dari pengalaman pribadi, obrolan dengan teman, juga dari perkembangan tren terkini. ”Saya suka mengikuti isu yang ada,” ungkap Tiko.
Salah satu ide kreatifnya adalah standar sepeda portabel dan trendi (Stanporti) yang dibawa ke ajang BIA. ”Saya dapat ide ini karena melihat orang tidak mau pasang stand sepedanya,” terang mahasiswa yang pernah mengikuti Surabaya Design Week di Balai Pemuda.
Menurut Tiko, baik sepeda fix gear maupun sepeda sekelas BMX, DJ, dan jenis sepeda lainnya pasti jarang menggunakan stand samping. Padahal, hal tersebut perlu dilakukan. ”Ini hal standar yang harus ada,” ulas Tiko lagi. Ia melanjutkan, kebanyakan alasan masyarakat tak mau menggunakannya adalah sepeda jadi terlihat kurang fashionable.
Lebih detail ia mempaparkan, Stanporti ini bisa menjadi solusi baik untuk menghindarkan sepeda dari lecet ketika jatuh disandarkan. ”Stanporti terbuat dari bahan yang cukup kuat untuk menopang sepeda,” ujar mahasiswa yang mengaku hobi bermain komputer.
Ditambah lagi, alat tersebut memiliki bagian semacam pengait yang tinggal dipasang pada sepeda ketika hendak dipakai. Dengan kata lain, mudah dipakai, mudah pula dilepas. Jadi, pengguna sepeda tak perlu enggan lagi ataupun malu untuk memasang stand.
Awalnya ia sempat iseng mengirimkan ide tersebut. Mungkin saja ide ini tergolong unik di mata juri, pikirnya saat itu. Ternyata, keberuntungan datang tanpa diduga. Ia dipanggil ke Jakarta untuk presentasi. ”Tanggal 22 September saya ulang tahun, tanggal 24 saya dinobatkan sebagai juara,” kenang Tiko sembari tersenyum.
Baginya, hal tersebut merupakan kado yang tak pernah dilupakan. Sebab, setelah diumumkan juara, ia menjadi salah satu wisudawan ITS keesokan harinya. ”Saya berharap bisa selalu membuat ide-ide kreatif sesuai kebutuhan masyarakat,” ujarnya. (esy/rik)
Kampus ITS, ITS News – Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) telah resmi meluncurkan Golden Ticket Admisi Program Sarjana 2026. Diresmikan
Kampus ITS, ITS News – Hari Nusantara yang diperingati setiap 13 Desember menjadi momentum untuk mengenang Deklarasi Djuanda sebagai tonggak
Kampus ITS, ITS News — Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) kembali membuktikan taringnya di kancah internasional. Berdasarkan rilis terbaru
Aceh, ITS News — Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) turut ambil bagian dalam operasi bantuan pascabencana di Aceh. Melalui