Faris, begitulah sapaan akrabnya. Penggemar fotografi yang cukup unik dan berkarakter. Nekat merupakan hal yang tak terpisahkan dari sosok pria satu ini. Terbukti dengan lahirnya konsep BITE. Sebuah ide brilian dari sang creativepreneur muda.
“Kami akan membuat desain yang menggigit. Tak kaku, hingga kesan yang ditinggalkan akan terus membekas,†ucapnya lantang. Sesuai namanya, itulah konsep utama BITE, sebuah biro desain yang sudah dijalankan lebih dari setahun. Sebuah konsep jawara dalam kompetisi pencarian calon technopreneur oleh DIKTI, 2009. Bahkan, konsep ini juga sempat melambungkan namanya dalam buku 25 Mahasiswa Inspiratif ITS.
Bersama temannya, Faris menjalankan bisnisnya. Adalah Aghastyo Ghalis dan Evan Permana, mereka berdua menjalankan sisi kreatif dan seni dalam sebuah desain. Sedangkan Faris sendiri berperan sebagai direktur utama yang bertanggung jawab langsung untuk mengontrol bisnis BITE secara keseluruhan.
Bisnis yang awalnya hanya sebuah ide kreatif ini akhirnya terealisasikan. Satu-satu proyek mereka kerjakan. Semua yang terbaik mereka persembahkan. Kepuasan klien pun mereka utamakan. Sehingga tak jarang, rekomendasi konsumen yang terpuaskan mereka dapatkan. BITE, sebuah biro desain yang berawal di kamar tidur Faris ini pun tumbuh menjadi biro desain yang patut diperhitungkan.
Akhir tahun 2010, nama BITE ternyata meningkat tajam. Tidak tanggung-tanggung, Dinas Periklanan Daerah (Dispenda) Jawa Timur pun sempat meliriknya. Bermodalkan rekomendasi dari klien sebelumnya, Faris mendapat kepercayaan untuk menggarap proyek sosialisasi kebijakan pajak. “Ini adalah proyek akbar yang menantang,†tukasnya.
Menantang? "Iya, sangat menantang," Faris menjelaskan. Bagaimana tidak, sebuah proyek yang akan membawa dampak perubahan besar di kalangan masyarakat dan pemerintahan. “Kami hanya punya total waktu kotor sepuluh hari untuk merampungkannya,†tambahnya tegang.
Alhasil, proses kilat ia lakukan. Hasilnya pun bisa dibanggakan. Proyek sebesar Rp 45 juta akhirnya terselesaikan. “Alhamdulillah, respon positif dari pemerintah. Semoga hal ini bisa menjadi tangga kesuksesan kedepan,†ucap Faris senang.
Creativepreneur, Bukan Sekedar Kuantitas Pendapatan
Ketika ditanya mengenai pendapatannya selama ini, Faris selalu merendah. Puluhan juta per proyek untuk ukuran mahasiswa bukanlah jumlah yang kecil. Walaupun jumlah proyek tidaklah selalu ramai, tapi paling tidak nominal itu sudah cukup memeneuhi kebutuhan hidupnya saat ini.
“Creativepreneur, bukan sekedar mendapat kuantitas nominal besar,†ungkap Faris ketika ditemui di CCCL Surabaya awal Februari lalu. Menurutnya, goal utama sebuah usaha tidak hanya berpusat pada materi. Lebih dari itu, visi misi dan penanaman pada mindset untuk terus mengembangkan usaha itu yang terpenting.
BITE sendiri memunyai visi-misi jelas, yaitu membuat desain yang menggigit. Tak kaku, hingga kesan yang ditinggalkan akan terus membekas. Mindset ini pun dia tanamkan dalam-dalam. “Apabila visi-misi dan strategi pencapaian sudah jelas, usaha itu pun akan besar dengan sendirinya,†jelasnya.
Kedepan, mahasiswa yang akan segera merampungkan studinya ini berkeinginan untuk melanjutkan bisnis BITE-nya. “Menjadi creativepreneur adalah sebuah pilihan,†tutup pria yang suka menghadapi tantangan baru tersebut. (niv/nrf)
Kampus ITS, ITS News — Perpustakaan Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) kembali menegaskan perannya dalam memperkuat ekosistem riset kampus
Kampus ITS, ITS News – Ikatan Orang Tua Mahasiswa (Ikoma) Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) menunjukkan komitmennya dalam mendukung
Nganjuk, ITS News — Tim Pengabdian kepada Masyarakat (Abmas) Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) berhasil membangun dan mengimplementasikan Kumbung
Kampus ITS, ITS News – Transparansi informasi merupakan hal yang krusial dalam keberlanjutan sebuah institusi. Berangkat dari inisiasi tersebut,